CHAPTER 24

402 23 4
                                    

Mungkin ada banyak hal yang masih bisa kita kontrol di dunia ini, kecuali jatuh cinta.

-Azzalea Syafa Lorenza

°°°

Langkah kaki Bilal terus saja berjalan kesana kemari di depan pintu kamar Lea. Detakan jantungnya semakin kencang karena gugup. Keringat dingin yang terus saja mengucur deras mengguyur seluruh tubuhnya.

Berkali kali ia ingin mencoba mengetuk pintu. Tapi, kedua kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Setelah berpikir beberapa saat. Akhirnya Bilal memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Lea. "Bismillah."

TUK

TUK


"Sayang!" Panggil Bilal dari balik pintu.

Lea tidak merespon sama sekali. Jujur saja, ia masih sangat kesal dan marah dengan suaminya, bisa bisanya suaminya membela laki laki yang sangat ia benci.

"Mas masuk ya, sayang," Bilal membuka perlahan pintu kamar Lea.

Lea langsung menaikkan sedikit bibir atasnya dan membelakangi Bilal. "Ish."

"Maafin Mas dong," Bilal menoleh menatap wajah Lea yang masih cemberut.

Lea kembali membelakangi Bilal sambil menyilangkan kedua tangannya. Bibirnya memanyun kedepan dengan tatapan tajamnya.

"Sayang! Maafin dong. Please."

"Ogah."

"Sayangku, cintaku, manisku, manjaku, belahan jiwaku, maafin Mas dong! Please." Rengek Bilal sambil menangkupkan kedua tangannya menghadap Lea.

Lea langsung mengatup bibirnya menahan tawa. Sebenarnya ia ingin sekali tertawa kencang melihat tingkah lucu suaminya. Tapi, harus tetap di tahan karena masih gengsi. "Ga jelas."

"Sayangku! Please, maaf." Rengek Bilal layaknya anak kecil.

Lea langsung tertawa lepas, ia sudah sangat kesulitan menahan tawanya karena tingkah lucu Bilal. "Hahaha, apa sih kayak anak kecil!"

Bilal benar benar terfokus menatap tawa lepas di bibir mungil istrinya. "Tuh kan ketawa, berarti Mas dimaafin dong!"

"Nggak." Lea langsung mengatup kembali mulutnya dengan erat.

"Sayang! Udah dong marah nya. Oh iya! Mas bawa permen lollipop supaya kamu nggak marah lagi." Ucap Bilal sambil mengeluarkan satu buah permen lolipop di kantong celananya.

"Lo pikir gue anak kecil dikasih ginian."

"Beneran, nggak mau!" Ucap Bilal sambil menaikkan sedikit alisnya seakan menggoda.

"Nggak."

"Bener?"

"Nggak."

"Oh! Kalo ini," tanpa aba aba, Bilal langsung mengecup manja pipi kanan Lea dengan cepat. Bibirnya benar benar mendarat tepat sasaran.

Mata Lea membulat sempurna, mulutnya juga ikut menganga, detakan jantungnya seakan berhenti sejenak karena terkejut. Telapak tangan langsung menyentuh pipinya yang masih basah.

"Iiih! Ngapain dicium." Teriak Lea.

"Hehe! Maaf sayang, kelepasan." Ucap Bilal sambil berjalan pelan menjauhi Lea.

"Ngeselin." Lea refleks melempari Bilal dengan bantal miliknya. Ia juga langsung berlari mengejar Bilal yang berusaha kabur darinya.

Bilal terus berlari menghindari Lea. Setelah beberapa lama mengelilingi ruangan, akhirnya Lea berhasil menangkap Bilal. Ia langsung memukuli badan Bilal tanpa henti. Tanpa sadar, badan mereka berdua ikut terjatuh tepat di atas kasur.

"Dasar laki laki mesum," Lea terus saja memukuli badan Bilal, sesekali ia mencubitnya.

"Kan sama istri sendiri!"

"Tetap aja nggak boleh."

"Oh! Nggak boleh satu maksudnya," Bilal kembali mencium pipi Lea dari sisi kiri.

"Iiih," Rengek Lea melanjutkan pukulannya.

"Hahahaha!" Bilal terlihat sangat menikmati moment bersama istrinya.

Setelah beberapa saat, keduanya langsung tersadar dan saling menatap sempurna. Mereka nampak bingung dengan posisi badan mereka yang begitu lengket nyaris tanpa celah.

"Iiih," Lea refleks mendorong badan Bilal dan kembali beranjak berdiri. Ia tampak malu malu sambil menahan senyumnya.

"Dasar mesum." Ucap Lea.

"Tapi suka kan?"

"Udah sana keluar. Kasur gue jadi berantakan gara gara lo."

"Maafin dulu, baru Mas keluar."

"Iya, gue maafin."

"Beneran?" Bilal langsung beranjak dan memegang bahu istrinya sambil tersenyum sumringah.

"Iya!"

"Makasih cintaku!" Bilal langsung memeluk erat badan Lea.

"Lepasin. Gue nggak bisa nafas." Ucap Lea sambil berusaha melepaskan pelukan Bilal.

"Iya iya! Maaf, sayang." Bilal langsung melepas pelukannya sambil tersenyum cengengesan.

"Tapi jangan diulangi lagi. Gue nggak suka."

"Iya sayang! Mas janji."

"Awas kalau diulangi lagi."

"Na'am Zaujaty, habibaty, Khumaira ku sayang!" Bilal langsung mencubit pelan kedua pipi Lea karena gemes.

"Ih, apaan sih." Ucap Lea.

Sambil tersenyum, dengan raut wajah yang mulai nakal. Bilal kembali menciumi kedua pipi Lea dan bergegas berlari kencang keluar dari kamar.

"Pipi gue." Teriak Lea dengan rengekan dan hentakan kaki yang cukup kencang.

Lea kembali tersenyum sumringah dan memegangi kedua pipinya. "Tapi, gue suka!"

Karena perasaan senangnya, Lea refleks menari nari kecil sambil berputar putar layaknya penari balet. "La-la-la-la-la-la!"

"Aaaarrrgh," teriak Lea.

Lea langsung menghempaskan badannya ke kasur dan berguling kesana kemari.

"Ih, kok gue jadi gini sih! Apa karena gue udah jatuh cinta." Ucap Lea sambil tersenyum sumringah.




°°°

Bersambung

Lanjut lagi ke part selanjutnya

Jangan lupa Vote dan comment!

Terima kasih

Love you🤍

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang