01. Petualangan Mendebarkan Dimulai

56 22 31
                                    

"Ayah, aku pamit!" ujarnya melambaikan satu tangannya keatas kepada seorang pria yang berpenampilan lusuh dan kotor.

Pria itu tersenyum simpul dengan kepala terangguk pelan merespons. "Ayah berharap, kamu bisa mengetahui sebuah kebenaran." batinnya menatap anak nya sendu yang sudah berjalan pergi meninggalkannya.

🦋

"Hei Doggy, kita akan banyak berjalan. Apa kau sudah merasa lelah?" ucap Leivana bertanya dengan kepala tertunduk kesamping menatap hewan kecil peliharaan nya.

"Kenapa kita berjalan saja? Apa kau heran dengan ku?" sambungnya terus berjalan diikuti anjing miliknya.

"Akan ku beritahu kamu, aku memutuskan untuk berjalan karena berpikir bahwa memang lebih enak berjalan kaki, ini yang namanya berpetualang di alam bebas." jelas Leiva, matanya mengeliling mengamati sekitar yang ditumbuhi pepohonan lebat.

"Apa kau tahu kita akan pergi kemana? Uh, aku sungguh belum mengetahui tujuan kita." cecarnya bingung.

"Kita akan berjalan terus sampai menemukan sebuah pemukiman, sepertinya akan membutuhkan waktu hingga beberapa hari."

"Kenapa aku memutuskan untuk berpetualang? Apa kau ingin tahu alasannya, Doggy?" Leiva tersenyum ketika melihat anjingnya mengangguk antusias.

Ia sering kali merasa sedih, Doggy anjing yang bisu, tidak bisa mengeluarkan suara. Terkadang Leiva kesepian karena tak ada yang bisa diajak berbicara dengannya.

Apalagi Ayahnya pun bisu. Mereka hanya tinggal berdua dirumah yang letaknya ada di tengah hutan itu, ia tak tahu siapa ibu nya dan siapa dirinya.

Bahkan nama saja ia tidak punya, saat usia satu tahun, ia memutuskan untuk menamai dirinya sendiri dengan nama 'Leivana'. Ayahnya bisu dan buta huruf, maka dari itu sejak kecil ia belum mempunyai nama.

Leiva mempunyai seorang teman yang sudah ia anggap sebagai guru, ia mengajarkan dirinya banyak hal, mulai dari bagaimana caranya membaca dan hal lainnya.

Hingga sekarang Leiva tumbuh menjadi seorang gadis yang pintar dan cerdas. Teman nya selalu bilang bahwa ia seperti seorang putri kerajaan karena memiliki kulit dan mata yang sangat cantik.

Warna mata ember serta kulitnya yang seputih susu. Sayangnya ia miskin, kecantikannya tertutupi karena pakaiannya yang lusuh dan kotor.

"Huh, rugi ya kita. Tinggal di wilayah kerajaan tapi mereka sama sekali tidak mau membantu lingkungan yang kita tinggali." cicit Leiva menggeleng pelan. "Oh, apa mereka tidak tahu jika ada pedesaan di ujung perbatasan sana?!" alih nya berpikir.

"Hm, jika benar mereka sama sekali tidak tahu, akan ku marahi mereka semua nanti! Tidak becus sekali mengurus rakyat nya sendiri!" geram nya mendumel.

"Cepat Doggy, kita akan pergi menuju kerajaan, aku ingin melihat suasana di sana."

"Tapi sayangnya aku tidak tahu jalan nya, kamu tahu sendiri bukan jika aku tidak pernah keluar dari desa, baru ini." sedih Leiva dengan tatapan sendu.

Ia meraba punggungnya yang terdapat tas besar digendongannya. "Untunglah ayah membekali kita dengan makanan beberapa hari kedepan, dia juga menyuruh ku membawa anak panah untuk berjaga-jaga."

"Doggy, sepertinya ayah khawatir dengan ku, maka dari itu dia menyuruhku untuk membawa benda ini," ucap Leiva seraya mengamati pedang yang tengah ia pegang.

Leivana's Adventure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang