CHAPTER 03

4.9K 271 26
                                    

"Nduk,kamu kok  gitu toh?" Waduh ibu ada apa nih???

"Kenapa buk?" Tanyaku sembari mengaduk adonan bakwan jagung.

"Ibu tahu lho apa yang kamu lakukan bersama Mas Pur kemarin di mobil." Ibu tampak marah padaku.

Jujur aku terkejut mendengarnya, bagaimana bisa ibu tahu?

"Buk..." Aku tak bisa mengucapkan sepatah katapun padanya, karena memang disini aku juga salah.

"Ibu tahu lho nduk, kamu itu cah wedok, tapi kok yo kamu mau di gituin!!!" Aku hanya diam mendengarnya.

"Nduk, gimana kalo bapak tahu?kamu pasti udah di genjing nanti!"

genjing=dimarahi habis-habisan mungkin sampai dipukul.

"Kaca mobil e mas Pur iku bening nduk, ketok ko jobo." Pantes aja ketahuan, aduh mas Pur ini.

"Nduk, gimana kalo adik-adik mu ngerti?bisa aja nanti dicontoh sama mereka piye?"

"Ngihh buk, Meera minta maaf, Meera salah."

"Pokoknya ibuk mau mas Pur cepat nikahi kamu nduk, ibuk ndaa mau jadi fitnah nanti." Perkataan ibu membuatku terkejut.

Kenapa jadi seperti ini?

"Mana katanya malem kesini?Ndak toh!Kemana dia?"

Benar juga, mas Pur tidak kesini malamnya, karena dia tiba-tiba ada urusan di luar kota.

"Meera Ndak tahu buk." Aku menunduk, jadi nyesel habis cipokan sama dia.

"Nduk kamu itu perempuan lho nduk, ibuk juga, adekmu juga Hanifa perempuan, tapi kok kamu kayak gitu???"

"Ibuk kecewa nduk." Ibu pergi begitu saja, melihat ibu kecewa kepadaku membuatku sedih. Tak seharusnya aku terlena kemarin,tak seharusnya aku begitu juga kemarin.

Mas Pur juga, kenapa harus terbawa napsu kemarin?

***

"Kula mbeto cincin menika dados tanda menawi kula iki estunipun serius kalih putrinipun panjhenengan. Kula kersa panjhenengan saget nampi lamaran kula.”

(Saya membawa cincin ini sebagai tanda serius saya kepada putri Anda. Semoga Anda berkenan menerima pinangan saya ini).

Malamnya mas Pur melamar ku, perkataannya kepada bapak membuatku tersenyum dibalik pintu. Mas Pur gentle juga, meski telah mencipokku terlebih dahulu.

Aku melihat bapak dengan pandangan datar dan menyeramkan,meski ia akrab dengan mas Pur tapi bapak benar-benar dingin terhadapnya.

Ini adalah ia pertama kali menerima lamaran langsung dan serius untukku, biasanya kan cuma omong-omong doang.

Bapak menghela napas, ia melirik ibuk "Panggil Meera kesini buk." Ibuk mengangguk.

Ibuk menghampiriku, "Buk sumpah buk aku Ndak siap buk ketemu mas Pur."

"Alah omong wae,wes Ndang merono." Ia menggandeng tanganku.

Dan menyuruhku duduk didekat bapak.

Aku menatap mas Pur yang juga menatapku, malu banget anjirrr mana pake daster merah pendek lagi.

Eh gak papa, nantikan gak perlu malu kalo udah nikah, aseekkkk.

"Untuk pertama kali saya menerima lamaran untuk putri saya dengan serius, silahkan kamu bicara berdua dengannya, silahkan mantapkan hatimu." Kemudian bapak dan ibuk pergi meninggalkan kami berdua.

4. ISTRI MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang