CHAPTER 06 [18+]

12.1K 304 11
                                    

"Mbak Meera engga dibangunin buk?" Tanya Hanifa.

"Alah Yo Ben, jenenge pengantin baru." Jawab ibu Meera. Sedangkan Hanifa hanya menganggukkan kepalanya saja, lalu berpamitan kepada sang ibu untuk berangkat sekolah.

"Gak papa, namanya juga pengantin baru."

Sedangkan dikamar, Meera dan mas Pur masih tertidur nyenyak, mungkin karena efek lelah juga jadi mereka masih terlelap hingga sekarang. Niatnya nanti Meera akan pindah ke rumah mas Pur, jarak rumah mas Pur dan Meera sebenarnya tak terlalu jauh, mungkin sekitar 200 meter saja.

Meera terbangun, sebenarnya ia masih ingin tidur, namun ia harus segera mandi, karena ia sedang haid, ia tidak betah. Setelah mandi dan membersihkan diri, Meera pun pergi kedapur untuk membantu ibunya, niat ingin membantu pupus, karena ternyata makanan sudah tertata rapi dimeja makan.

"Maaf buk, Meera telat bangun." Meera benar-benar tak enak kepada sang ibu.

"Alah, Yo ndaa papa kok, namane juga pengantin baru."

"Bojomu urung tangi?" Tanya ibu Meera sembari mengupas buah melon.

"Suamimu belum bangun?"

"Belum buk. Ndaa tega aku banguninnya."

"Iyo gak papa, jangan dibangunin sek, biar tidur aja dulu." Ibu Meera menyodorkan buah melon yang sudah ia kupas tadi untuk Meera cicipi.

"Kemanisan buk." Ucap Meera setelah memakannya.

"Yo enak to, berarti." Ibu Meera juga ikut mencicipinya.

"Ndaa enak, Meera ndaa suka." Meera memang tidak menyukai makanan manis, berbeda seperti Hanifa yang sangatlah menyukai makanan manis.

"Piye? Sido malam pertama?" Tanya ibu Meera dengan jahilnya.

"Mboten buk." Ibu Meera yang mendengarnya pun kaget.

"Engga buk."

"Lha kenapa?"

"Aku lagi Dateng bulan." Jawab Meera dengan santai.

Pembicaraan Meera dan ibunya kalau sedang berdua itu bisa sangatlah vulgar. Asal tahu tempat.

"Kasian si mas Pur." Ibu Meera tertawa kecil.

"Malah ibu nduk ketok e mbaleni malam pertama." Yang benar saja, pikir Meera.

"Malah ibu nduk, yang mengulangi malam pertama."

Jadi yang pengantin baru disini Meera dan mas Pur atau Ibu dan Bapaknya?

"Tenan buk? Ngeneki aku Yo duwe adek meneh." Jujur Meera tak ingin memiliki adik lagi, sudah cukup 2 saja.

"Beneran buk? kalo kayak gini aku ya punya adik lagi."

"Halah Yo Ben no! Akeh anak akeh rejeki!" Ucap ibunya senang, padahal ibu Meera sudah tidak bisa hamil lagi karena sudah di steril.

"Halah gak papa! Banyak anak banyak rejeki."

Meera hanya menghela napas saja, ibunya ini dan para warga desa masih menganut hal seperti itu.

"Banyak anak banyak pengeluaran buk!" Ucap Meera. 

Bahkan para warga disini paling banyak memiliki anak yaitu sampai 12 anak, sedangkan paling sedikit 4 anak. Dan itu hanya keluarga Meera.

Meera sampai heran, 12 anak berarti akan menyamai keluarga halilintar yang viral itu.

Mau heran, tapi Thariq 2 bulan udah haji.

Mas Pur saja anak ke 6, untungnya dia bungsu. Kalau mas Pur punya adik waduhhh, pasti lebih tua dari Meera.

"Jadi pindahan?" Tanya ibu Meera.

4. ISTRI MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang