Eps.21 - Resah Menjadi Luka

854 130 9
                                    

Episode 21

𝐕𝐎𝐓𝐄, 𝐊𝐎𝐌𝐄𝐍𝐓𝐀𝐑, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐀𝐍 𝐒𝐇𝐀𝐑𝐄 𝐊𝐄 𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍-𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍 𝐊𝐀𝐋𝐈𝐀𝐍 ‼️

***

Selesai mandi dan membenahi diri tanpa rasa semangat, Nabila duduk di sofa ruang televisi dengan air mata yang kembali menetes. Bukannya Nabila lebay, namun demi apa pun di dunia ini, cewek itu benar-benar merasa khawatir atas insiden menghilangnya Alfredo secara tiba-tiba. Sebagian orang yang berada di posisi Nabila pasti akan merasakan hal yang serupa. Ia takut menjadi penyebab utama suatu musibah. Pikirannya melayang, mendadak semakin keruh saja. Bagaimana jika ternyata Alfredo disekap oleh teman-teman Gerry dan diasingkan ke tempat yang jauh? Nabila menggeleng kuat, mengenyahkan pikiran negatif itu.

Nada dering ponsel terdengar seketika. Nabila dengan cepat menyambar benda yang terletak di atas meja di depannya itu. Nama Kak Maghribi terpampang di layar monitor.

Tanpa pikir panjang lagi, Nabila mengangkat telepon dari kakaknya.

"Hallo, Nabila?"

"Kak..."

Maghribi berdecak kesal. "Sekarang kakak tahu alasan tadi pagi kamu tiba-tiba minta nomernya Gerry. Keterlaluan, kamu ya Nabila. Ternyata kamu cuma mau memfitnah Gerry atas hilangnya salah satu temen kamu."

"Kak, siapa yang memfitnah?"

"Kakak bener-bener nggak habis pikir sama kamu, Nab. Gerry itu teman dekat kakak dari SMP. Memangnya dia salah apa sama kamu? Heh? Dia bukan orang kriminal yang melakukan tindakan penculikan nggak mendasar seperti itu, Nab. Nggak mungkin kakak berteman sama penjahat."

Nabila menggigit bibit, kembali terisak pelan. Nabila bingung harus bagaimana. Rupanya inilah kata-kata yang dimaksud Gerry sore tadi saat ia akan membuktikan bahwa menghilangnya Alfredo tidak berkaitan dengan dirinya.

"Tolong lah, Nab. Kamu harus ngerti. Tindakan kamu dan teman-teman kamu yang ada di situ bisa dibilang mencemarkan nama baik orang lain!"

"Kak, kami nggak bermaksud menuduh Kak Gerry. Ini cuma prasangka aja. Lagi pula..."

"Halah. Sama aja, Nabila. Kamu dan semua teman toxic kamu sengaja mengkambinghitamkan Gerry atas hilangnya temen kamu. Kakak nggak bisa tolerir lagi ya, secepatnya kamu harus minta maaf sama Gerry! Karena... Gerry bukan pelaku penculikan. Camkan itu, Nabila! Bilangin ke teman-teman kamu juga!"

Oke, Nabila tidak niat mendengarkan celotehan kakaknya lebih lanjut lagi. Nabila akhirnya segera mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Kalau menghilangnya Edo bukan karena Kak Gerry dan teman-temannya, terus apa yang sebenernya terjadi sama kamu, Do? Kenapa kamu sama sekali nggak ada kabar?"

Memikirkan segala kemungkinan yang terlintas di kepala, Nabila kembali dirundung resah dan bersalah. Sepagi buta itu, tidak menutup kemungkinan mara bahaya datang menyerang Alfredo, entah berbentuk apa.

"Nabila..." Salma datang dan duduk di samping Nabila, disusul oleh Syarla yang duduk di sisi satunya.

Nabila buru-buru menyeka pipi, tidak ingin Salma dan Syarla melihatnya menangis lagi.

"Nab, udah deh jangan menyalahkan diri lo sendiri terus. Siapa yang menduga sih Edo akan menghilang seperti ini." Syarla mengusap-usap bahu Nabila.

"Bener. Dengan begitu nggak akan membuat keadaan lebih baik, Nab." Salma menambahkan. "Kita yakin kok Edo sebenernya baik-baik aja."

"Kak Salma, Kak Syarla, ini udah 12 jam sejak pagi tadi. Kita nggak ada usaha lain buat mencari celah keberadaan Edo? Sumpah, Kak. Aku takut. Aku khawatir."

Beauty And The Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang