zweiundzwanzig

1.5K 314 50
                                    

Donghyuck mengerutkan keningnya saat sebuah cahaya tiba-tiba saja menerjang kedua matanya. Tidak lama, kedua telinganya dapat mendengar suara percakapan dari beberapa orang yang entah mengapa terdengar familiar.

"Oppa!!!"

Kedua mata Donghyuck seketika membulat saat mendengar suara sang adik, disusul dengan kehadiran Ningning yang entah sejak kapan sudah berada di depannya.

"Oppa, daritadi aku memanggil oppa tau!" Suara Ningning kembali memasuki indra pendengaran Donghyuck, membuat Donghyuck benar-benar membeku di tempatnya saat ini.

Seingatnya ia sedang berada di dunia lain, dengan ratusan iblis dan Renjun. Ah! Renjun, kenapa Donghyuck tidak bisa menemukan Renjun dan kenapa ia malah berada di dalam rumah lamanya bersama dengan Ningning?

"Oppa! Oppa kenapa?" Suara Ningning seketika berubah khawatir.

"N-ningning?" Panggil Donghyuck memastikan sosok yang tengah berdiri di depannya, membuat si pemilik nama pun mengerutkan keningnya.

"Ningning, Donghyuck kalian sudah siap?" Tiba-tiba saja suara lain memasuki indra pendengaran Donghyuck, dimana kali ini bukan hanya membuat tubuhnya menegang tapi juga keringat dingin yang membasahi tubuhnya serta jantungnya yang berdetak sangat kencang.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, dapat Donghyuck lihat dengan jelas sang eomma yang tengah berdiri dan tersenyum ke arahnya. Donghyuck benar-benar tidak mengerti, kenapa eommanya bisa ada di hadapannya saat ini.

"Eomma, sepertinya oppa sedang tidak sehat. Daritadi oppa kelihatan seperti orang kebingungan." Ujar Ningning dengan nada sedikit khawatir, membuat sang eomma dengan cepat menghampiri putranya dan menyentuh dahi putranya tersebut.

"Aigoo, Hyuckie kau sakit hm? Apa kita batalkan saja acara hari ini? Eomma beritau appa ya?" Lembut sang eomma yang sontak membuat liquid bening meluncur bebas dari mata Donghyuck.

"Eom-...ma?" Donghyuck berujar dengan nada sedikit bergetar yang membuat Ningning dan sang eomma pun membulatkan kedua matanya terkejut.

Donghyuck tidak mengerti dengan hal yang tengah menimpanya saat ini. Tapi ia juga tidak bisa berbohong bahwa ia sangat amat merindukan sang eomma. Ah, lebih tepatnya ia sangat merindukan momen kehangatan keluarganya dulu.

"Kenapa kalian masih disini? Loh? Kenapa Donghyuck menangis?" Suara berat seorang pria paruh baya seketika memecah keheningan, membuat Donghyuck seketika meloloskan isakannya yang membuat Ningning mengedipkan matanya lucu. Sedangkan sang eomma terlihat terkekeh pelan dan tanpa aba-aba membawa tubuh tegap Donghyuck ke dalam pelukannya.

"Aigoo putra tampan eomma, kenapa menangis hm? Kau ini sudah dewasa tapi masih menangis seperti anak kecil." Ujar sang eomma dengan nada lembutnya sembari mengusap sayang punggung Donghyuck yang bergetar.

"Kenapa? Kau sakit?" Tiba-tiba saja sang appa menghampiri putranya tersebut sembari mengusak singkat surai milik Donghyuck.

Donghyuck benar-benar tenggelam dalam rasa rindu dan kebahagiaannya saat ini. Bertahun-tahun ia terjebak dalam kesedihan dan kerinduannya, dan akhirnya ia bisa menumpahkannya sekarang.

"Jangan pergi...aku mohon...jangan pergi." Gumam Donghyuck sembari membalas pelukan eommanya yang mengundang kekehan lembut milik sang eomma.

"Kami tidak akan pergi Donghyuckie..." suara lembut sang eomma kembali memasuki indra pendengaran Donghyuck. Tapi beberapa detik kemudian tubuh Donghyuck menegang, saat mendapati Ningning, eomma dan appanya seketika mematung di tempat masing-masing. Seakan-akan waktu terhenti disusul dengan suara langkah kaki yang muncul dari belakang tubuhnya.

EDGES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang