Leivana langsung reflek membalikkan badannya melihat kebelakang. "Ah, maafkan saya." ujarnya membungkuk sembari memberikan jalan kepada seorang pria yang membawa satu ranjang kentang di punggungnya.
Pria itu melewati Leivana dengan tatapan sinis, sedangkan sang empu mengikuti kemana arah perginya. "Bisa saya bertanya?" ucap Leivana kepada pria itu.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, ia mengurungkan niatnya dan terus terdiam sembari membuntuti pria didepannya itu.
Langkahnya terus maju, matanya menatap ke-kanan dan kiri melihat orang-orang sibuk dengan aktivitasnya. Mereka tengah melakukan jual beli di pasar.
"Tuan mau kemana? Kenapa tidak menjual kentang ini kepada pedagang disana?" penasaran Leiva ingin tahu.
Pria itu terus diam, tak ingin menjawab pertanyaan dari gadis itu. Meskipun begitu, gadis itu masih saja mengikuti kemana ia melangkah pergi. "Bisa kau tidak mengikuti ku?!" geramnya kesal, matanya menatap tajam sang empu membuat Leivana menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Maafkan saya, saya seorang diri disini, tak tahu arah jalan, saya baru saja tiba menginjakkan kaki ditempat ramai ini." cecarnya membuat pria itu menghela nafasnya berat.
"Lalu kau ingin pergi kemana?" tanyanya dengan nada ketus.
"Saya ingin pergi menuju Kerajaan," jawab Leivana lemah. "Bisa anda tunjukkan jalan untuk saja menuju kesana?" tanyanya berharap.
Pria dewasa itu terdiam berpikir sejenak. "Sebenarnya saya tidak mau membantumu, Nona. Tetapi baiklah kau bisa ikut dengan ku, saya memang ingin pergi ke-Kerajaan menjual hasil panen saya disana." cecar pria itu mengizinkannya.
Leivana yang mendegar penuturan sang empu pun mengembangkan senyumannya manis. "Namun, saya tidak bisa menghantarkan mu masuk kedalam Kerajaan, saya hanya bisa membawa mu sampai gerbang masuk Kerajaan." sambungnya belum usai berucap.
"Selebihnya terserah anda ingin masuk atau tidak, jika ingin masuk, anda harus memiliki kartu tanda penduduk Kerajaan," ucap pria itu membuat Leivana menghela nafasnya kasar.
"Lalu, jika saya tak mempunyai nya bagaimana?" tanya Leiva dengan tatapan sendu.
Pria itu mengangguk paham. "Anda tidak diperbolehkan masuk dan dianggap sebagai musuh oleh penjaga keamanan disana, berhati-hati lah jika sudah menginjakkan kaki di area Kerajaan, mereka tidak bersikap baik kepada pendatang baru." cetusnya menjelaskan.
Leivana terdiam bingung, ia bimbang ingin melanjutkan keinginannya untuk ke Kerajaan atau tidak, jika ia menyerah, semua usahanya sia-sia, tempat tujuan yang ia ingin datangi tinggal didepan mata, sayang jika harus mengurungkan niatnya.
"Saya sama sekali tidak mempunyai kartu yang anda maksud, lantas bagaimana say bisa masuk kedalam sana?" tanyanya mencari jawaban.
Pria itu menggeleng pelan, ia tersenyum tipis kepada gadis cantik didepannya. "Tidak ada jalan untuk mu masuk, satu-satunya adalah harus mempunyai kartu penduduk Kerajaan," balasnya menjawab.
"Baiklah, sekarang anda tinggal memutuskan ingin ikut dengan saya atau tidak, karena saya tidak mempunyai waktu yang banyak saat ini." terangnya menunggu keputusan sang empu dengan sabar.
"Jika saya boleh tahu, ada urusan apa anda ingin masuk kedalam Kerajaan?" ujar pria itu penasaran.
Leivana hanya diam tak menjawab, ia pun masih tidak jelas tujuannya ingin kesan untuk apa. Yang pasti dia ingin menuntut keadilan. "Itu tidak bisa saya beritahu kepada anda, maaf." cicitnya berkata mendapatkan anggukan mengerti sang empu.
"Saya akan ikut," lanjutnya membuat pria itu kembali berjalan.
Pria itu sepanjang perjalanan hanya terdiam, tak ada pembicaraan diantara keduanya membuat Leivana merasa canggung.
"Nama anda siapa?" tanya Leiva memberanikan diri untuk berbicara.
"Earl, saya satu-satunya orang yang memasok kebutuhan pangan di Kerajaan," cicitnya menyahuti.
Sedangkan Leivana mengangguk paham. "Mengapa hanya anda? Banyak pedangan lainnya yang menyediakan kebutuhan pangan disini," sambungnya ingin tahu.
"Karena saya mendapatkan kepercayaan penuh dari Kerajaan," ujar pria dewasa itu terus berjalan diikuti gadis dibelakangnya.
Setelah percakapan itu, mereka kembali terdiam satu sama lain. Sampai disebuah jembatan panjang melengkung, pria itu berhenti dan menatap Leivana nanar.
"Didepan sana, jika kamu melewati semak-semak itu, kamu sudah sampai di area Kerajaan, jadi kita berpisah disini, saya tidak bisa membawa masuk orang asing." cecarnya langsung melenggang pergi meninggalkan sang empu seorang diri.
Leivana menatap kepergian Earl nyalang. "Terimakasih," gumamnya berucap.
Kakinya melangkah maju mendekati semak-semak itu, ia berjongkok lalu mengintip melihat bagaimana situasi didepan sana. "Bagaimana bisa aku melewati pengawal-pengawal yang berwajah garang itu?" monolognya berpikir keras.
Matanya mengamati jauh didepan sana. Dahinya berkerut melihat jalan lurus yang nampak seperti jembatan panjang yang harus dilewatinya sebelum benar-benar memasuki Kerajaan.
"Sangat tidak mungkin, belum menginjakkan kaki saja disana sudah dihadapkan dengan belasan pengawal." gelang Leivana masih memikirkan cara agar ia bisa melewati mereka semua.
Bum!
Tanah bergetar tiba-tiba membuat Leivana panik, ia langsung berpegangan erat pada batang pohon disebelahnya. "Ada apa ini?" tanyanya kebingungan saat masih merasakan getaran tanah itu.
Suara aneh masuk ke indra pendengaran Leivana dari arah belakang membuat ia menolehkan kepalanya melihat apa yang ada dibelakangnya.
"Carl!" kagetnya tak menyangka, bahkan kini mulutnya terbuka lebar.
"Kau datang untuk membantu ku bukan?" tanyanya berharap.
Naga hitam itu mengangguk membernarkan penuturan sang empu membuat Leivana mengembangkan senyumnya lebar. "Syukurlah, kau datang tepat waktu, saat ini aku sangat membutuhkan bantuan mu." leganya memberitahu.
Leivana kemudian mendekat kepada Carl, "Aku bingung untuk masuk kedalam Kerajaan, jadi aku mempunyai suatu rencana yang sepertinya bisa kita gunakan." ujarnya dengan suara pelan.
Naga itu terdiam, Leivana mengambil nafasnya dalam-dalam. "Tugasmu adalah membuat mereka pergi pengawal-pengawal itu dari sana, sehingga aku bisa masuk dan melewati jembatan itu!" jelasnya menatap sang empu sendu.
Leivana menunggu jawaban naga itu, ia menghembuskan nafas panjang karena Carl sepertinya tak bisa diandalkan. "Baiklah, bawa aku pulang saja, perjalanan kita akan terbuang sia-sia." pasrahnya putus asa.
Mata Leivana masih memperhatikan Carl, tak lama dari itu naga itu mengangguk membuat ia kebingungan. "Untuk apa kau mengangguk? Menghantarkan aku pulang?" tanyanya disambut gelengan kepala.
"Membantu aku untuk masuk kedalam Kerajaan?" lanjut Leivana tak yakin namun mendapatkan anggukan Carl semangat.
Dengan reflek Leivana langsung memeluk tubuh besar hewan itu sangking senangnya. Ia melepas pelukan itu setelah beberapa saat.
"Sekarang kau lakukan tugasmu, aku ingin tahu bagaimana kau membuat mereka pergi dari sana." pinta Leivana membuat Carl terbang mendekat kesana.
Leivana bersembunyi dibalik semak-semak itu, ia memantau Carl dari kejauhan. "Aku yakin kau akan menakut-nakuti mereka dengan tubuhmu yang besar dan wajah garang-" ucapnya terputus, matanya mendelik tak percaya melihat apa yang Carl lakukan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leivana's Adventure [END]
Short StoryLeivana, tinggal di tengah hutan dibawah kekuasaan sebuah kerajaan yang megah, namun sama sekali tak terjamah oleh mereka. Anak dari seorang pengembala domba yang miskin. Dan ingin melakukan petualangan yang tidak pernah ia rasakan. 🦋🦋🦋 "Naga hit...