Eps.17 - Paul, Nabila dan Bianglala

887 140 28
                                    

Episode 17

𝐕𝐎𝐓𝐄, 𝐊𝐎𝐌𝐄𝐍𝐓𝐀𝐑, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐀𝐍 𝐒𝐇𝐀𝐑𝐄 𝐊𝐄 𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍-𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍 𝐊𝐀𝐋𝐈𝐀𝐍 ‼️

***

Terus terang saja, sebenarnya Nabila sedikit merasa kecewa lantaran melihat sikap Paul yang terlihat seperti tak ada usaha saat akhirnya Nabila tak jadi membeli ikan hias hanya karena di rumah belum ada akuarium. Tidakkah Big Boy itu mencari cara lain untuk menyenangkan Nabila? Oh tunggu. Nabila segera mengenyahkan pikiran tersebut, ia lekas sadar diri. Paul bukanlah siapa-siapanya, terlebih mereka baru saling mengenal satu sama lain.

"Sekarang kita mau ngapain? Lo mau kita naik wahana permainan?"

Pertanyaan Paul justru semakin membuat Nabila menahan kesal. Nabila ingin ikan, bukan mencoba wahana permainan. Namun tak urung, Nabila akhirnya mengangguk seraya menatap satu wahana yang menjulang tinggi dan berputar-putar.

"Oke, tapi aku mau naik wahana bianglala."

Paul terhenyak. "Maksud lo kincir angin itu?"

Nabila mengangguk cuek. "Ya emang kenapa?"

"Serius lo mau naik itu, Nab?" Paul sangsi. Setelah tahu tentang Nabila yang tidak menyukai kucing dan takut suasana horor, kini Paul teramat yakin jika Nabila phobia ketinggian. Akan tetapi kenapa Nabila memilih wahana tersebut?

"Kenapa sih nada bicara kamu seolah-olah ngeremehin aku?" ujar Nabila sembari tetap sibuk menghabiskan arumanis.

"Nggak. Bukan gitu, Nab. Maksud gue, lo yakin? Lo nggak merasa takut atau apa gitu?"

"Aku emang merasa takut di rumah hantu, tapi naik bianglala aku nggak merasa begitu. Aku suka kok. Itu wahana favoritku dan kakakku."

Paul meneguk ludah. Jujur saja, sebenarnya Paul tidak yakin dengan perkataan Nabila itu. Paul khawatir kalau Nabila hanya sekedar menantang diri saja setelah terlihat kepayahan ketika berada di dalam wahana rumah hantu. Oke, Paul harus mencari cara supaya Nabila tidak perlu melakukan tindakan tersebut. Paul tidak ingin kejadian serupa di rumah hantu akan terulang lagi. Meskipun berbeda wahana namun tetap saja hal itu bisa terjadi kan?

"Ehm gimana kalau jangan naik bianglala? Kita naik komedi putar aja yuk?"

"Nggak. Itu nanti aja deh." Nabila menggeleng.

Paul mendesah pelan. "Kita lihat atraksi tong setan aja? Seru, tau."

"Ih nggak tertarik sama sekali." Nabila mendengus. "Tong setan mah sama aja kayak rumah hantu."

"Oh... gimana kalau kita ke istana balon? Iya kan? Iya nih. Lo pasti suka." Paul tersenyum, berharap idenya kali ini bakal diterima Nabila.

Nabila mengerutkan kening. "Istana balon? O em jiii.. itu kan buat anak kecil nggak sih? Yakali kita ke tempat begituan."

"Kata siapa cuma buat anak kecil? Banyak kok orang dewasa main ke istana balon juga."

Nabila tetap menggeleng. "No. Big no, Big Boy! Aku tau, mungkin di mata kamu dan yang lain, aku terlihat seperti anak kecil yang nggak tau apa-apa, yang harus dijaga ketat sedemikian rupa. Tapi bukan berarti aku suka hal-hal yang berbau anak kecil."

Paul terdiam. Menatap Nabila yang kini sedang membuka bungkus arumanis yang satunya. Terlihat sangat gemas dan memang seperti bocil. Dalam hati Paul, cewek ini memang unik dan berbeda dari kebanyakan cewek lainnya.

"Habisin dulu arumanisnya ya." Paul meraih tangan Nabila, lantas membawanya pergi ke tempat duduk.

Paul dan Nabila duduk di kursi yang tersedia di depan arena wahana kereta mini yang ramai.

Beauty And The Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang