7. Perkara Rela

86 17 4
                                    

Nadira membuka matanya secara tiba-tiba. Ia melihat sekitar dan mendapati Mika yang kini asik mengotak-atik layar ponsel. Nadira diam sebentar kemudian mencoba mengingat kembali kenapa ia bisa berada di UKS. Gadis itu berharap bahwa semuanya adalah mimpi, dan ia masuk UKS karena hal lain. Ia tidak bisa membayangkan jika Tira benar-benar mencium calon suami masa depannya.

"Mika, gue ditolak lagi ya sama Argi?" tanya Nadira memastikan bahwa ia tidak pingsan karena melihat Argi dan Tira yang tengah berciuman di perpustakaan.

Mika tersentak kaget saat tahu Nadira telah sadar. Ia segera menyembunyikan ponselnya ke dalam saku dan mengarang jawaban.

"Gue gak tahu kejadian pastinya, tiba-tiba Argi gendong lo dan bawa ke UKS."

"Gue pingsan dimana? Di perpustakaan?"

"Iya."

Nadira bangkit dan turun dari ranjang. Hal itu membuat Mika panik dan menahan Nadira untuk pergi. Nadira pun menjelaskan bahwa Argi dan Tira ketahuan berbuat mesum dan dia tidak sabar untuk mengetahui tindakan apa yang akan diberikan pihak sekolah untuk mereka. Mika spontan semangat saat tahu kejadian itu benar adanya, kini ia justru mengajak Nadira untuk bergegas. Keduanya bersiap keluar dari UKS namun Argi lebih dulu menemui mereka. Pria tinggi itu meminta Mika meninggalkannya berdua dengan Nadira. Hal itu tidak bisa Mika biarkan begitu saja. Ia mencoba menguping sebisa mungkin, namun ia tidak dapat mendengar apa-apa sebab Argi menarik Nadira ke pojok ruangan.

"Lo jago bohong kan?" tanya Argi dingin.

"Maksud kamu?"

"Gue mau lo bohong saat Bu Lili dan guru lainnya nanya perihal kejadian yang sebenarnya."

"Tapi mustahil untuk bohong, karena kalian memang berciuman. Lagi pula ada cctv, kalau aku bohong—"

"Cctv rusak, gue sama Tira gak seceroboh itu. Ciuman itu hanya sekilas. Kalau lo gak bohong, gue dan Tira bisa dikeluarkan dari sekolah."

"Dikeluarkan?"

"Iya."

Nadira tidak masalah jika Tira dikeluarkan dari sekolah sebab gadis itu kerap membustnya sakit mata, hati, pikiran juga batin. Tetapi bagaimana jika Argi dikeluarkan. Nadira tidak mau jika alasannya semangat belajar justru pergi begitu saja.

"Tapi ada syaratnya," Nadira mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Apa?"

"Nanti malam kita jalan berdua."

"Malam ini gue main futsal."

"Besok malam."

"Main futsal juga."

"Besok besok besok malam."

"Setiap malam gue main futsal."

Nadira mendengus kesal, "Oke diganti. Ajarin aku matematika."

"Pembelajaran belum di mulai."

"Intinya ajarin aku matematika kelas sebelas! Setidaknya itu bekal untuk aku."

"Oke, deal."

Keduanya keluar dari ruang UKS. Ternyata Mika masih setia menunggu Nadira. Saat hendak pergi, Argi meminta agar Mika tidak mengikuti mereka sebab kasus itu disepakati untuk tidak diumbar. Setibanya di ruang konseling, Nadira bersaksi sebagaimana yang Argi inginkan. Ia menceritakan bahwa Tira tidak sengaja tersandung dan jatuh ke pangkuan Argi. Bu Lili sempat menyangkal tetapi Nadira lihai memutarbalikkan fakta. Ia ingat bahwa saat itu Bu Lili tidak mengenakan kacamata jadi kemungkinan saja Bu Lili salah lihat. Bu Lili pun mengakui bahwa ia tidak begitu jelas melihat apa yang terjadi antara Argi dan Tira. Ia hanya tau keduanya berbuat mesum sesuai apa yang Nadira laporkan. Kesalahpahaman itu lama sekali selesai. Mereka mencoba menyelesaikannya dengan guru konseling saja mengingat kepala sekolah dan wali kelas sibuk. Nadira pun meminta maaf atas laporannya yang keliru serta tidak adanya bukti yang akurat. Argi dan Tira tidak mendapatkan hukuman serta tidak dipanggil orang tuanya ke sekolah mengingat kasus yang terjadi hanyalah kekeliruan.

Waiting For You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang