Eps.19 - Paginya Panal With Bubur Ayam

1.1K 148 23
                                    

Episode 19

𝐕𝐎𝐓𝐄, 𝐊𝐎𝐌𝐄𝐍𝐓𝐀𝐑, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐀𝐍 𝐒𝐇𝐀𝐑𝐄 𝐊𝐄 𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍-𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍 𝐊𝐀𝐋𝐈𝐀𝐍 ‼️

***

BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA.

Rekor. Bisa dibilang memang rekor saat Paul berhasil bangun pagi pukul 6 kurang 15 menit setelah bunyi alarm yang telah ia setting semalam. Bagaimana tidak disebut rekor untuk Paul? Pasalnya sejauh ini Paul jarang sekali bangun pagi sebelum pukul enam. Namun berbeda sekarang, Paul berhasil melakukannya, bahkan nyawanya cepat sekali menyatu ke dalam raga. Ah semua ini karena Nabila. Tentu saja, Paul sudah niat hati melancarkan rencananya untuk gerak cepat mengajak Nabila berangkat sekolah bareng sebelum cewek itu dijemput oleh Gerry.

Paul tersenyum untuk mengumpulkan energi positif, bangkit dari ranjang dan meregangkan otot-otot tubuh sebentar. Dirasa lima menit cukup, Paul segera cuci muka terlebih dahulu, mandinya nanti-nanti saja, toh Paul pikir masih ada banyak waktu. Beres membilas wajah, Paul butuh air putih untuk menyegarkan tenggorokan. Namun sayang, air galon di dapur rumahnya habis, terpaksa ia harus numpang minum di gedung kos. Tak apalah, Paul justru tak keberatan bertandang ke kosan sekaligus ingin melihat Nabila.

Paul masuk gedung kosan melalui pintu belakang yang langsung menembus dapur, mengabaikan eyangnya yang sedang berkutat membuat sarapan. Paul terus melangkah ke tempat ruang makan.

"Ternyata segar juga bangun pagi." Paul tersenyum lagi, seketika bayangan saat naik wahana bianglala semalam bersama Nabila terputar di benak.

"Gue seneng bisa bikin lo tertawa." Paul mengambil gelas di atas meja ditemani kilas balik momen yang semalam.

Salma dan Syarla tak lama kemudian memasuki ruang makan dengan penampilan khas ala-ala joging.

"Hei, kalian habis pada lari pagi ya?" ujar Paul setelah menenggak air mineral satu gelas penuh.

"Nggak, Ul, kita habis zumba." Syarla menyahut seraya tertawa.

"Tumben Ul lo jam segini udah bangun." Salma melangkah mendekati Paul untuk meraba keningnya. "Nggak panas kok."

"Apaan sih, Sal? Lo pikir gue demam ya? Tenang aja, gue sehat walafiat kok." Paul meraih tangan Salma dan tanpa sengaja matanya adu pandang dengan Salma selama beberapa detik.

Tersadar, Paul buru-buru mengalihkan tatapan.

"Ya gue kira lo kesurupan jin." Salma menukas seraya menatap ke arah meja makan.

Syarla tertawa, Paul mendengus.

"Ngomong-ngomong, Nabila nggak ikut kalian joging?" Paul menatap Salma dan Syarla bergantian.

"Enggak. Tadi gue udah nyoba ngajak Nabila sih. Tapi katanya kaki dia masih sakit akibat jatuh yang kemarin. Jadi, dia nolak lari pagi lagi," sahut Syarla sambil membuka lemari es untuk mencari air dingin.

Mendengar itu, Paul meneguk ludah, jadi teringat kejadian kemarin pagi saat insiden Nabila hendak diculik. Tak bisa dipungkiri, luka kecil di lutut Nabila itu tanpa sengaja merupakan kesalahannya.

"Oh iya, ini siapa sih yang habis makan roti selai? Berserakan banget begini." Paul geleng-geleng kepala, merasa risih melihat meja makan sedikit kotor.

Salma dan Syarla kompak menatap roti bekas gigitan beserta beberapa wadah selai yang tutupnya masih membuka.

"Ah gue kayaknya tau siapa pelakunya." Syarla manggut-manggut.

"Edo!" tukas Salma.

"Nah!" Syarla bersidekap dada.

"Bener juga. Cuma Edo yang sering sarapan pakai roti begini. Gayanya udah kayak konglomerat aja. Mana lihat tuh udah digigit sedikit terus ditinggal pergi gitu aja," timpal Salma sembari mengelap meja makan.

Beauty And The Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang