25

1.6K 195 21
                                    

***
Yusti Intania Andani H., Sarah Ulandari Syamsara H., Kamilah Anggisa Cahyani H. adalah tiga bersaudara kandung. Anak dari seseorang yang tersohor di Surabaya belasan tahun yang lalu ialah Hanif.

Bukanlah seorang pengusaha dengan perusahaan yang bercabang-cabang, bukan saudagar dengan belasan kapal dagang, bukan pula seseorang yang berlatar dari pendidikan elit lainnya.

Hanif adalah seorang pria biasa, lulusan sarjana pertanian dari universitas negeri di Surabaya.

Lelaki itu menjadi sangat tersohor dan disegani kala itu karena jasa-jasanya dalam membantu warga setempat terkait dengan tata cara bertani dan berkebun sehingga dapat menghasilkan hasil panen yang baik dan melimpah.

Kesederhanaan dan kedermawanan Hanif saat itu berhasil membuatnya menjadi sosok yang sangat dicintai oleh masyarakat setempat.

Hanif akhirnya bekerja di Instansi Pertanian saat itu hingga akhirnya Ia mendirikan yayasan bersama sang Istri. Yayasan tersebut berupa panti asuhan, sekolah PAUD-TK, dan usaha jahit.

Dari banyaknya yayasan tersebut yang tersisa kini tinggallah yayasan sekolah PAUD-TK. Untuk usaha jahit sudah lama ditutup karena tak ada yang mengurus begitupun dengan panti asuhan.

Masih ingatkah dengan pigura foto yang ada di kamar Ibu Sarah ? Nah, tiga gadis tersebut adalah anak-anak Hanif. Ibu Intan, Ibu Sarah dan Ibu Kamilah atau.....

***
Dua perempuan berjarak tiga tahun itu saling berpelukan erat dan menangis tersedu-sedu.

"Kenapa..kenapa kalian ninggalin aku hiks..hiks ?' tangis Sarah terdengar begitu sakit dan pilu.

"Maaf...maafin aku" jawabnya.

Cukup lama sesi pelukan dan tangis itu berlangsung hingga wajah keduanya menjadi sembab dan memerah.

Kedua perempuan itu akhirnya duduk di salah satu bangku panjang yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Bagaimana kabarmu ?" Tanya Ibu Intan.

Sarah menggeleng pelan.

"Tidak begitu baik setelah kalian pergi" jawab Sarah.

"Maafin aku.."

Keduanya kembali diam.

"Dimana Kak Kamilah ?" Tanya Sarah.

Ibu Intan menggeleng pelan.

"Aku tidak tau keberadaannya. Sudah lama aku berusaha mencarinya tapi, tidak pernah kutemukan" jawab Intan.

"Bagaimana Nazira ?" Tanya Ibu Intan.

"Kamu tau ?"

Ibu Intan mengangguk samar.

"Saat kalian pergi aku belum melahirkan Nazira"

"Aku tau tentang Nazira belum lama ini dari seseorang"

"Seseorang ? Siapa ?"

"Kak Amara" jawab Ibu Intan.

Wajah Sarah berubah tegas.

"Jangan sebut dia Kak. Dia bukan saudara kita. Dia bukan keturunan Hanif"

"Iya, dia bukan saudara kita" timpal Ibu Intan.

"Kapan kau bertemu dengan Amara ?" Tanya Ibu Sarah.

"Sekitar 5 bulanan terakhir"

"Ada apa dia menemuimu ?"

"Dia datang mengancam ku. Memaksaku untuk mengusir Lian dari ruko"

"Lian ? Lian anak Adijaya dan Amara ?" Tanya Sarah dengan raut keterkejutannya.

Intan mengangguk samar.

Dunia dan IsinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang