Eps 17

384 42 9
                                    

Keesokan harinya Jimin sudah mulai masuk kelas, posisinya saat ini sangat baik, dia duduk dekat jendela, meja terakhir, di lantai satu, Taehyung memandangnya dari jauh, dia melihat Jimin sedang tidur.

Ini baru jam pelajaran pertama dan Jimin sudah tertidur di atas meja, dengan wajah menghadap ke luar, Taehyung hanya bisa melihatnya dari luar.

Taehyung tersenyum diam-diam, Jimin lebih baik dari yang dia bayangkan, tidak sedingin dan acuh tak acuh seperti yang dia kira, dan dia punya banyak teman. Karna menurut Taehyung Selama temannya bukan Jungkook, tidak apa-apa. Selama Jimin tidak duduk di meja Jungkook, tidak apa-apa.

Taehyung ingin melihat Jimin terlebih dahulu, Sebelum dia melakukan perjalanan ke kuil Guinsa yg ada di pegunungan Sobaek selama beberapa hari kedepan.

*****

Di akhir September cuaca mulai dingin, suhu senja bisa di bawah 0 derajat. Selain itu, di luar juga sedang hujan. Sungjae mengenakan mantel dan topi untuk pergi keluar, karna saat hujan, semakin sedikit orang. Dia sangat tidak suka dengan keramaian.

Sungjae sekali lagi menginjak pergi ke kuil besar, kuil itu ada diketinggian 4000 meter dari permukaan laut. Dia berjalan menanjak lalu tifak sengaja bertemu Taehyung. Mereka berdua tercengang.

Sungjae berjalan di belakangnya selangkah demi selangkah, suaranya bergema di tengah jalan sehingga agak samar: "Taehyung, sudah cukup."

Saat Taehyung jatuh, dia langsung jatuh ke tanah tapi dia tetap keras kepala dan terus berjalan menuju puncak gunung. Sungjae yg merupakan sahabat masa kecil hingga dewasa merasa jengkel. Dia tau tentang perasaan Taehyung terhadap Bogum tapi Apa Bogum layak baginya menjadi seperti ini!

Sungjae berdiri di sampingnya, tidak berpikir untuk menariknya ke atas, Taehyung duduk sebentar dan terus berjalan. Sungjae memasukkan tangannya ke dalam saku dan menyaksikan dia melukai dirinya sendiri.

Taehyung berjuang untuk naik. Setelah berjalan setengah hari, dia hanya bisa berlutut di tanah. Sungjae memandangnya berlutut, menangis dan tertawa.

Taehyung menyeka darah dan air hujan dari wajahnya dan masih bisa tersenyum: "Aku tidak bermaksud kasar. Aku hanya ingin melihat apa Buddha benar atau tidak.”

“Apa yang Buddha katakan?”

"Buddha bilang, Bintang menjadi kemauan, berlian pecah. (Orang yang tulus dapat memecah berlian.)

Sungjae memandangnya dan mengangguk: "Ya, sebelum berliannya pecah, kepalamu yg sudah pecah."

Taehyung tersenyum: "Baiklah, kamu tidak perlu ikut denganku, aku ingin bersujud."

Sungjae menemaninya beberapa saat, melihat Taehyung menundukkan kepalanya semakin perlahan, maka dia berjalan berkeliling di halaman yang sepi, menghitung 238 busur, Taehyung berlutut di tanah selama lebih dari setengah hari.

Sungjae berjalan mendekat dan berjongkok didepannya: "Apa kamu masih tahan?"

Taehyung mengangguk sejenak: "Iya."

"Berapa kali rencana kamu akan membenturkan kepalamu?"

“1000.”

Sungjae melihat Taehyung yg terus bersud ditanah untuk sembahyang,

"Apa sebenarnya yang kamu lakukan! Apa kamu tidur dengan orang lain? Hingga kamu merasa bersalah?! Jangan terlalu memikirkan dirimu sendiri, Bogum tidak akan menerimanya sama sekali! Kenapa kamu merasa bersalah! Melakukan ini untuk cinta sama sekali tidak layak!”

Setelah mendengar ini, Taehyung tidak bereaksi, dia berlutut di tanah dan tidak berdiri.

"Dalai Keenam adalah seorang Buddha! Dan kamu adalah manusia! Kamu tidak punya apa-apa! Bogum itu tidak pernah memperhatikanmu! Kamu bisa menyukai orang lain, biarkan dia pergi!”

Pregnant With My Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang