Fifteen

17 3 0
                                    

Don't forgot to vote and comment😁
Happy Reading!!




























Lelaki itu menatap kepergian punggung gadis yang beberapa hari ini menghantui pikirannya. Aru sampai sangat kepikiran semalam, bahkan sampai sedikit mabuk. Itu baru pertama kalinya Aru mabuk karena cewek selain Willona.  Aru sudah sadar akan kesalahannya setelah mendengar apa yang dikatakan Agam kemarin malam, bahwa dia adalah orang brengsek yang dengan seenaknya menyakiti perasaan orang lain hanya karena dirinya sedang tidak mood. Aru sudah memikirkan untuk minta maaf kepada Alora. Tapi ia merasa kalau orang sepertinya tidak pantas mendapat maaf. Tapi jika tidak melakukan itu, ia malah akan dihantui rasa bersalah terus, entah selama apa.

Ia sudah akan kepikiran lagi ketika mendengar tawa dari kedua orang yang ada didepannya. Ia tiba-tiba kepikiran sesuatu saat melihat gadis yang sedang tertawa itu. Kalau ia tidak bisa melakukannya sendiri, bukankah tidak salah jika ia minta tolong?

Tanpa aba-aba dulu, Aru langsung memanggil nama gadis itu, "Ellara!"

Gadis yang terpanggil itu menoleh kebelakang, bersamaan dengan lelaki yang ada disebelahnya, Agam. Mereka memandang Aru dengan tatapan bertanya.

"Gue mau ngomong sama lo, boleh?" Tanya Aru kepada Ellara dan dibalas dengan anggukan kikuk dari kepala gadis itu.

"Kantin aja ya?" Ellara mengangguk lagi.

"Gue ikut," Agam berkata saat mereka sudah akan pergi. Tangannya memegang pergelangan tangan Ellara.

"Oke."

Setelah itu mereka langsung berjalan menuju ke kantin dan duduk di meja paling dekat dengan pintu. Aru berjalan menuju ke ibu kantin untuk membeli makanan agar mereka tidak memprotes.

Setelah Aru meletakkan tiga mangkuk soto ayam di meja itu, ia langsung berkata dengan cepat. "Gini, Ell. Gue mau minta tolong sama lo buat bantuin gue minta maaf sama Alora. Emang sih, harusnya gue langsung minta maaf aja, tapi kan lo tau kalau Alora lagi jauhin gue. Terus....."

Ellara yang sudah mulai menyantap soto ayamnya, mengangkat tangannya agar Aru berhenti bicara. "Gue makan dulu."

Aru yang melihat itu langsung memasang muka masam. Tapi ia menurut dan ikut memakan soto miliknya. Baru setelah soto ketiganya habis, Ellara menjawab perkataan Aru tadi.

"Gue bisa bantuin lo buat minta maaf sama Alora," Katanya, membuat muka Aru berseri-seri. "Tapi lo beneran mau minta maaf kan?"

Dahi Aru mengerut begitu mendengar pertanyaan itu. "Of course! why do you ask that? Gue udah mikirin semuanya kemarin malam dan gue udah sadar sama kesalahan gue."

"Gue cuman takut setelah lo minta maaf sama Alora, lo bakal ulangin lagi kesalahan lo," Ucapan Ellara langsung membuat Aru terdiam. Ellara membuat ketakutan muncul ke benak Aru yang tadinya hanya berisi rasa bersala. 

Ucapan Ellara membuat keheningan meliputi kantin itu. Aru diam, Ellara diam, Agam juga ikut diam. Ellara menatap Aru dengan tatapan mengintimidasi sementara Aru sendiri sedang sibuk dengan pikirannya.

"Gue bakal usahain itu." Aru berkata perlahan setelah beberapa menit hening.

"What?" Satu alis Ellara terangkat sementara mulutnya bertanya.

"Gue bakal usahain kalau kesalahan yang udah gue buat, enggak bakal ke ulang lagi," Ujar Aru.

Ellara tersenyum mendengar itu. "Gue pegang omongan lo."

*  *  *

Ellara mengajak Alora ke kafe untuk melakukan apa yang direncanakannya bersama Aru dan Agam kemarin. Keduanya duduk di meja paling dekat dengan pintu. Ellara sudah memesan makanannya dulu sebelum ikut duduk dan pesanannya diantarkan tepat saat dua orang lelaki masuk ke kafe itu. Alora menatap kedatangan dua orang itu dengan wajah ngeri karena keduanya memakai hoodie dan masker hitam.

"Gue ke kamar mandi bentar, ya," Kata Ellara sambil berdiri dan langsung pergi sebelum Alora membuka mulut untuk menjawabnya.

Alora terdiam menatap cappuccino di depannya dan meminumnya dengan kedua tangan yang memegang cangkir itu untuk merasakan kehangatan di udara yang dingin karena hujan.

Mata Alora beralih ke kedua lelaki ber-hoodie di depannya yang turut menatapnya. Alora mulai merasakan panas dingin tubuhnya. Ia menoleh ke arah pintu kamar mandi untuk melihat apakah Ellara sudah keluar atau belum dengan gelisah. Dan betapa ngerinya dia saat melihat satu dari dua lelaki itu melangkahkan kakinya menuju ke arahnya. Alora ingin pergi, tapi badannya tidak mau bergerak. Saat lelaki itu sudah sangat dekat dengan Alora, seseorang masuk ke dalam kafe itu.

Sosok Raden Denaru muncul dan langsung melihat lelaki yang sedang mendekati Alora itu. Aru bisa melihat kalau Alora sudah sangat ketakutan. Ia mendatangi meja itu.

"Siapa lo?" 

Suara yang Aru keluarkan mampu membuat lelaki itu mundur dan kembali lagi ke meja temannya.

"Lo sendiri doang?" Tanya Aru kepada Alora.

Gadis itu menggeleng. "Enggak, gue sama Ellara. Tapi dia lagi di kamar mandi."

Aru mengangguk paham sambil membentuk mulutnya menjadi huruf O. Ia lalu duduk di depan Alora.

Keduanya terdiam. Alora sudah mulai gelisah lagi sekarang. Aru terus saja menatapnya dengan muka datar, sampai membuatnya takut. Kepalanya sudah beberapa kali menengok ke pintu kamar mandi.

"Gue liat Ellara udah keluar tadi," Ujar Aru.

"Maksud lo?"

"Ellara udah keluar. Gue liat dia waktu gue masuk tadi," Jelas Aru.

Alora mengerutkan keningnya saat mendengar itu. Ia sudah akan mengambil ponselnya untuk menelepon Ellara saat Aru berkata lagi.

"Itu rencana gue."

Alora kembali dibuat bingung dengan perkataan Aru itu. Rencana? Rencana apa?

"Ellara ajak lo kesini karena gue yang suruh," Kata Aru. "Gue..." Ia menahan napas dulu sebelum melanjutkan. "Gue mau minta maaf sama lo. Maaf karena udah marah-marah enggak jelas ke elo waktu itu. Maaf karena udah ngecewain lo."

Kalimat itu diucapkan dengan sangat cepat sampai membuat Alora tertegun. Gadis itu terdiam. Ia tak merespon, melainkan hanya menatap lelaki didepannya dengan tatapan sayu.

"Gue paham kok kalau lo enggak mau maafin gue. Gue juga enggak mau maksa lo buat maafin gue. Tapi tolong percaya kalau gue beneran minta maaf sama lo, meskipun lo enggak mau maafin gu..."

"Kata siapa?"

"Hah?"

"Kata siapa gue enggak mau maafin lo?" Alora bertanya dengan tersenyum.

Aru malah seperti orang linglung sekarang. "Lo maafin gue?"

Alora mengangguk sekilas. "Gue emang kecewa banget sama lo. Apalagi waktu denger lo buang bekal yang udah gue kasih. Tapi disini gue juga salah. Gue udah buat lo risih. Gue juga minta maaf ya?"

"Hah?"

"Gue minta maaf," Ulang Alora.

"Hah?"

Alora berdiri dan berjalan menuju ke sebelah Aru. Ia langsung berteriak tepat di depan telinga lelaki itu, "GUE MINTA MAAF."

"Kenapa lo minta maaf?" Aru bertanya.

Alora berdecak, lalu memukul keras lengan lelaki itu. "Lo tadi dengerin gue ngomong, enggak sih?"

Aru menggeleng. Tampangnya membuat Alora berdecak lagi. Gadis itu mengambil sling bag-nya yang ia letakkan di meja dan keluar dari kafe itu.

"Eh tungguin, Ra!"





---       TBC      ---

Say you love meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang