7. Masa lalu Dean (2)

46 6 1
                                    

Lea dengan wajah kesalnya menunggu lelaki yang membuat janji dengannya tetapi tak kunjung tiba. Ia sudah rela demi Dean si anak teladan itu meninggalkan waktu istirahat, tetapi lelaki itu tidak kunjung tiba.

"Lagi lima menit lo nggak dateng gue tinggal nih!" gumamnya kesal.

Gadis berponi itu sadar dengan kedatangan seseorang yang berlari ke arahnya. "Lo terlambat!" Lea menatap Dean dengan sinis, menatap dari atas hingga kebawah lelaki yang ada berdiri di depannya.

"Kenapa lo yang marah? Harusnya lo nunggu gue dengan tenang, supaya gue nggak nyebar rumor itu."

Dengan bibir cemberutnya Lea benar-benar kesal, "itu 'kan karena lo telat dateng!" Lelaki itu tersenyum, ia merasa senang membuat gadis di depannya ini kesal.

"Siapapun pernah telat, bahkan seorang presiden sekalipun."

"Tapi gue nggak pernah! Gue selalu datang tepat waktu ya!"

"Oh ya? Pasti lo bakal ngerasain telat barang sekali di hidup lo," sindir Dean. Dia membuka buku pelajaran yang sengaja dirinya bawa tadi.

"Iya! Kalo gue kecelakaan terus sekarat!" Celetuk gadis itu. Karena terlalu kesal dia bahkan tidak sadar dengan apa yang dirinya sendiri katakan.

"Jangan ngomong gitu, lo bakal nyesel nanti." balas Dean. Ia tidak suka melihat seseorang yang menyia-nyiakan hidupnya begitu saja, "di dunia ini masih banyak hal indah yang perlu lo lihat, contohnya gue."

Lea sangat berusaha menahan tawanya, entah angin dari mana lelaki itu bisa bercanda dengannya. "Pede banget kalo muka lo itu ganteng,"

"Ya kan memang gue ganteng," ia membalik halaman buku selanjutnya, "tidak perlu penyangkalan."

"Iya deh iya, Yang Mulia pangeran Dean Zayn Aditama yang ganteng banget sejagat raya."

"Pfttt, lo bisa ngelucu juga ya."

"Mau gimana lagi, udah pekerjaan di rumah." Lea membuang muka setelah mengatakannya, seakan kenangan itu bukan hal yang baik.

"Jadi Yang Mulia, ada perlu apakah anda memanggil saya? Apakah anda membutuhkan bantuan saya?"

"Nggak ada, gue cuma mau minta lo temenin gue belajar aja."

"Astaga orang ini, otak lo isinya belajar belajar belajar doang ya? Lo nggak mau main gitu? Lo nggak punya teman dekat?"

"Temen belajar ada,"

"Ya ampun, saya merasa sangat kasihan dengan anda Yang Mulia. Saya sangat terhormat jika anda ingin menjadi teman saya, apakah itu diperbolehkan?"

Dean tertawa di buatnya, "lo belajar ngomong gitu dari mana? Ngakak banget!"

"Gue baca komik tentang kerajaan," ujarnya dengan bangga.

"Komik dewasa itu?"

Gadis itu merasa tertusuk dengan ucapan Dean, rasa malu kembali menenggelamkan dirinya. "Mungkin?" Lea menatap Dean yang mulai menutup buku pelajarannya, "itu rahasia kita loh, lo jangan kasih tau siapa-siapa." cicitnya

Lelaki itu melipat kedua tangannya dan menaruhnya di atas meja, ia mencondongkan tubuhnya karena tertarik dengan percakapan mereka ini, terlebih lagi reaksi Lea yang sangat lucu dan terlihat kelabakan.

"Dasar gadis mesum!"

Dengan mulut yang terbuka lebar, Lea merasa Dean telah berkhianat padanya. Lea hanya bisa menangis dalam hati, "Dean?! Lo jangan ngejek gue terus ya!"

"Kenapa? Itu fakta kok,"

Kedua tangan Lea melayang ingin mencengkram kepala lelaki di depannya, "lo jangan ngomong keras-keras! Nanti ada yang dengar!"

"Kalo gemes pegang aja, gue tahu gue sangat menggemaskan." Dean mengambil tangan Lea dan meletakkannya di kedua sisi wajahnya, "gimana? Gue ganteng kan?"

"Iya..."

Dean tersenyum simpul mendengarnya, ia menutup matanya menikmati tangan Lea yang menyentuh wajahnya. "Gue suka sama orang yang jujur." Kemudian menatap Lea yang masih tidak sadar.

"Apa?!"

Lelaki itu terhuyung ke depan ketika Lea menarik tangannya dari wajah Dean. Dia menatap wajah putih gadis itu memerah dengan wajah keterkejutannya. Ah, Dean menyadari sesuatu yang lain, entah kenapa jantungnya berdebar tidak normal seperti biasanya.

Begitu pula yang dirasakan oleh Lea. Ia baru pertama kali merasakan sesuatu tidak normal ini, berdebar, bahkan ia tersipu hanya karena Dean. Sosok lelaki yang mengetahui perbuatan nakalnya.

Musim semi bagi mereka mulai datang.

***

Dean tidak fokus dengan pembelajaran, ia selalu teringat dengan hal tadi. Begitu pula dengan Lea yang berada di ruangan sebelah, mereka hanya terpisah oleh sebuah dinding pembatas kelas. Tetapi rasa yang mereka rasakan adalah hal yang sama.

Setelah kelas berakhir tidak biasanya Dean terburu-buru mengemasi barangnya, dia berlari ke luar kelas paling pertama. Bahkan murid di sana hanya bisa memandang satu sama lain, hal yang tidak normal terjadi pada si anak teladan.

Dean berdiri di depan pintu kelas Lea, karena hari ini adalah hari pertama mereka berteman. Ia sangat ingin menghabiskan waktunya dengan Lea, gadis yang mampu membuat dean tertarik padanya.

Senyumnya mengembang ketika melihat Lea yang berjalan ke pintu keluar, dengan segara Dean menarik tangan gadis itu dari kerumunan. "Ayo main sama gue, Lea."

Dengan suara yang sedikit keras, semua mata tertuju pada mereka. Ini adalah pemandangan langka, seorang gadis yang suka bolos dengan seorang teladan di sekolah mereka. Lagi dan lagi Dean membuat jantung Lea berdebar, ia merasa memiliki perasaan lebih pada pria itu. Apa ini namanya cinta pertama?

Hanya suara seruan menggoda yang dapat mereka dengar. Lea tidak tahan dengan semua itu, sehingga dia menarik Dean menjauh dari kerumunan itu semua.

"Arghh! Dean! Lo kenapa ngajak main kayak ngajak orang pacaran sih? Gue kan malu!"

Lelaki itu merasa bingung, "apa gue salah ngomong?"

"Arghh! Terserah lo deh, ayo kita main."

"Main ke mana?"

Lea menghentikan langkahnya, "lo ajak gue main tapi belum tahu mau main ke mana? Astaga Dean! Gue kesel banget sama lo deh!"

"Emang salah? Gue suka berdua sama lo, gue cuma mau ngabisin waktu berdua sama lo, Lea."

Perasaan berdebar ini lagi, Lea yakin kalau Dean saja tidak paham dengan apa yang lelaki itu katakan. Lea bisa mengerti, itu semua karena di otak lelaki itu hanya berisi belajar, belajar, dan belajar.

"Dean, lo ngomong gitu bisa bikin gue salah paham."

"Lo boleh salah paham, gue nggak masalah."

"Gue masih ragu sama perasaan gue, tapi gue rasa gue suka sama lo, Dean."

"Ya! Gue juga, tapi Lea...."

Lea masih tercengang. "Kenapa lelaki ini sangat jujur?" Wajahnya tidak terlihat tegang seperti dirinya karena menahan malu. Dean bahkan tidak ragu-ragu mengatakan kalau dia suka dengan Lea yang baru saja dirinya kenal.

"Sebentar lagi, kita harus ujian sekolah dan kita sudah kelas akhir. Mari kita selesaikan ini dulu, baru kita bahas hubungan kita selanjutnya. Apakah nggak masalah?"

"Lo sudah mikir sejauh ini?"

"Iya! Gue bahkan nggak bisa fokus selama kelas tadi, gue yakin dengan perasaan ini."

"Okey, mari kita fokus belajar!"

Gadis itu juga tidak memiliki pengalaman dengan seorang lelaki, tetapi jika lelaki di depannya ini menyukainya juga. Mungkin ini akan menjadi kisah awal bagi mereka.

***

Halo Liy'ders! Apa kabar?

Masih flashback Dean ya! Jangan lupa vote dan komen sebagai apresiasi. Nggak bayar kok votenya;)
Terima kasih telah membaca♥️✨🦋

Dean's Hidden SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang