8. Masa lalu Dean (3)

36 4 1
                                    

"Dean!"

Lelaki itu berlari mengejar gadis yang tertawa memanggil namanya terus menerus. Lea memegang topi pantainya yang hampir terbang karena angin yang sangat kencang, ini adalah kencan pertama mereka setelah ujian selesai.

Setelah membuat janji dua bulan lalu, ia tidak pernah melupakan janji tersebut. Dean dengan sangat berani mendatangi orang tua Lea yang berada di rumah, saat itu hanya ibu Lea yang menyambutnya. Bahkan wanita paruh baya itu merasa terhibur dengan sikap berani Dean yang datang ke rumahnya meminta izin untuk mengajak Lea bermain di pantai.

Dean mengatakan ditemani dengan dua orang supir, jadi meminta agar ibu Lea tidak usah khawatir dengan anak perempuannya jika bermain bersama Dean. Karena keamanan mereka akan terjaga.

"Jangan lari-larian, nanti kamu kelelahan."

Lea dengan wajah tersipunya menatap lelaki itu, dia tampak malu jika harus menatap Lea terlalu lama.

"Kamu?"

"Huh?" Dean akhirnya membalas tatapan sang gadis.

"Sekarang kita saling manggil pakai aku kamu? Oke, aku paham."

Ia menggaruk lehernya yang tidak gatal, "itu kalau kamu nggak masalah, aku juga nggak maksa."

"Apaan sih Dean, kok tiba-tiba kikuk gini," Lea berusaha menahan tawanya, "padahal tadi ketemu mama aku, kamu berani banget."

"Itu aku sudah latihan, kalau main ke pantai berdua sama kamu aku nggak ada persiapan."

"Dean, aku mau ketawa tau."

"Kenapa?"

"Kamu lucu banget tahu, hahahaha!"

Dean hanya diam menutup wajahnya, ia sangat malu menjadi olokan gadis itu. Sebenarnya, ia sudah mencoba bersikap lebih manis. Tetapi itu tidak semudah yang selama ini dirinya pelajari, tidak semudah seperti kata orang di internet.

"Lea, aku mau ngomong sama kamu... tapi aku bingung harus gimana,"

"Hmm? Ngomong apa? Kok serius banget," Lea memilih duduk, disusul oleh Dean duduk di sampingnya. "Aku sebenarnya juga mau bilang sesuatu sih, tapi aku mau ngasi kamu kesempatan duluan."

"Kalau kamu mau bilang sesuatu, kamu bisa bilang duluan. Aku nggak masalah,"

Lea mengangguk mengerti, dia menoleh ke samping di mana Dean berada. Menatap lama lelaki itu dengan seksama, "ayo kita pacaran, Dean."

"Arghh!!"

"Eh? Kenapa? Kenapa? Kenapa teriak?!"

"Itu bagianku! Kenapa kamu duluan yang bilang gitu!" Dean duduk menjauh sebentar dari Lea, wajahnya sudah sangat merah. Ia berlatih berkali-kali, tetap saja sangat susah mengatakan hal itu, tetapi Lea begitu mudah mengatakannya, "Lea, iya! Ayo kita pacaran!"

"Kamu mau 'kan pacaran sama aku?"

Debaran itu tidak berhenti. Lea merasa ada yang kurang, ia memutar matanya berpikir. "Boleh aku jawab besok?"

"Besok? Ke-kenapa? Bukannya kamu juga suka sama aku?"

"Itu benar, tapi aku mau jawabnya waktu kita dansa pertama di prom night besok. Kamu nggak keberatan 'kan?"

"Kita juga harus menang jadi prom Queen and King di prom night besok," lanjut Lea. Dia mendekat pada Dean yang tadi menjauh darinya, "aku nggak akan lupa dengan hari ini. Pulang dari sini, aku lingkari tanggal kalender di rumah, hehe."

"Makasih Dean, untuk semuanya."

"Kamu ngomong apa sih," Dean tersenyum tipis, "kalau bukan kamu baca komik dewasa, kita nggak mungkin bisa temenan."

Dean's Hidden SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang