siebenundzwanzig

1.5K 279 47
                                    

Kamar luas yang dihuni oleh sepasang anak adam tersebut terlihat cukup sepi. Si pemilik kamar terlihat tengah merebahkan dirinya di atas kasur, menjadikan tangannya sebagai bantal sembari menatap langit-langit kamarnya.

Jam sendiri sudah menunjukan pukul enam sore, membuat langit di luar sana sudah berubah menjadi jingga dan sebentar lagi para knight pasti akan dikumpulkan untuk makan malam bersama.

Donghyuck yang sedang menikmati sorenya setelah mendengar ucapan Suho pun mengerutkan keningnya saat mendapati pintu kamarnya dibuka, menampakan sang armor yang tengah memasang senyum tipisnya.

"Apa yang dikatakan kepala sekolah menyebalkan itu? Kau disuruh mengawasiku?" Tanya Donghyuck santai yang membuat Renjun sedikit tertegun. Selain lebih dingin dan blak-blakan, kepribadian Donghyuck yang ini sepertinya lebih pintar menganalisis sekitarnya.

"Hm...kira-kira seperti itu. Dia memintaku mengawasimu dan melaporkannya." Sahut Renjun sembari mendudukan dirinya di atas kasurnya sendiri, menatap sang knight yang tidak mengubah posisinya sedikit pun.

"Lalu apa jawabanmu?" Tanya Donghyuck tanpa menoleh sedikit pun ke arah Renjun.

"Aku menolaknya. Karna kau knightku, melakukan hal seperti itu sama saja mengkhianatimu." Jawab Renjun yang mengundang dengusan kencang milik Donghyuck.

"Hyuck." Panggil Renjun tiba-tiba yang membuat Donghyuck menolehkan kepalanya dan mengangkat alis kirinya.

"Tidak peduli kau memiliki tiga kepribadian, atau fakta bahwa kau membunuh kepribadian lainmu atau kau yang bukan kepribadian asli...bagiku kau tetap Lee Donghyuck, knightku." Ujar Renjun dengan raut seriusnya yang membuat Donghyuck terdiam sejenak.

"Bukannya kau sempat tidak suka denganku waktu itu? Waktu Asmodeus mengatakan aku membunuh kepribadian Donghyuck yang ceria?" Ujar Donghyuck dengan nada remehnya yang gantian membuat Renjun terdiam.

Mendapati keterdiaman sang armor, Donghyuck pun menghela nafasnya kencang dan kembali mengarahkan pandangannya pada langit-langit kamarnya. Tidak menghiraukan Renjun yang masih terdiam di tempatnya.

"Soal yang itu...aku tidak punya alasan untuk membela diri. Maaf karena sudah mengecewakanmu." Sesal Renjun sembari menundukkan kepalanya, membuat Donghyuck terdiam sejenak sebelum membuka suaranya.

"Kemari." Singkat Donghyuck sembari menggerakan jari telunjuknya ke arah Renjun, memberikan kode pada sang armor untuk mendekat ke arahnya.

Mendapati perintah Donghyuck, Renjun pun dengan segera beranjak dari duduknya masih dengan wajah penuh rasa bersalahnya. Hingga akhirnya kedua kakinya berhenti tepat di samping tempat tidur Donghyuck.

Tanpa membuka suaranya, Donghyuck dengan cepat menarik kerah hoodie Renjun. Membuat Renjun sedikit terkejut, terlebih saat mendapati wajahnya dan sang knight berjarak cukup dekat saat ini.

Untuk beberapa detik Donghyuck hanya diam dan memandang datar wajah Renjun, hingga dua detik kemudian tanpa aba-aba Donghyuck memejamkan kedua matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir merah muda milik Renjun. Membuat Renjun kembali dibuat terkejut akan tindakan sang knight.

Sekitar sepuluh detik bibir keduanya menempel, hingga akhirnya Donghyuck menjauhkan bibirnya dari bibir Renjun. Salah satu alisnya sedikit terangkat saat mendapati wajah memerah milik sang armor.

"Aku terima permintaan maafnya." Ujar Donghyuck santai yang kemudian melepaskan cengkramannya pada kerah hoodie Renjun, membuat Renjun dengan segera memundurkan langkahnya dengan jemari lentiknya yang menyentuh bibirnya sendiri.

"K-kenapa kau menciumku?" Syok Renjun.

"Huh? Memangnya tidak boleh? Kau armorku, pasanganku, jadi tidak masalah aku menciummu." Jawab Donghyuck santai yang membuat Renjun benar-benar kehabisan kata-kata saat ini.

EDGES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang