6. Masa lalu Dean (1)

49 5 1
                                    

Lea bersenandung sembari membersihkan rumahnya sebelum pergi, wanita itu kembali menoleh ke cermin untuk melihat penampilannya saat ini. Bayaran yang harus dirinya lakukan yaitu pergi makan malam bersama dengan Dean.

Ia tidak mungkin menolaknya, karena itu adalah hal yang mudah. Tentu kapan lagi dirinya akan makan malam sembari menikmati pemandangan indah dari wajah Dean, tentu saja Lea akan menyetujuinya. Wanita itu keluar dari dalam rumahnya, matanya langsung tertuju pada pria yang berdiri di depan pintu.

"Eh? Pak Dean?!"

Dean tersenyum membalasnya. Pria itu meneliti pakaian yang dipakai oleh Lea malam ini, sangat cantik. Mungkin selera wanita adalah pakaian yang terbuka, selama mereka bertemu pakaian yang Lea pakai selalu memamerkan tubuh cantik wanita itu.

"Pak Dean sudah lama nunggu saya ya?"

"Tidak, saya juga baru datang."

"Kalau gitu kita berangkat sekarang?"

"Tentu."

Ketika di dalam mobil Dean kembali melirik wanita yang duduk di sampingnya itu. Ia benar-benar penasaran dengan gadis itu, dari awal dirinya bertemu hingga sekarang. Apakah Lea hanya berpura-pura atau ini benar sikapnya.

"Lea," panggil Dean dengan tatapan yang fokus menatap jalanan, "sebelum kamu kerja di perusahaan saya, apa kita pernah bertemu?"

Dean menghentikan mobilnya ketika berhadapan dengan lampu merah, ini adalah kesempatan baginya untuk melihat reaksi dari wanita itu. Tetapi yang dirinya dapat adalah Lea menatapnya dengan wajah yang tidak mengerti maksudnya.

"Apa menurut Pak Dean kita pernah saling mengenal dulu?"

"A-apa?" Pria itu menjadi gugup tiba-tiba. Ia segera mengalihkan pandangannya karena malu, "mungkin saya salah orang."

"Boleh saya tahu siapa dia? Apakah seorang wanita? Cinta pertama Pak Dean?"

Ia mulai menginjak pedal gas mobilnya perlahan ketika lampu menunjukkan warna hijau, tangannya mencengkram erat pada stir mobil. Bahkan Dean tak yakin bisa menjawab pertanyaan dari Lea. Entah apa sebutan untuk hubungan mereka. Wanita di sampingnya itu tidak mengingat dirinya, lalu bagaimana lagi ia harus menjelaskannya?

Kenangan ini sudah terlalu lama. Sebagai salah satu penerus perusahaan ternama sudah menjadi kewajiban bagi Dean untuk unggul di segala bidang. Dia tidak bisa menghabiskan waktu sekolahnya untuk bermain, karena itu selama sekolah ia selalu berada di perpustakaan. Jika bisa diperkirakan selama 2 tahun bersekolah ia hampir membaca seluruh buku yang berada di perpustakaan ini.

Dean saat itu kembali menuju perpustakaan, tapi hal tidak terduga yang dirinya lihat. Seorang gadis yang sedang membaca komik online di ponsel dengan layarnya yang begitu cerah sehingga Dean bisa melihat apa isi dari komik tersebut. Komik dewasa yang menunjukkan adegan dewasa tanpa sensor, Dean yang pertama kali melihat itu merasa sangat tercengang.

Hidupnya masih sangat bersih, tetapi matanya sudah tercemar karena gadis di depannya itu membaca bacaan yang tidak sesuai dengan umurnya. Ia tidak bisa bergerak dari tempat awal dirinya berdiri, Dean berdiri di belakang gadis yang belum dirinya tahu siapa namanya itu, kembali mengintip komik dewasa yang sedang gadis itu baca.

Entah sudah berapa lama dirinya berdiri di sana, ia tetap berdiri di belakang gadis itu dan ikut membaca komik dewasa itu. Dean tidak pernah merasakan perasaan berdebar selama hidupnya, tetapi ketika melihat komik dewasa itu tubuhnya tidak bisa terkontrol. Tubuhnya menjadi panas dan wajahnya memerah malu.

"Ah! Kok udah habis sih? Updatenya lama lagi..." keluh gadis itu, ia mematikan ponselnya dan menoleh ke belakang.

"AARGGHH! Anjir, lo! Lo ngagetin aja!"

Dean sebenarnya juga terkejut karena gadis itu berteriak, tetapi ia berpura-pura tidak terkejut. Bagaimana jika citranya sebagai anak teladan menjadi hancur?

"Lo masih di bawah umur untuk baca begituan, mau gue laporin?!"

Mulut gadis itu terbuka lebar. Ia menjadi sangat malu ketika Dean mengatakan hal tersebut, dengan segera ia menarik tangan Dean dan menutup mulut lelaki itu dengan tangannya.

"Maksud lo apaa?!" tanya gadis itu berbisik, "lo kenapa ngintip juga? Itu melanggar privasi!"

"Lep-paw-sin!"

Daun telinga lelaki itu memerah karenanya, ia memberontak ketika gadis itu merangkulnya dari belakang dengan tangannya yang masih menutup mulutnya.

"Bilang dulu jangan kasih tahu siapa-siapa! Lo mau apa dari gue? Please jangan kasih tahu siapa-siapa!"

Gadis itu tetap menutup mulut Dean tidak membiarkan lelaki itu menjawabnya, ia juga terlalu takut kalau Dean akan menyebarkan rumor tentangnya. Ia sangat takut. Dean meronta di pelukan gadis itu sampai mereka terjatuh di lantai.

"Aduh!" Gadis itu meringis sakit. Bokongnya terbentur lantai dengan beban Dean di atasnya. "Hei! Lo janji dulu sama gue kalau jangan kasih tahu orang lain, baru gue lepasin!"

Kaki gadis itu melingkar di kedua paha Dean. Walau Dean seorang lelaki tapi menurutnya kekuatannya masih lemah, jika berhadapan dengannya. Tetapi jauh dari perkiraannya, lelaki itu menggigit tangannya yang dipakai untuk menutup mulut Dean.

"Aww! Sakit!"

Dean merangkak menjauh dari gadis itu, ia merasa kalau gadis di depannya ini terlalu berbahaya baginya. "Lo! Lo tahu kalau itu pelecehan?!"

Lagi dan lagi gadis itu merasakan hawa bahaya dari lelaki di depannya itu. Dia selalu mengancamnya, "gue minta maaf."

Dean merapikan baju seragamnya yang kusut, dia melihat gadis itu dengan raut wajah menyesal. "Gue minta maaf, tapi tolong jangan sebar rumor ini. Ini cuma hobi gue, gue minta tolong! Yang Mulia Dean!" teriak gadis itu dengan benar memohon.

"Lo kenal sama gue?"

Gadis itu mengangkat kepalanya, "emang siapa sih yang nggak kenal sama teladan sekolah? Setiap hari jadi omongan guru,"

Dean merasa bangga dengan dirinya, sudah seharusnya semua orang mengenal dirinya. "Terus nama lo siapa?"

"Lea! Gue Lea, anak kelas 12B. Kelas kita sebelahan loh,"

"Tapi gue nggak pernah lihat muka lo di sana,"

"Gimana mau bisa lihat, lo aja sering nggak ngeliat gue. Udahlah, gue mau balik ke kelas, bentar lagi bel masuk!"

"Lea!"

Gadis itu menoleh ketika namanya di panggil, "apa lagi? Lo udah janji nggak bakal bilang siapa-siapa soal tadi 'kan?!"

"Kata siapa?"

Lea menggeram sebal, "Lo! Mau Lo apaan sih!"

Dean melangkah maju, "kalau nggak mau gue sebar rumor tentang lo yang suka baca komik dewasa. Datang ke sini lagi, di jam yang sama."

"Sepertinya kita punya banyak obrolan yang harus di bahas bukan, Lea?"

Dean meninggalkannya begitu saja, dengan senyum simpul menghiasi wajahnya. Sementara gadis itu merasa sangat kesal dengan sikap menyebalkan lelaki itu, jika saja lelaki itu tidak memegang kelemahannya ia sudah memukul kepalanya dengan buku tebal yang berada di perpustakaan ini.

"Ah, sial!"

***

Halo Liy'ders! Apa kabar?
Jangan lupa vote dan komen chapter ini ya, sebagai apresiasi agar aku semangat nulis hehe

Terima kasih✨🦋

Dean's Hidden SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang