Delapan

82 14 1
                                    

Asa Pov

"Ada apaan kok buru-buru banget Rik?". Tahan kak Ruka ke Riki yang berjalan dengan sedikit cepat setelah memarkirkan motor untuk menghampirinya.

"Mama Nayeon di bawa ke rumah sakit. Sekarang mama Mina di sana, gue di suruh ambil baju ganti buat mama".

Kak Ruka terlihat speechless. Aku pun begitu. Tante Nayeon itu orang tua angkat Riki. Kakak dari om Jimin, ayahnya kak Ruka. Aku juga cukup kenal dekat dengan mereka.

"Gue ikut deh kalo gitu". Seru kak Ruka. "Pakai mobil papa Rik!".

"Lah terus gue di tinggal sendiri kak?". Aku menahan langkah kak Ruka, mungkin dia lupa kalo masih ada aku di sini. "Mama belum jemput".

"Aduh iya iya?". Kak Ruka terlihat bingung. "Lo ikut kita aja deh. Gimana?". Tawarnya.

Aku menggeleng, nerasa tidak enak karena aku cuman orang lain. Lagi pula, kalo di rumah sakit aku takut ketemu papa. Nanti yang ada di omelin pergi keluar tanpa mama. Dan mama masih sibuk arisan sama temen-temennya.

"Lo balik aja sama Haruto. Kan satu komplek lo berdua". Ucap Riki, yang berhasil membuat ku menoleh ke orang yang masih duduk di atas motornya.

"Nah boleh tuh. Lo kabarin nanti tante sananya, biar gak usah jemput lo di sini". Timpal kak Ruka.

Aku tergagap seketika, bingung harus respon apa. Aku sedikit melirik Haruto, cowok itu masih hanya duduk tenang tanpa suara. Membuat ku menjadi urung, komunikasi di antara kami sangat terbatas dan canggung sekali. Tidak enak kalo tiba-tiba minta mau nebeng dia pulang.

"Gas kalo mau ikut".

Aku membulatkan netra ku lebar mendapati dia yang menyalakan mesin motornya dan menepuk-nepuk jok belakang motornya, memberi kode ke arah ku.

"Udah sana cepet. Harutonya udah iyain". Riki mendorong pelan bahu ku. Sedikit merajuk, aku mendengus melototinya.

"Sorry ya Sa. Lo gue usir, buru-buru ini menyangkut soal nyawa". Ujar kak Ruka heboh.

Aku melirik dengan sebal. "Kata-kata lo brutal banget sumpah kak". Aku mengumpatinya.

"Hihi punten..". Dia terkekeh dan langsung ngacir kabur masuk ke dalam rumahnya yang di ikuti Riki.

Kini hanya tersisa aku dan Haruto. Dengan ragu aku melangkahkan kaki ke arahnya. Dia pun juga sudah bersiap, saat aku mulai menaiki motornya.

"Sorry jadi ngerepotin". Ucap ku pelan.

Aku bisa melihat respon dari Haruto hanya tersenyum singkat di kaca spion. Lantas ia pun segera melajukan motornya.

"Mau langsung balik aja ini?".

Haruto bertanya, membuat ku yang sedari tadi hanya diam kini memajukan sedikit kepala ku karena tak mendengar apa yang barusan ia katakan.

Sesuatu yang jarang terjadi sekali. Aku mengenal Haruto dari kelas 10. Dan kebetulan sekali dari kelas 1 sampai kelas 3 aku selalu di kelas yng sama dengannya. Tapi berhubung dengan cara perilaku ku yang katanya memperlihatkan aku crushin dia membuat kita jadi jarang sekali terlibat obrolan dengannya lagi.

Ya seperti yang pernah ku bilang, mungkin dia risih dengan desas desus tentang ku yang crushin dia. Dan Haruto, memilih untuk tidak terlibat lagi dengan ku. Atau mungkin dia menjaga jarak karena sudah punya pacar?. Padahal aku sudah hilangin rasa itu semenjak dia berpacaran dengan teman ku sendiri. Wonyoung.

"Apaan to?". Tanya ku ulang.

"Mau langsung balik aja?. Gak mampir ke mana dulu gitu?".

Aku mengernyitkan dahi. "Maksud lo?".

Tell Friend (JEONGWOO X ASA X HARUTO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang