Eps 10

357 42 7
                                    

Taehyung merasa pusing. Setelah menutup telepon, dia duduk di sofa untuk mencari solusi.
Bagaimana membuat Jimin bahagia.

Dia rela mendengarkan perkataan Tn. Park untuk bekerja di perusahaan, rela pulang dan menjadi anak yang baik untuk membahagiakan ibunya. Bersedia melakukan segalanya. Dia ingin melakukan yang terbaik untuk menebus apa yang terjadi di masa lalu.

Berpikir bahwa melakukan hal- hal ini akan membuat Tn. Park berpikir bahwa calon menantunya adalah orang yang berbakat dan kompeten.

Taehyung mengertakkan gigi, hari itu dia berusaha berbicara dengan baik, tapi Jimin tidak mau bertemu dengannya.

*****

Jimin meminum obat itu dengan jari gemetar. Dia sangat ingin percaya bahwa dia sedang flu. Tapi begitu obatnya masuk ke perutnya, dia memuntahkan semuanya dalam beberapa menit.

Jimin hanya duduk diam di lantai toilet beberapa saat menerima kabar ini, janin dalam perutnyalah yang selalu menyiksanya.

Saat makan siang, Jimin makan sangat lambat, hampir mencoba agar bisa menelan. Melihat itu kakaknya takut tersedak, jadi dia memberinya semangkuk sup seafood, Jimin hanya menggertakan gigi dan minum.

"Badanmu masih tidak nyaman, kembalilah istirahat." Ucap Ny. Park

Jimin mengucapkan terima kasih kepada Ny. Park untuk pertama kalinya dan segera berlari keluar.

Sebelum memasuki hutan bambu, Jimin mulai muntah- muntah tak nyaman, air matanya mengalir dari matanya, dia bersandar ke bambu yang dingin, dan  mulai memikirkan cara untuk mencari tempat bersembunyi, Masih ada waktu setengah bulan sebelum sekolah dimulai.

Jimin menggunakan satu tangannya untuk berpegangan pada batang bambu dan menggunakan kekuatannya untuk berdiri ia harus meninggalkan keluarga Park.

Saat makan malam tiba Jimin melihat ke meja makanan dan menahan perasaan tidak nyaman. Bogum melihat wajahnya yang pucat dan mengusap kepalanya.

"Apa tubuhmu masih tidak enak badan?" Bogum khawatir melihat Jimin yg pucat

Jimin mengertakkan gigi dan bertanya "Ayah, setelah liburan berakhir, aku ingin pergi ke asrama."

"Kenapa!" Bogum tiba-tiba bertanya

"Ya, bukankah lebih baik tinggal di rumah?" Ny. Park

"Apa terjadi sesuatu?" Tn. Park

"Aku ingin tinggal di asrama, semua orang tinggal di sana. Jungkook juga tinggal di asrama"

"Tidak Boleh!"

Jimin mengertakkan gigi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Jiminie, apa ada yang salah?" Bogum

"Tidak. Hanya saja mata kuliahku banyak, aku juga ingin mengikuti ujian bahasa Inggris untuk meningkatkan level ku."

"Ternyata begitu. Alasan yang masuk akal. Sung hoon itu bagus!" Ny. Park berusaha melembutkan suaminya

"Tidak! Kamu boleh saja belajar mandiri di sekolah tapi kamu tetap harus pulang"

Jimin pun berdiri, berbalik dan lari, Tn. Park juga tidak memanggilnya balik, dia juga berdiri dan pergi, langsung pergi ke ruang kerjanya. Hanya menyisakan Bogum dan Ny. Park di meja makan.

Jimin mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari sampai ke hutan bambu, bersandar ke tempat sampah dan muntah beberapa saat. Jimin duduk di bangku batu sambil tersenyum, dia sudah mengira akan seperti itu hasilnya, ayahnya benar-benar tidak setuju.

Jimin menggunakan kekuatannya untuk menopang tubuhnya di bambu lalu perlahan berdiri dan berjalan kembali ke dalam kamarnya. 

Jimin naik ke atas, menutup pintu, duduk di tepi tempat tidur, mengeluarkan pisau yang disembunyikan di bajunya. Jimin mengeluarkan pisaunya dan dengan ragu melihat perutnya. Jimin memberi isyarat beberapa kali ke arah perutnya sebelum menyerah. Dia benar-benar tidak ingin mati, Jika dia ingin menyingkirkan anak itu, setidaknya dia harus memahami bagaimana rasanya sebelum dia bisa mengeluarkannya.

Pregnant With My Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang