Diusapnya anak rambut yang menghalangi indahnya ciptaan Tuhan. Begitu lembut penuh kasih seakan dia sedang menyentuh barang pecah. Soobin tersenyum singkat sebelum sang ibu pergi keluar dari kamarnya. Pintu kayu bercat coklat tertutup perlahan, meninggalkan keheningan di dalam kamar besar milik Soobin.
Setelah mendengarkan cerita ibunya - cerita dongeng sebelum tidur: Todoland dan isinya secara rinci - Soobin jadi berpikir, apakah semua itu nyata? Atau sekadar omong kosong belaka di malam dingin ini? Entahlah, yang pastinya rasa ingin tahunya begitu mendalam, sehingga, dia menjadi sedikit meragukan apa yang ibunya ceritakan. Prinsipnya adalah: dia tidak akan percaya jika dirinya sendiri tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Sungguh terlalu drama untuk seukuran bocah bau kencur sepertinya. Tapi tidak ada salahnya. Semua yang berawal dari keingintahuan akan membawanya menuju jawaban yang lebih kompleks.
Soobin menyibak selimutnya, menegakkan punggungnya turun menapak ke lantai kamar. Dia mengambil sebuah peti dari bawah ranjang tidurnya. Peti ukuran sedang itu terkunci gembok. Tangannya mengulur membuka laci dan mencari kunci gembok peti itu. Segera setelah mendapatkan kuncinya, Soobin membuka hingga bunyi, cklek terdengar nyaring. Dia harap ibunya tidak mendengarkan keributan kecil dari dalam kamarnya.
Dalam peti itu terdapat banyak kertas lama, buku hariannya, pen bulu dan tinta, juga buku besar dengan judul: "The Truth Of Fairy Tales". Tulisan latin dari judulnya yang besar - hampir memunuhi satu cover buku itu- terpampang jelas. Buku tua usang yang dalamnya masih sangat bagus. Soobin mulai membukanya. Lembaran terbuka, menampilkan betapa detailnya informasi yang diberikan juga gambar makhluk dan peri yang tinggal di Todoland. Semua itu terangkum dalam tinta hitam pekat dengan tulisan yang amat sangat rapi. Buku setebal ini ditulis secara manual sejak bertahun-tahun lamanya. Orang mana yang menulisnya?
Terbuka salah satu bab yang menjelaskan mengenai peri es. Rentetan tulisan kata berjejer membentuk kalimat rapi. Soobin dengan cermat membacanya.
... mereka adalah ras terkuat yang pernah ada dalam sejarah peradapan dunia. Mata birunya begitu tajam dapat membuat lawannya mematung di tempat, walau hanya dengan tatapannya...
... akan ada saatnya ramalan itu terjadi. Putra Zeen akan kembali dengan darah campuran. Mata secerah lautan akan membunuh para musuh dalam sekali jentikan jari. Dialah sang pangeran mahkota negeri dongeng. Raja es berdarah campuran pertama di Todoland. Raja terbaik sepanjang sejarah. Orang yang akan mengubah semuanya kembali normal.
Soobin terdiam. Dia tidak mengerti, dari seluruh cerita dongeng yang dia baca. Belum pernah dia membaca sebuah dongeng yang seakan-akan mengerti bahwa masa depan itu akan seperti apa. Soobin tahu, ini buku lama. Sangat amat lama, terlihat dari halaman depannya terlihat bahwa ini adalah buku yang berasal dari bertahun-tahun lamanya. Yang jelas dia tidak mungkin tahu, siapa, dan orang mana yang menuliskan ini. Soobin menggeleng. Bukan waktunya untuk menerka-nerka jawaban yang tidak pasti.
Soobin melirik kalender di depannya. Di atas nakas kayu coklat dengan corakan aksen yang elegan, membuat kesannya semakin mahal. Soobin ingat betul ketika seorang tukang pos membawa segerobak besar, membawa banyak furnitur baru yang benar-benar terlihat mewah. Awalnya Arin panik karena mereka waktu itu tidak punya uang lebih. Namun, yang tak disangka adalah semua itu berasal dari ibunya. Sungguh melegakan.
Mata biru secerah lautan itu menatap dengan cermat deretan angka di atas nama hari. Jika festival akan dilaksanakan seminggu sebelum natal, maka Soobin memiliki waktu setidaknya seminggu. Yah, dia akan pergi menuju Todoland dan mencari kebenarannya. Soobin kembali menutup peti tadi, tidak dengan bukunya. Buku itu dia simpan dalam laci nakas. Soobin beranjak dari duduknya, menuju pintu lemari pakaiannya. Suara kayu lama terdengar ketika dia membukanya lebar. Diturunkanlah tubuhnya, guna memudahkannya mencari barang yang ada di bawah lemari.
Sebuah tas selempang kulit, tas ransel baru, dan dompet kecilnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. Ini adalah perjalanan pertamanya dan dia harus mempersiapkannya dengan baik. Dia memasukkan beberapa pakaiannya, buku dongeng, kertas, kompas, pensil, buku kecil, sepatu, dan masih banyak lagi. Dia tidak mungkin berkemas semuanya sekarang. Setelah beberapa perlengkapan penting masuk, Soobin menutup tas dan menyembunyikannya di bawah ranjang tidurnya. Senyum lebarnya tak pernah luntur. Senyuman dengan rasa senang dan penuh semangat.
Bergegas dia kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya menatap langit-langit putih kamar. Isi otaknya berkelana memikirkan rintangan apa saja yang akan dia hadapi nanti? Dia semakin tidak sabar. Kedua matanya terpejam erat dengan senyuman yang masih belum terlepas dari wajah tampannya. Soobin, dia tertidur dengan rasa semangat menuju alam mimpi yang indah.
.
.
.
.
.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Fairy Tales - [Yeonbin] | Friendship Story
FantasySetiap malam natal, dibawah pohon natal rumahnya selalu dipenuhi oleh hadiah. Kado-kado itu memiliki secarik kartu ucapan yang berasal dari ayahnya. Sosok yang tidak pernah Soobin lihat seumur hidupnya. Hingga pada malam natal tepat diusianya mengin...