04. Bertemu Pria Aneh Dihutan

7 17 0
                                    

Leivana memaksakan untuk berdiri kembali, setelah menangis beberapa menit atas kehilangan anjing kesayangannya, entah dari mana ia bisa mendapatkan tenaga lebih saat ini, yang pasti Leiva tidak perduli akan hal itu, yang terpenting ia bisa menemukan jalan menuju ke Kerajaan terlebih dahulu.

Ia berdiri dengan tegak, ia menutupkan mata dan mengambil nafas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan.

Setelah itu, matanya terbuka dengan warna yang sudah kembali seperti semula, ember. Entah bagaimana caranya Leiva tidak tahu, tapi ia bisa melihat dirinya saat matanya berubah warna. Itu sangatlah aneh dan tak masuk akal pikir Leiva.

Leivana menggeleng cepat, ia kemudian mulai mengambil kembali pedang yang ia lepas dari genggamannya.

Matanya mengamati pedang itu untuk kedua kalinya. "Masih sama, tidak ada yang berbeda." gumamnya mengedikkan bahunya keatas.

Ia langsung saja memasukan pedang kedalam sarungnya, setelah itu menaruhnya di belakang punggung miliknya agar tersimpan dengan aman.

Matanya menatap nyalang pada busur yang tergeletak begitu saja di tanah. "Apa aku perlu membawanya?" monolong Leiva bertanya.

Kepalanya bergerak ke-kanan dan ke-kiri. "Tidak perlu, lagi pula aku masih mempunyai pedang ini." putusnya tak lagi ingin membawa busur itu bersamanya.

Leivana berganti menatap tubuh anjing yang sudah ia tutupi dengan dedaunan yang ada. "Semoga aku bisa bertemu dengan mu," ucapnya berharap lebih.

Sebelum melangkahkan kakinya untuk melanjutkan perjalanan, ia mengamati sekitar terlebih dahulu. Tak sengaja ia melihat sebuah batang pohon yang seperti terdapat ukiran yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Leivana yang penasaran pun menghampiri untuk mengecek serta melihatnya lebih jelas. Dahinya berkerut mengamati ukiran itu. "Ini bahasa latin." ujarnya mencoba mengartikan apa tulisan tersebut.

"Quod credis posse esse principium veritatis et directionis." cicitnya membaca ukiran kecil dibatang pohon tinggi itu.

"Apa yang anda yakini bisa menjadi sumber kebenaran dan arahan." ujarnya mengartikan bahasa latin itu.

Leivana sangat pandai membaca dan mengartikan bahasa latin karena memang guru nya mengajarkan dirinya berbagai bahasa lainnya.

Leivana mencoba mencerna apa maksud dari tulisan itu, otaknya berkeja keras untuk menemukan jawaban dari semua ini.

Matanya bergerak menatap depan, kanan dan kiri seraya berpikir. Masalahnya kini ia dihadapkan dengan jalan yang bercabang, ia bingung harus memilih jalan yang mana.

Sekarang Leiva mulai paham akan situasi yang tengah ia hadapi kini. Ia mulai mencoba fokus dan konsentrasi sembari menutupkan matanya terpejam.

Tak lama dari itu satu tangannya menunjuk ke salah satu arah jalan. Mata Leivana terbuka, tangannya mengarah ke jalan yang mengarah ke arah kiri dan tanpa ragu ia memutuskan untuk mengikuti kata hatinya.

Dari awal saat melihat jalan bercabang, tujuan selanjutnya adalah melanjutkan perjalanan lewat kiri dan sekarang ia mengambil jalan itu.

"Oh tidak, langit sudah mulai menggelap, tidak ada lagi biru yang terlihat. Semoga saja aku bisa menemukan sebuah tempat untuk aku bermalam dengan aman," harapnya sedikit tidak merasa tenang.

Laivana mempercepat langkahnya agar bisa mencari tempat untuk beristirahat malam nanti, jika sampai malam datang ia belum menemukan tempat beristirahat maka habislah dia, ia sama sekali tak mempunyai alat penerang.

"Nona!" suara seseorang terdengar jelas membuat langkah nya berhenti seketika, ia mencari-cari dari mana sumber suara itu datang namun tak menemukan siapa-siapa.

Leivana's Adventure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang