Five

18 3 0
                                    

Don't forgot to vote and comment😁
Happy Reading!!



















Alora menatap sebal ke Ellara yang sejak berangkat sekolah tadi tersenyum tidak jelas dan saat ditanya kenapa gadis itu hanya menggeleng membuat Alora semakin sebal. Dia masih terus tersenyum saat Bu Firda memarahinya karena tidak mendengarkan.
    
"Kamu masih bisa senyum?" Kata Bu Firda membuat Ellara terkejut.
    
Muka Ellara sekarang seperti tidak sadar kalau sudah berdiri. Alora diam-diam menertawakannya.
    
"Maaf, Bu." Kata Ellara.
    
"Keluar kelas, bersihkan toilet!" Perintah Bu Firda sambil menunjuk ke pintu.
    
Ellara mengangguk dan keluar dari kelas dengan wajah masam, Alora juga melihat mulutnya seperti menyumpah serapahi Bu Firda dan mendelikkan matanya sebelum menutup pintu.
    
Bu Firda melanjutkan menjelaskan tentang ulangan tengah semester yang akan datang setelah Ellara keluar. Beliau tidak berhenti bicara dan tidak mengizinkan siapapun bertanya sampai bel yang menandakan jam istirahat berbunyi.
    
Alora keluar dari kelas dan langsung pergi ke kantin. Ia yakin seratus persen kalau Ellara sebenarnya tidak menjalankan hukuman melainkan kabur ke kantin. Benar saja, saat ia sudah sampai ia melihat Ellara sedang duduk bersama Naya dan satu orang gadis yang kalau tidak salah namanya Mikeyla.
    
"Itu Alora." Alora mendengar Naya berkata.
    
Ellara menoleh dan melambaikan tangannya kepada Alora dan menyuruhnya duduk di sebelahnya.
    
"Lo kabur lagi Ell?" tanya Alora dengan satu alisnya yang terangkat.
    
Ellara meringis menampilkan giginya "Lagian ogah banget gue bersihin toilet."
    
"Kenapa bisa dihukum, sih?" tanya Naya penasaran.
    
"Gara-gara enggak dengerin Bu Firda. Mana senyum senyum mulu enggak jelas." jelas Alora dibalas anggukan paham dari kepala Naya.
    
Ellara membuka mulutnya untuk berkata tapi saat itu juga seseorang memanggilnya. Membuatnya tersenyum lagi dan menoleh ke asal suara itu. Agam, Aru dan Deo sedang berjalan menuju ke arah mereka. Alora paham sekarang, Ellara pasti tersenyum terus dari tadi karena memikirkan Agam.
    
"Nyengir aja terus Ell." kata Alora sinis, tapi sepertinya tak didengar karena gadis itu sekarang memeluk Agam. Alora membuka lebar matanya sebisa dia. Dia juga bisa melihat Aru, Deo, Naya, dan Mikeyla melakukan hal yang sama sepertinya.
     
"K-kalian...." Deo tidak berhasil menyelesaikan kalimatnya tapi tidak jadi masalah karena setelah Agam dan Ellara duduk Agam berkata kalau Ia dan Ellara sudah menjalin hubungan.
     
"Secepet itu?" Tanya Alora tak percaya. Matanya masih terbuka lebar.
    
"Kenapa sih emangnya?" Kata Ellara dengan kesal melihat mereka masih menatapnya dan Agam dengan mata terbuka lebar.
    
"Aneh aja baru kenal kemarin langsung pacaran." kata Aru diangguki dengan setuju oleh mereka semua.
    
Agam mencibirkan bibirnya "Kaya lo pernah pacaran aja." katanya pada Aru membuat lelaki itu merengut.
    
"Dia kan gamon gam." kata Deo.
    
Alora menundukan kepalanya setelah mendengar itu dia juga merasa kalau mereka memandangnya sekarang. Ia juga mendengar Naya mendesis marah ke Deo.
    
"Ehem." Ellara berdeham "Gimana kalau kita pesen makan?" Katanya dibalas anggukan dari kepala mereka. Naya berlari untuk memesan makanannya dan kembali beberapa menit kemudian dengan membawa nampan berisi es teh, diletakannya di meja.
    
"Kalau liat es teh gue jadi inget Naya sama Deo." Celetuk Mikeyla membuat Naya dan Deo saling pandang. Deo tersenyum tapi Naya menatapnya dengan geram.
    
"Kenapa emangnya?" Tanya Alora penasaran. Ia memutuskan untuk mengabaikan masalah tentang "Aru kan gamon" tadi. Karena setelah dipikir lagi, ia tak mempunyai hubungan apapun dengan Aru. Jadi merasa tak pantas untuk cemburu.
    
"Deo pernah siram es teh ke aku." Kata Naya masih menatap geram Deo.
    
"Kan enggak sengaja." balas Deo.
    
"Gue inget deh kayanya." Sahut Ellara "Yang waktu Farel sama Janu berantem kan? Yang waktu itu Ra."
    
Deo dan Naya mengangguk di ikuti dengan suara tawa mereka.
    
"Terus Naya gimana?" Tanya Alora lagi setelah mereka sudah berhenti tertawa sekarang.
    
"Deo pinjamin sweater dia ke aku." jelas Naya.
    
"Pantes aja waktu di kafe itu kita ketemu." kata Ellara dibalas anggukan dari kepala Naya dan Deo.
    
"Sekarang udah pacaran belum?" Aru bertanya sampai membuat Naya mendelikkan matanya padanya.
    
"Kaya aku suka Deo aja." kata Naya dingin.
    
"Kalau udah bilang kaya gitu biasanya malah beneran suka, Nay." Alora berkata dan dibalas dengan cibiran dari Naya membuat mereka tertawa lagi.

*  *  *

Saat itu jam menunjukan pukul dua belas siang yang artinya ini adalah jam istirahat kedua dan Alora sedang duduk sambil melamun dengan satu tangannya yang menopang dagu. Ternyata perkataan Deo tentang Aru gagal move on tadi tidak semudah itu dilupakan. Alora jadi penasaran siapa mantan Aru itu. Ia juga penasaran seberarti apa mantan Aru sampai bisa membuat cowok itu gagal move on.
    
Alora berhenti melamun saat mendengar nada dering telepon dari ponselnya yang ia letakkan di sebelah tangannya. Ia mengambilnya untuk melihat siapa yang menelepon. Ternyata Ellara. Gadis itu memang tidak ada dikelas bersama Alora karena tadi Agam mengajaknya keluar.
    
"Kenapa sih, Ell?" Alora bertanya dengan nada sebal pada gadis itu.
    
"Nggak mau nonton, Ra?"
    
Alora mengerutkan keningnya saat mendengar kalimat yang baru diucapkan Ellara itu "Nonton apa?" tanyanya.
    
"Si Aru berantem." Kata Ellara di seberang membuat Alora mendelikkan matanya.
    
"Sama siapa?" Katanya tak sabar.
    
"Lo ke kantin aja deh."
    
Alora memutuskan sambungan telepon dan lari dari kelasnya menuju ke kantin. Alora langsung melihat kerumunan siswa-siswi yang ada di kantin dan menerobos kerumunan itu agar bisa melihat apa yang mereka lihat. Ellara benar, Aru sedang berkelahi dengan seorang cowok yang tidak ia kenali.
    
"STOP" Alora berteriak, berharap kedua cowok itu berhenti berkelahi, tapi tidak ada tanggapan.
    
"Stop atau gue panggilin Pak Danu." Ancam Alora. Tapi harapannya pupus lagi setelah melihat keduanya masih terus saling tonjok menonjok.
    
Alora langsung memutuskan untuk pergi memanggil Pak Danu. Tapi sebelum dia pergi Pak Danu sudah ada di depan mata. Beliau menatap menatap lurus ke kedua cowok yang saling tonjok itu dan langsung maju untuk menarik telinga dua cowok itu. Mereka dibawa pergi dari kantin dan tebakannya pasti tidak salah lagi kalau kedua cowok itu akan di ceramahi habis-habisan seperti waktu ia terlambat berangkat tiga hari berturut turut kemarin.
    
"Kenapa bisa berantem gitu?" Tanya Alora. Sekarang ia, Ellara, Agam dan Deo sudah duduk setelah melihat Aru dibawa pergi.
    
"Enggak jelas." kata Agam.
    
Alora mengangkat satu alisnya "Kenapa enggak jelas?"
    
"Gue sama Agam udah duduk pas liat Aru tiba-tiba diem di depan Doni dan langsung nonjok gitu aja." Jelas Deo.
    
"Mungkin mereka ada masalah apa gitu." Kata Alora sambil memicingkan matanya.
     
Deo dan Agam saling pandang setelah mendengar perkataan Alora, membuat gadis itu mengangkat lagi satu alisnya sebagai tanda bertanya mengapa mereka saling pandang.
    
"Sebenarnya Doni pacarnya mantan dia." Kata Deo dengan hati hati.
    
Mantan Aru lagi.
    
"Siapa mantan Aru?" Tanya Alora.
    
Deo dan Agam sekali lagi bertukar pandang untuk memutuskan siapa yang menjawab.
    
"Willona, anak Ips." jawab Agam.
    
"Gue mau lo cerita tentang Aru sama Willona." Alora berkata, matanya menatap lurus ke Agam.
     
Agam tidak berkata apapun. Ia saling pandang dengan Deo lagi untuk ketiga kalinya.
    
"Kalau enggak bisa cerita sekarang, bisa kapan-kapan deh." kata Alora setelah melihat dua cowok itu saling pandang.
    
"Bisa sekarang kok." Deo berkata "Willona tuh cinta pertama Aru, pacar pertama Aru, teman pertama Aru juga. Mereka udah berteman sejak kecil. Pas kelas 7 smp mereka dipisahin karena Willona pindah ke bogor dan kembali lagi kesini waktu udah kelas 9. Mereka temenan lagi dan pas kelas 10, pas udah disini mereka pacaran. Itu cuman bertahan 2 bulan karena Willona ternyata cuman suka Aru sebagai sahabat, enggak lebih. Waktu mereka pacaran, Willona udah deket sama satu cowok yang namanya Doni..."
    
"Cowok tadi." gumam Alora.
    
"Iya cowok tadi" Deo melanjutkan "Willona putusin Aru setelah 2 bulan hubungan mereka terjalin dan sampai sekarang Willona udah enggak lagi ngehubungin Aru. Gue juga bingung kenapa sampai sekarang Aru gamonin itu cewek."
    
"Gamon lah, orang temen dari kecil." celetuk Ellara diangguki setuju oleh Alora.
    
"Ell bener." Sahut Alora.
    
"Tapi deket sama cowok lain padahal dia punya cowok. Kan brengsek." Kata Agam.
     
Deo mengangguk "Ellara bener, tapi kalau Willona aja udah kaya gitu, kenapa masih digamonin?"
     
"Iya juga sih." kata Ellara dan Alora bersamaan.
     
"Kenapa kalian enggak tanya sama Aru tentang itu?" Tanya Alora.
     
"Udah coba beberapa kali, tapi Aru jawabnya enggak tau mulu." jawab Deo.
    
Alora baru mau membuka mulut untuk berkata, tapi Ellara menyelanya.
    
"Naya, De." katanya pada Deo sambil menunjuk ke pintu kantin yang memperlihatkan dua orang gadis yang sedang masuk, Naya dan Mikeyla.
    
Deo tersenyum dan pergi dari situ untuk menghampiri mereka berdua.
    
Alora menatap sebal ke Ellara karena membuat Deo pergi. Tapi ia mempunyai kesan kalau Ellara muak dengan cerita tentang Willona. Alora sama, tapi ia penasaran dengan mantan Aru itu.

---       TBC      ---

Say you love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang