6."Perspektif"

6 1 0
                                    

Di pagi hari, yang cerah.terlihat ada seorang pemuda sedang tertidur.

Kulit tan skin ke kuning kuningan, mata berwarna cokelat hazelnut dan rambut yang disemir biru dan setengah merah.

Dengan perawakan badan yang tinggi dan atletis . Dan hidung mancung.Pemuda tersebut, terlihat masih terlelap.

Sampai dimana arah cahaya dari sinar matahari, mulai menembus masuk mengarah ke wajah nya.

Mata nya yang masih berat,dikarenakan baru bangun tidur . Mulai terbuka seiring waktu. Dikuceknya matanya, berharap dapat menghilangkan rasa kantuk yang berat.

Rambut yang acak acakan, kasur yang berantakan. Memperlihatkan betapa nyenyak nya pemuda tersebut terlelap kemarin malam.

Didudukkan badanya di tepi kasur. Melihat sekeliling ruangan. Mengumpulkan tenaga.

Dialah, "Pandu anvaya raespati". Kakak kedua dari keluarga

Atau dikenal sebagai kakak penyayang dan protektif bagi adik adiknya. Apalagi terhadap adik perempuan kecil nya.

Yaitu, " layla liesha Samantha".tapi dikarenakan suatu keadaan. Mereka sedang tidak akur saat ini.

Dikarenakan, menurut pandhu bahwa adik perempuan nya itu. Tidak pernah mencoba untuk mengerti dirinya.

Dan layla yang menganggap bahwa kakaknya tidak akan peduli dengan dirinya lagi.

Karena hal tersebut, di pagi harinya tepatnya di meja makan. Mereka berdua hanya diam, sesekali memandang satu sama lain.

Canggung rasanya, hingga saudaranya yang lain pun mencoba untuk memecahkan kecanggungan diantara mereka berdua.

"sudahlah, berhentilah kalian berdua. " ucap rain memecahkan kecanggungan.

"benar, bukankah ini sangat aneh?. Kalian yang menempel seperti magnet tiba tiba meregang" ucap hasya penasaran, menaikan alisnya.

"sudahlah diam, ini bukan urusan mu hasya. Bukankah justru aku yang harusnya bertanya? " jawab pandhu dingin menatap tajam.

"Kenapa kau yang harus bertanya?" Ujar hasya menahan emosi.

"Bukankah, sangat jarang bagi seseorang yang dingin seperti mu. Untuk bahkan peduli dengan saudara mu sendiri? " sahut pandhu tersulut emosi juga.

"Kau-"sebelum melanjutkan sepatah kata.

Sean yaitu ayah angkat mereka, menyelah.

" sudahlah kalian berhentilah bertengkar. Kalian bukan anak kecil lagi. Tidak baik bersikap seperti itu.dan pandhu, mengalahlah ke adikmu"ucap Sean tegas, mengingatkan.

"Baik pa, maaf" sahut pandhu menundukkan kepala

"Pantas, saja. Ayah ibumu membuang mu" ucap hasya spontan dan ketus, memandang pandhu.

"DIAM LAH-" seperti yang pertama, omongan pandhu terpotong. Dengan suara keras gebrakan meja dari sang ayah, yaitu sean.

"SUDAHLAH, KALIAN BERDUA!! " ujar sean dengan keras dan penuh amarah.

"..... "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seni, Karya, Dan Cinta (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang