31

1.1K 174 20
                                    

***
Sore ini Lian dan Aliyyah sedang bersiap-siap untuk ke rumah orang tua Lian.

Setelah melakukan segala macam persiapan akhirnya acara lamaran Aro dan Nabiya akan segera dilangsungkan dalam dua hari ini.

Aliyyah dan Lian berencana akan menginap dirumah Ibu Sarah. Terlalu jauh jika harus bolak balik dari rumah mereka ke kediaman Adijaya.

"Udah siap semuanya kan sayang ?" Tanya Lian sembari menarik satu tas besar berisi perlengkapan mereka.

"Udah nih.."

"Yaudah, ini kami bisa sambil bawa Khaalid ? Kalau gak bisa, aku bawa tas dulu ke mobil nanti aku balik lagi buat bawa Khaalid"

"Gak usah Mas. Bisa kok ini"

Lian kembali memperhatikan Aliyyah.

"Benaran Mas"

"Oke, yaudah ayok"

Mereka dipinjamkan mobil oleh orang tua Aliyyah.

Tepat pukul empat sore mereka bertolak dari rumah menuju rumah Ibu Sarah.

***
"Cucu Ibu sudah besar..."begitu turun dari mobil Khaalid langsung dimonopoli oleh Ibu Sarah.

"Aaaa nggghhh...ngeeeu" Khaalid berceloteh tidak jelas membuat Ibu Sarah semakin gemas.

"Khaalid udah mau enam bulan kan ? Bentar lagi MPASI dia"

"Iya, Buk. Kurang satu minggu dia masuk enam bulan" jawab Aliyyah.

Mereka sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Gimana kandungan kamu ? Aman kan ?" Tanya Ibu Sarah

"Aman Buk"

"Berhubung bentar lagi Khaalid mau 6 bulan berarti kamu coba kasi dia sufor, pelan-pelan lepas ASI. Takut ngefek juga ke kandungan kamu"

"Iya, Buk. Liyyah juga udah mikirin itu. Tapi, coba Liyyah konsul lagi sama bidan gimana enaknya. Soalnya aku sendiri rasanya masih agak berat buat nyapihin Khaalid cuma takut juga kalau ternyata ngefek ke kandungan aku"

Sarah menganggukkan kepalanya.

"Kalian makan dulu gih..pasti pada lapar kan ?"

"Iya, Buk. Lian laper"
Jawab Lian yang baru saja kembali dari kamar setelah membawa barang-barang mereka di kamar tidur Aliyyah.

"Yaudah, sana kalian makan. Khaalid biar sama Ibu dulu"

"Loh..Ibu udah makan ?"

"Ibu masih kenyang, sore tadi abis ngemil. Sekalian aja nanti makan sama Nazira kalau udah pulang" jawab Ibu Nazira sembari kembali sibuk bermain dengan Khaalid.

***
Rumah kediaman Adijaya sudah disulap dengan dekorasi khas acara lamaran yang begitu cantik.

"Mah..ini kok seragamnya cuma dua aja ceweknya. Buat Kak Liyyah mana, dia ukurannya yang lebih besar?" Tanya Nazira yang baru saja membuka barang bawaan Mamanya dari butik.

"Loh, emang Mama bilang kalau Aliyyah ikut seragaman sama kita ?" Jawab Amara acuh.

"Mah..Aliyyah itu justru yang paling dekat sama keluarga kita, paling dekat sama aku" jelas Nabiya.

"Iya, dekat sama kamu. Bukan sama Mama"

"Bisa gak sih Mah gak usah ngeselin gini. Ini itu hari bahagia Biya, harusnya yah sesuai maunya Biya. Kenapa malah Mama yang lebih banyak ngatur. Masalah dekor, undangan segala macam okelah Mama yang atur tapi, kalau sampai ginian juga Mama gak ngikutin maunya Biya yah percuma dong. Mana itu yang kata Papa bakalan ngadain acara lamaran impian Biya ?" Nabiya nampaknya sedikit mulai emosi dengan Mamanya.

Dunia dan IsinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang