19.

1.8K 239 38
                                    

Renjun buru-buru keluar dari mobilnya, ia mengetuk kasar pintu rumah Jeno. Karina dengan cepat membukanya. Renjun terlihat sangat kacau sekarang.

"dimana Jaemin?" tanyanya.

"diatas" jawab Karina.

Renjun segera masuk dan berlari menuju lantai dua. Karina menatap punggung Renjun dengan pandangan yang sulit diartikan.

"sepertinya Jeno masih mempunyai rival setelah ini" lirihnya.

Jeno menoleh saat pintu kamarnya terbuka kasar. Renjun, ia mengatur nafasnya masuk kedalam kamar. Jeno baru saja menyelimuti Jaemin.

"apa yang terjadi?" tanya Renjun.

"aku menemukannya tengah menangis kehujanan" ucap Jeno.

Renjun mendekat, menatap lekat wajah Jaemin yang pucat. tangannya terulur untuk menyentuh kening Jaemin lalu mengusapnya dengan lembut.

"dia sudah menemui suaminya?" tanya Renjun.

"sepertinya" jawab Jeno.

kini Renjun dan Jeno duduk di sofa memandang Jaemin yang masih damai dalam tidurnya.

"terima kasih sudah memberitahuku" ucap Renjun.

Jeno mengangguk kecil.

"Dokter Lee, aku titip Jaemin disini. apakah kau keberatan? selagi menunggi ia pulih, aku akan mencari tempat tinggal untuknya. setidaknya, Mark Lee tidak bisa menemuinya dimanapun" ucap Renjun.

"kau akan membawanya pergi dari Seoul?" tanya Jeno.

"tidak. maksudku, aku akan mencari tempat aman untuknya berlindung" jawab Renjun.

"kau tak perlu khawatir dokter Huang. Jaemin aman disini. aku akan menjaganya. ibu dan noona ku juga akan membantunya" ucap Jeno.

Renjun tersenyum kecil. yeah, setidaknya Jaemin tidak sendirian dengan keadaan serapuh ini.

"ini sudah malam, aku harus pulang. terima kasih banyak, dan mohon untuk terus memberitahuku tentang kondisi Jaemin" ucap Renjun berdiri diikuti oleh Jeno.

"pasti" jawab Jeno.

Jeno mengantar Renjun menuju teras. Tifanny menghampiri Jeno, mobil Renjun sudah pergi beberala detik yang lalu.

"sepertinya kau masih mempunyai saingan setelah Mark?" ucap Tifanny membuat Jeno terkejut.

"eomma..."

"bukankah itu teman doktermu? dia menyukai Jaemin?" tanya Tifanny.

"dia sahabat Jaemin, eomma. wajar dia kemari untuk melihat kondisi sahabatnya" ucap Jeno.

Tifanny menggelengkan kepalanya.

"sulit ternyata mempunyai anak terlalu memakai logika sepertimu" ucap sang ibu kemudian masuk meninggalkan Jeno yang menghela nafasnya panjang.

Jeno memutuskan untuk tidur di sofa. ia tidak bisa meninggalkan Jaemin sendirian di kamar ini. saat Jeno hendak menutup mata. ia mendengar suara rintihan dari Jaemin. mau tidak mau Jeno terbangun dan menghampiri Jaemin.

"s-sakit..." lirih Jaemin.

Jeno mengecek perut Jaemin.

"Jaemin, bukalah matamu" ucap Jeno.

perlahan, kedua mata Jaemin terbuka. ia menatap kearah Jeno yang sedang memeriksa keadaannya.

"dokter Lee" lirih Jaemin.

"kau membutuhkan sesuatu?" tanya Jeno dengan lembut.

"aku dimana?" tanya Jaemin.

"kau di rumahku. lebih tepatnya di kamarku" jawan Jeno.

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang