ChikNiel - Perasaan

309 64 16
                                    

Abaikan jamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abaikan jamnya

.

Mata Oniel melebar, dan seluruh tubuhnya terasa kaku. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan diri. Pikirannya berusaha keras untuk menepis rasa takut yang mulai merayap masuk. Namun, semua usaha itu tampak sia-sia ketika ia melihat pesan terakhir dari Chika di layar ponselnya-foto dirinya sendiri, diambil dari sudut kamar yang sangat dikenalnya.

Nafas Oniel mulai tak beraturan, dan bulu kuduknya berdiri tegak. Ia menatap foto itu dengan lebih teliti, berharap bahwa apa yang dilihatnya hanyalah ilusi, sebuah kesalahan. Tapi semakin lama ia menatap, semakin nyata. Foto itu benar-benar dirinya.

Jantungnya berdegup kencang, seperti ingin meledak dari dadanya. Rasa takut mulai menguasai dirinya, merambat dari ujung kaki hingga ke seluruh tubuh.

Dengan napas yang memburu, Oniel menoleh ke belakang. Detik-detik yang dilaluinya terasa seperti berjalan dalam gerak lambat. Setiap detik yang berlalu terasa seperti selamanya, dan setiap detak jantungnya menghantam dadanya seperti palu. Ia berharap, dalam hati yang paling dalam, tidak ada wanita itu dibelakangnya.

Dan saat akhirnya dia berhasil berbalik sepenuhnya, ia merasa seolah waktu berhenti. Harapannya segera pupus ketika ia melihat Chika berdiri di belakangnya dengan senyum yang terpancar dari wajahnya, senyuman yang cukup untuk membuat darah Oniel membeku. Chika tidak bergerak, hanya berdiri diam, memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa Oniel artikan-dingin, menakutkan, dan penuh misteri.

"Ch-Chika..." bisiknya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Chika tidak menjawab. Senyumannya tetap melekat di wajah, seolah-olah menikmati ketakutan yang terpancar dari Oniel. Suasana kamar yang sebelumnya tenang, kini dipenuhi dengan hawa dingin yang menusuk, membuat tubuh Oniel gemetar.

Chika mulai melangkah maju, langkahnya pelan dan tenang, namun setiap gerakan membuat Oniel merasa terperangkap dalam mimpi buruk yang tak berujung.

"Kok... Lo bisa ada di sini?"

Chika lagi-lagi tidak merespons, hanya mendekat, semakin dekat, hingga akhirnya dia berdiri di samping ranjang Oniel.

Oniel mundur perlahan, mencoba menjaga jarak dari Chika. Namun sayang, gerakan Chika lebih cepat darinya.

"Chika... Gue..." bisik Oniel sekali lagi, suaranya hampir tak terdengar lagi. Ia ingin berkata lebih, tapi lidahnya terasa kelu, terikat oleh ketakutan yang menjalar hingga ke tenggorokan.

Chika masih sama, tak merespon sedikit pun. Perlahan, tangannya terangkat, melingkar di leher Oniel. Sentuhan itu terasa dingin, membuat kulit Oniel merinding. Chika mendekatkan wajahnya ke telinga Oniel, dan dengan suara yang nyaris seperti bisikan, ia berkata. "Lo beneran udah bosen hidup, Niel?" Chika mencengkram kuat leher Oniel, hingga lelaki itu sulit untuk bernafas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beruntung Atau Buntung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang