Chapter 4: Solo Raya

18 2 2
                                    

"Bunda! Gadys pulaang!" Teriaknya begitu sampai, melangkahkan kakinya masuk mencari sang ibunda tercinta, rupanya wanita tua berusia 46 tahun itu baru saja selesai memasak untuk kedatangan putri semata wayangnya.

"Sayang.. sama siapa? Rena?" Tanya sang ibunda, begitu mengalihkan pandangannya ke arah belakang putrinya, rupanya seorang pria berjalan mengikuti putrinya dari belakang. Sejenak ibundanya terdiam, cukup terpesona, wajah Alka memang tampan tidak heran orang orang akan terpesona untuk pertama kalinya.

Gadysa menyadari perubahan wajah sang ibunda, terlihat jelas wajahnya mulai sumringah, ia jelas tau apa yang dipikirkan sang bunda yang tidak lain adalah "Ya gusti, mantu ku ganteng pol, iki tenan anak ayu kula iso entuk cah bagus ngene?"

"Halo tante.. Saya Alka, teman kuliah Disa." Ucapnya lalu dengan segera salim kepada sang ibunda. "Ya gusti, ganteng banget nak Alka.. orang mana kamu cah bagus?" Balas bunda.

"Hehe terimakasih tante, saya orang asli Jogja." Jawab Alka dengan senyum malu malu.

"Haloo? Aku masih disini loh? Aku yang pulang tapi kok kayaknya bunda lebih fokus sama Alka." Ucap Gadys ditengah pembicaraan mereka.

"Ya ampun, pacar kamu ganteng banget sih. Yaudah sini makan dulu, pasti capek kan perjalanan dari Jogja ke Solo? Nak Alka, panggil saya bunda juga ya seperti Disa." Ucap bunda dengan semangat yang kemudian menuntut kedua anak muda itu untuk duduk. Gadysa yang mendengar bunda nya menanggap Alka sebagai pacarnya hanya memutar bola matanya malas, sedangkan orang yang dimaksud hanya senyum malu malu.

Makan siang dirumah Gadysa kali ini terasa cukup hangat, Gadysa memakan makanannya dengan lahap begitu pula dengan Alka, bunda juga kadang memberi lauk tambahan pada Alka yang mau tidak mau ia harus habiskan.

"Sebentar ya, bunda tinggal ke kamar dulu." Ucap bunda lalu segera bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamar.

"Bundamu asik ya, masakannya juga enak, boleh deh nyoba daftar jadi menantu." Celetuk Alka tiba tiba setelah menghabiskan makanannya yang seperti porsi kuli itu, atau mungkin diatas porsi kuli.

"Wong gendeng, gak usah aneh aneh atau tak blok seko kehidupan kon." Balas Gadysa sambil melotot. (Orang gila, jangan aneh aneh atau ku blok dari kehidupan.)

Pria itu hanya tertawa mendengar jawaban perempuan disebelahnya, baginya perempuan disebelahnya ini unik dan punya khas nya sendiri.

"Yaudah aku deketin bundamu aja gimana?" Ucapnya yang kemudian dibalas dengan lemparan sendok tepat di kepala laki laki itu, yang terkena pun semakin tertawa puas.

"Ya gusti Disa.. mantu bunda kenapa dilemparin sendok.. ada yang sakit ndak? Disa emang suka gitu, sama ayahnya aja kadang bisa bikin ring tinju." Ucap bunda tiba tiba dari arah kamar sembari berjalan ke arah Alka, di usapnya kepala laki laki itu. "Waduh? Disa petarung dong bun?" Celetuk Alka yang kemudian dibalas pelototan dari Gadysa, "Sontoloyo! Kalau ngomong kok sembarangan banget." Meja makan pun dipenuhi tawa Alka dan bunda, walaupun Alka terasa menyebalkan, setidaknya di meja makan ini Gadysa merasa hangat.

Waktu berlalu, Gadysa dan Alka sudah selesai berbincang bincang dengan bunda, kini mereka memutuskan untuk keliling Solo. Mereka memutuskan keliling Solo dengan bis saja, sekalian nantinya langsung ke arah stasiun untuk pulang kembali ke Jogja. Mereka berpamitan dan setelah itu pergi menuju halte terdekat untuk melanjutkan wisata dadakan mereka di Solo.

Wisata pertama mereka tentu saja ke Pura Mangkunegaran, untuk melihat lihat dan berswafoto sejenak disana. Alka mengeluarkan camera digital pocketnya dan memulai memotret sekitar, beberapa kali ia juga menangkap foto perempuan yang bersamanya, entah sedang candid ataupun berpose ketika sang perempuan meminta.

Story of Us (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang