Chapter 3: So Sweet

9 2 0
                                    

"Udah jam setengah sebelas, mau pulang dah gue." Ucap Gadys yang akhirnya bisa mempertahankan sisi kewarasannya setelah dihantam oleh hantu masa lalunya. Si cantik itu mulai merapikan barangnya, seperti memasukan charger ponselnya kembali ke tas canvasnya dan printilan lain yang ia bawa.

"Yaudah ayo, tak anter mumpung jalan ke rumahku lewat depan gang mu." Jawab Bhumi yang kemudian bersiap untuk berdiri. Alka yang sedari tadi menyimak pun mulai angkat bicara, "Kenapa gak sama gue aja? Malah lebih searah. Kost nya Disa punya Bu Inka kan?" Potongnya sebelum Bhumi berdiri, Bhumi pun mengernyitkan dahinya, aneh pikirnya.

"Loh loh, iso isone reti, jangan jangan tadi kamu emang berangkat bareng sama Gadysa ya?" Ledek Harsa.

"Ih, mana manggilnya Disa, lucunyaa.. Kak Alka udah gak sama Kak Seren lagi berati?" Timpal Kinan yang di iringi kekehan darinya dan Ziryu.

"Alka mah ceweknya banyak, hati hati ya Gadys." Timpal dari Radit, seisi meja pun mulai meledeki Alka yang tak biasanya ini. Gadys hanya tersenyum canggung, sedangkan Bhumi hanya diam, sepertinya seseorang mulai kepanasan.

"Wow wow, orang orang ini kalau berspekulasi suka aja aja ada.. Mau pulang sekarang kan? Ayo, gue anter, ini gue juga udah di chat sama ibu buat pulang." Potong Alka sebelum semuanya menjadi rumit, kini ia sudah berdiri sambil mengulurkan tangannya ke arah Gadysa.

"Ah sial." pikir gadis itu di benaknya, namun tetap saja tubuh dan pikiran memang terkadang tidak bisa bekerja sama. Tangan kecilnya meraih uluran tangannya, hangat, dan besar, rasanya tangan kecilnya seperti dilindungi sesuatu.

Meja pun kembali riuh, hanya Bhumi saja yang diam namun akhirnya ia juga ikut meledek dua muda mudi itu.

Dijalan keluar menuju parkiran, kesialannya kembali lagi, Arya juga sedang berada di parkiran, membuat Gadysa tanpa sadar menggenggam erat tangan besar milik Alka. "Kenapa? Arya? Kamu dekat sama Arya anak sastra Indonesia itu?" Tanya nya.

"Gak tau, gak ngurus.. ayo pulang aja." Ucapnya dan mempercepat langkahnya, toh gadis itu tau dimana motornya terparkir tadi.

Meskipun malam, nyatanya jalanan kota Jogja tidak sesepi itu, beberapa tempat bahkan masih macet. Motornya pun melaju dengan kecepatan yang cukup cepat, membelah ramainya jalanan Jogja.

"Oh iya, makasih udah mau nganterin aku pulang.. omong omong, kamu tau darimana aku nge kost disana?" Tanya Gadys hanya sekedar basa basi.

"Aku juga tinggal di gang itu, kalau kamu keluar kost terus belok ke kiri, rumahku setelah warung pecel gudangan itu." Jelasnya, ada yang aneh di pikiran Gadysa, laki laki itu baru saja memakai 'aku' untuk berbicara dengannya, padahal sebelumnya menggunakan 'gue' dari awal pertemuan mereka.

"Oh.. tetangga tah." Jawab Gadys sambil mengangguk anggukan kepalanya, dia tau persis yang mana rumah laki laki di depannya ini, karena tiap hari Minggu pagi dia akan membeli pecel di dekat rumahnya itu.

"Ya bisa dibilang gitu, tadi aku juga lihat kamu jalan ke minimarket kok, makanya aku ikutin buat nawarin kamu bareng." Jelasnya lagi. Laki laki bernama Alka ini benar benar membuat perempuan di belakangnya cukup pusing.

"Stalker?" Balasnya, "Enggak, kebetulan lihat yasudah tawarin juga kan? Toh Bhumi gak bisa jemput kamu tadi." Tidak salah namun juga tidak benar, yasudah perempuan di belakangnya ini memilih diam saja tidak peduli, sedangkan laki laki didepannya hanya tersenyum sambil melihat pantulan dari kaca spionnya.

***

Rutinitas pagi di setiap hari Minggu sebagian orang pasti memilih untuk menetap di kasurnya, sama seperti Rena yang masih tertidur pulas dikamar, berbeda dengan Gadys yang sudah bangun dan berencana mencari sarapan. Tentu saja, ia belum mandi, hanya cuci muka dan sikat gigi lalu memakai hoodie kebesaran untuk pergi keluar.

Story of Us (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang