CHAPTER 09

3.8K 309 12
                                    

enam tahun yang lalu, ada seorang gadis yang tampak akan menangis karena rantai sepedanya putus di tengah jalan, "yaalah Iki piye?"

"Yaalah ini gimana?"

"Kenapa dek Meera?" tanya seorang pria dewasa yang menghampiri almeera kecil.

Meera menatap pria dewasa itu, ah ini kan yang pernikahannya digelar mewah itu tahun lalu. Meera lupa namanya.

"Sepeda Meera putus." Jawab gadis 13 tahun itu. Pria itu tersenyum mendengarnya.

"Rantainya dek, bukan sepedanya." Pria itu mengecek sepeda Meera.

Mendengarnya pun membuat meera semakin menangis saja. Mas Pur yang melihatnya pun tertawa. Meera gadis yang lucu, sangat imut!

"Yasudah ayo, pulang, biar mas antarkan." Mas Pur hendak mengandeng tangan Meera namun gadis itu nampak kesulitan untuk berjalan. Ah rupanya gadis ini baru saja jatuh rupanya.

Mas Pur jongkok lalu menoleh kebelakang, "Ayo, mas gendong." Meera yang mendengarnya pun merasa tak enak hati.

gadis itu menggeleng, "Udah ayo, daripada disini terus."

Gadis itu kemudian menaiki punggung mas Pur, mas Pur pun segera membawa Meera ke rumahnya agar segera diobati.

"Pegangan nanti jatuh lho." Canda mas Pur.

Mas Pur mendudukkan gadis itu ke sofa ruang tamu miliknya, nampak ia masih sesenggukan. Mas Pur menyentuh wajah gadis itu dan menyeka air matanya, "udah jangan nangis dong, cantiknya hilang lho."

"Sebentar mas ambilkan obat dulu." Mas Pur kemudian pergi meninggalkan gadis itu sendirian di ruang tamu.

Meera menelisik setiap sudut rumah ini, rumahnya begitu besar, kayu-kayu menjadi tiangnya. Rumah yang ditempati mas Pur bersama keluarganya.

Mas Pur datang membawa sekotak obat-obatan, dan langsung mengobati luka yang ada di lutut serta siku Meera. "Tahan yaa." gadis itu meringis ketika mas Pur tak sengaja menekan lukannya.

"Sudah, hey jangan nangis dong." Lagi-lagi mas Pur menyeka air matanya.

Meera menatap mas Pur dengan mata yang berkaca-kaca, oh tidak, gadis itu semakin mengemaskan Dimata mas Pur. Mas Pur terpesona dengan pesona gadis kecil ini, gadis yang katanya baru saja berumur 13 tahun. Sungguh pesona yang bukan main, bahkan Meera terkenal sebagai gadis yang amat sangat cantik, sampai ke desa sebelah.

Mas Pur memberikan air putih kepada gadis itu, "Istirahat aja dulu, nanti mas antarin pulang."

Keduanya sama-sama diam diruang tamu, mungkin antara meera yang pendiam atau mas Pur yang tak pandai mencari topik?

"Adek sekarang kelas berapa?" Pertanyaan tolol dari mas Pur keluar begitu saja.

"Kelas 7." Mas Pur mendengarnya pun mengangguk saja.

Tanpa mas Pur sadari, awal dari pertemuan mereka adalah hari ini, dan membuat mas Pur mungkin akan semakin jatuh cinta kepada gadis ini tanpa ia sadari.

***

Meera mengigit kukunya, sebuah benda kecil pipih menandakan sebuah garis yang sebenarnya Meera tak menginginkannya. Garis itu menunjukkan tanda positif yang berarti gadis itu tangah.....

.....hamil?

Padahal Meera hanya ingin bercanda jika ia ingin memiliki anak, maksud Meera ia ingin memiliki anak, namun tidak untuk sekarang. Bahkan ia baru saja hampir 19 tahun.

Ia melirik jam dinding dan baru menunjukkan pukul setengah enam pagi, dan ya mas Pur masih tertidur, karena setelah menunaikan ibadah tadi ia lanjut tidur, ia mengaku kalau kepalanya tengah pusing.

Sebenarnya tak ada gejala yang Meera alami, namun ia hanya iseng mencoba testpack yang baru saja ia beli kemarin. Namun kenapa harus positif? dan Meera hanya membeli satu saja, kalau lebih mungkin ia akan memastikan ke testpack lain kalau ia hamil.

Meera tak boleh gegabah, kalau hanya satu testpack saja mungkin bisa saja negatif, ia harus membeli lagi agar dapat memastikannya.

Meera pun keluar ke kamar mandi dan segera untuk memasak, menu sarapan kali ini simpel.  Bayam rebus, tauge, kemangi, tahu, tempe, jamur crispy dan juga peyek menjadi menu andalan simpel pagi ini.

Jangan salah, mas Pur bisa sampai tambah.

Meera menatap hasil masakannya, segera ia membangunkan mas Pur untuk segera sarapan dan pergi ke ladang nanti.

Namun ketika akan menuju kamar, mas Pur ternyata sudah bangun dan menuju meja makan untuk sarapan bersama istrinya.

Mas Pur mengecup kening istri tercintanya, Meera tersenyum kemudian ia menyiapkan nasi untuk suaminya. Mas Pur menerima sepiring nasi itu dan mengucapkan terimakasih kepada istrinya.

Mas Pur benar-benar menyukai masakan istri kecilnya ini, begitu lezat. Mas Pur rasa otot-otot miliknya ini akan menghilang kalau Meera terus-terusan memasak makanan enak-enak seperti ini.

"Kenapa diam saja dek?" Tanya mas Pur kepada istrinya itu.

Biasanya Meera akan banyak bercerita padanya, bercerita kegiatannya dirumah dan mengkonten, dan komentar netizen kepadanya.

Meera yang mendengarnya pun tersenyum tipis, "Engga apa-apa. Hari ini engga ada bahan buat cerita." Bohong sekali wanita ini.

Mas Pur yang mendengarnya pun memicingkan matanya, "Kalau ada masalah, cerita." Kata mas Pur sembari memakan makanannya.

"Iya mas."

Jawaban itu membuat mas Pur tidak yakin, meski begitu ia hanya diam. Pasti ada yang disembunyikan Meera padanya.

Karena apapun masalahnya Meera pasti mengatakan padanya.

"Nanti siang ga perlu ngirim makanan, mas ada urusan bersama pak lurah." Ucap mas Pur meninggalkan Meera diruang makan sendiri.

Meera yang melihat mas Pur langsung meninggalkannya pun bingung, apakah ada yang salah dengannya?

Meera segera merapikan kembali meja makan, dan segera bebersih dapur. Dan menemui mas Pur yang siap untuk ke ladang.

"Mas berangkat, jangan kecapean. Assalamualaikum." Kemudian pria itu segera menaiki sepedanya untuk ke ladang.

"Hati-hati waalaikumsalam." Meera benar-benar hampa, sebelum berangkat mas pur biasanya akan mencium dirinya. Namun kali ini pria itu tak melakukannya.

Meera segera masuk kedalam rumah untuk membersihkan rumah dan segera mencuci bajunya dengan mas Pur. Setelah melakukan pekerjaannya Meera segera mencuci mobilnya, lalu segera mandi. Meera benar-benar kelelahan sekali, ia memutuskan untuk makan lagi karena perutnya tiba-tiba lapar lagi.

"Ini seriusan aku hamil? masa bocil punya bocil? Yang bener aja?" Tanya Meera tak percaya.

"Kira-kira dia mirip siapa ya? mirip aku atau mas Pur? Atau kombinasi kota berdua?" Meera membayangkannya saja sudah membuatnya senang sekali.

"Dia cewek atau cowok ya? atau kembar?"

"Aku pengennya sih cewe, tapi kalo dikasih cowo Alhamdulillah."

Pukul setengah dua siang, Meera segera pergi ke apotek, tak tanggung-tanggung ia membeli sepuluh testpack sekaligus, agar ia dapat meyakinkan dirinya bahwa ia benar-benar hamil atau tidak.

Ia hanya takut mengecewakan mas Pur saja.

Semua testpack telah ia coba, dan semua hasilnya sama.

Bergaris dua.

***

Vote and komen yahhh💋💋💋

Bingung aku teh💋💋💋

Thank u💋💋💋

4. ISTRI MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang