Pagi-pagi sekali, Nila dan Bromo berkunjung ke kediaman Risa dan Raswan untuk menjemput putranya. Bromo tak pernah percaya hari ini akan tiba. Ia bersyukur saat Dandi mau tinggal bersamanya. Kedatangan mereka pun disambut baik oleh Risa. Keduanya dipersilakan masuk dan menunggu di ruang tamu sembari Dandi membereskan semua barangnya.
Dandi pun keluar dari kamar dengan membawa dua koper hitam miliknya. Kemunculannya membuat Nadira kaget. Gadis yang hendak ke meja makan untuk sarapan malah mendapatin Dandi yang hendak pergi meninggalkan rumahnya. Nadira tak percaya dengan keputusan yang Dandi buat.
"Lo mau ke mana?" tanya Nadira spontan.
"Tinggal sama mamah."
"Bukannya lo gak suka?"
"Gue gak bisa terus-terusan numpang sama orang. Lagi pula gue masih punya orang tua."
"Tapi—"
"Gue pergi dulu." Dandi segera menuruni anak tangga, diikuti Nadira di belakangnya.
"Dan, lo serius?" tanya Nadira. Pertanyaannya itu sama sekali tak digubris oleh Dandi. Lelaki itu terus menuruni anak tangga hingga ia tiba di ruang tamu.
Tak mau mengulur waktu, langsung saja Dandi berpamitan kepada Risa dan Raswan. Sementara itu Nadira termenung melihat kepergian Dandi.❤️ ❤️ ❤️
Tak tahu harus mulai dari mana. Di dalam hatinya, Argi masih menjadi juara pertama. Nadira sendiri bingung dengan perasaannya. Padahal Argi begitu tega menyakitinya, memainkan perasaannya, tetapi rasa cinta itu tak pernah mati. Nadira ingin sekali jatuh cinta pada orang lain, atau mungkin jatuh cinta pada Dandi. Namun, Dandi sama sekali tak memikat hatinya. Ia pun mulai mengatur strategi untuk bisa move on dari Argi. Nadira sudah mencoba itu sejak awal, namun logikanya selalu kalah dari hatinya. Ia pun memilih bersandiwara untuk jatuh cinta pada Dandi. Ia berharap sandiwaranya itu berakhir baik.
Nadira tak mau mempermainkan perasaan Dandi. Tapi, bila tidak mencoba, ia tak pernah tahu. Nadira pun mulai memberikan perhatian kecil pada Dandi. Dan ia akan terus mendekati Dandi hingga perasaannya sungguh-sungguh terpikat pada teman masa kecilnya itu.
Seperti hari ini, Nadira membawa bekal khusus untuk Dandi. Setibanya di dalam kelas, Nadira langsung menghampiri Dandi yang sibuk dengan ponselnya.
"Pagi, Dan," sapa Nadira.
Melihat kedatangan Nadira membuat Dandi memasukan ponselnya ke saku celana. "Pagi," jawab Dandi canggung.
"Gue bawain bekal buat lo. Semoga suka, ya." Nadira menaruh kotak bekal itu tepat di hadapan Dandi.
"Tumben," ujar Dandi.
"Gue akan berusaha dari sekarang. Berusaha jatuh cinta sama lo, dan lupain Argi. Bantu gue ya, Dan."
Dandi tersenyum malu. "Gampang kalau itu mah."
Nadira ikut tersenyum. Kini Dandi akan menjadi pelariannya sampai waktu yang ia sendiri pun tak tahu.
Aksinya itu pun diketahui oleh Mika dan Tata—sahabatnya. Nadira bercerita hal itu kepada sahabatnya saat mereka di kantin, sekaligus meminta bantuan agar usahanya dapat berjalan mulus.
"Tapi lo beneran mau lupain Argi, kan?" tanya Mika.
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For You [TAMAT]
Teen FictionTidak sabaran, Nadir langsung saja mengajak Argi menjalin suatu hubungan; pacaran. Sialnya, ia ditolak, sebab bentuk tubuhnya yang bulat seperti bola, juga wajahnya yang penuh dengan jerawat seperti daun jambu yang Argi lihat di rumah temannya, dan...