Di ufuk timur mentari menampakkan diri secara malu-malu. Sinar jingga juga mewarnai langit membuat gradasi yang elok. Suara riuh bahagia pagi natal di seluruh desa. Wajah bersinar berseri-seri pada seluruh orang.
Timbunan salju semalam terlihat lebih menggunung dari hari sebelumnya. Dikeruk dengan sekop membuat jalanan menjadi terlihat kembali. Bersama-sama, diiringi gumaman mulut menyanyikan melodi natal. Hal itu justru tidak membuat semangat natal mereka menurun. Sungguh hebat sekali memikirkannya. Suka cita orang-orang patut diapresiasi.
Diikatnya rambut yang menutupi mata. Arin kembali mengeruk timbunan salju yang menghalangi jalanan. Biasanya Soobin yang melakukan keperjaan ini, namun, pria berwajah kelinci itu memilih pergi meninggalkan kewajibannya mengeruk salju. Awas saja pulang nanti Arin akan melemparinya tumpukan pekerjaan.
Lupakan sejenak, Arin merasa ada yang janggal pagi ini. Bukan. Ini bukan karena Soobin yang pergi semalam, ini tentang koran pagi yang harusnya dihantarkan tiap rumah oleh oknum bersuara nyaring. Siapa kalau bukan Beomgyu. Anehnya, pemuda itu tidak turut hadir menyapa orang-orang dengan sepeda bututnya.
Seseorang berseragam biru berlari tergesa ke arah rumah Arin. Perempuan itu menghentikan kegiatannya, kakinya ikut berlari menuju pagar kayunya mendekati pria tadi. Wajahnya seperti tengah panik kebingungan.
"Ada apa?" Layangan pertanyaan dari Arin langsung dibalas tatapan khawatir tak tertutup.
"Kau... kau kakak dari anak itu kan? Si pirang bermata biru, sahabat Beomgyu."
Arin yang mendengar itu tidak suka. Adiknya punya nama, enak saja asal bilang si pirang. Orang yang Arin yakini dari kantor percetakan koran- tempat Beomgyu bekerja- terdiam menyadari aura tidak mengenakan dari Arin.
"M-maaf, maksudku bukan begitu sungguh... aku tidak tahu nama adikmu, yang aku tahu kalau adikmu itu punya ciri khas yang beda dari orang-orang sini," ucapnya sedikit memelas.
Lirihan napas keluar cuma-cuma dari mulut Arin. Sorot mata tajamnya masih menatap permusuhan pada pegawai itu. Sungguh menyebalkan, pagi natalnya kenapa harus mengurusi manusia seperti ini?
"Jika kau mau menuduh adikku mengenai Beomgyu, aku tidak akan segan memukulimu dengan sekopku. Beomgyu adalah orang yang paling Soobin sayang, dia tidak mungkin melikainya, termasuk aku, mengerti?"
Jari telunjuknya tepat menunjuk di depan mata pegawai itu. Lantas pria itu memundurkan kepalanya dan mengangguk pelan.
"Bagus, pergilah aku sibuk!" Usir Arin yang sudah berjalan menjauh. Pria itu kelabakan dia langsung memanggil Arin lagi. Arin yang jengah pun berbalik menatap tajam dirinya.
"T-tunggu dulu aku belum selesai, nona. Aku hanya ingin bertanya, apakah Beomgyu ada di sini menginap? Dia tidak datang untuk menghantarkan koran dan paket sejak kemarin," pria itu menjeda ucapannya. Dia menghela napasnya lelah. Dia sangat khawatir sekarang. Arin yang melihat itu pun mengalah.
"Aku kira dia tidak enak badan. Biasanya dia bilang kepadaku. Jadi tadi aku berencana mengecek keadannya di rumah tapi dia tidak ada. Lalu, aku langsung kemari, ku pikir dia akan merayakan natal dengan sahabatnya. Makanya aku kemari," jelasnya panjang lebar.
DEG
Jantungnya seperti berhenti berdetak. Firasatnya tidak enak secara tiba-tiba. Arin berpikir sepertinya Beomgyu ikut Soobin berkelana menuju Todoland. Bukan hal yang bagus. Sepertinya semalam dia benar-benar melihat sosok lain yang berjalan terburu-buru mengikuti Soobin di belakang. Astaga jika begini Arin jadi merasa bersalah.
"Iya dia di sini. Aku meminta izin kepadamu untuknya. Mungkin beberapa waktu ke depan- entah sampai kapan- agar Beomgyu tidak masuk kerja. Dia sedang ingin bersama Soobin."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Of Fairy Tales - [Yeonbin] | Friendship Story
FantasySetiap malam natal, dibawah pohon natal rumahnya selalu dipenuhi oleh hadiah. Kado-kado itu memiliki secarik kartu ucapan yang berasal dari ayahnya. Sosok yang tidak pernah Soobin lihat seumur hidupnya. Hingga pada malam natal tepat diusianya mengin...