5. Pingsan

41 7 0
                                    

Terik matahari memasuki celah ruangan. Suasana pagi yang dingin. Sebab sekarang sudah memasuki musim dingin.

Banyak orang di rumah besar ini, sudah sibuk berkutat dengan kegiatannya.

Naurel bersiap-siap dengan cepat. Ia telat bangun karena semalam sempat begadang untuk mengerjakan tugas yang di berikan guru privatnya.

"Aku harap gerbang sekolah masih di buka." Gumam Naurel berdo'a.

Naurel juga berharap masih ada angkutan umum yang lewat nanti.

"Lo belum berangkat?"

Naurel menoleh untuk melihat siapa yang berbicara. Itu adalah kakaknya. "Iya nih, aku semalem ngerjain tugas sampai jam 3 an, jadi telat bangun."

Belle ber-oh ria menanggapi jawaban Naurel.

"Kalau gitu aku pamit dulu kak." Ucap Naurel kemudian membungkuk.

Hari ini Belle tidak ada jadwal kuliah. Jadi dia tidak berpakaian rapih dan masih memakai piyama nya.

Sempat muncul rasa ingin mengantar Naurel. Tapi Belle menepis rasa itu cepat-cepat. Ia sudah bertekad bahwa seharian ini dia akan menetap di kamarnya. Tidak akan keluar kemana-mana.

Naurel menengok ke kanan dan ke kiri. Ia tidak melihat tanda-tanda bus akan lewat.

"Mana sih? Kok nggak ada lewat-lewatnya."

Naurel mulai panik setelah melihat jam yang ada di handphone nya. Sudah pukul 7:45, artinya gerbang sekolah sudah ditutup dan pelajaran akan di mulai dalam waktu beberapa menit lagi.

"Jalan aja kali ya"

••••••••••

Karena kecerobohannya sendiri sudah telat bangun. Dirinya jadi di hukum oleh guru yang mengajar pada pelajaran pertama.

Naurel dihukum harus hormat pada tiang bendera sampai jam pelajaran pertama selesai. Jam pelajaran pertama itu adalah pelajaran PPKN, yang menghabiskan waktu 3 jam.

Naurel harus menahan, berdiri di bawah terik matahari pagi selama 3 jam tanpa di perbolehkan beristirahat.

Karena Naurel murid yang taat peraturan dan takut akan hukuman. Dia akan berjuang sampai akhir jam pelajaran. Ia akan berjuang berdiri selama 3 jam, dan menyelesaikannya.

Naurel hanya tidak beruntung pagi ini. Karena dia telat bangun.

Biasanya dia akan berangkat pagi-pagi sekali. Bisa di bilang dia murid pertama di kelas nya yang sudah berada di sekolah.

Hukuman ini adalah pertama bagi dirinya. Dan Naurel berjanji ini adalah hukuman terakhirnya. Ia bertekad bahwa, tidak akan ada lagi  hukuman yang akan menimpanya.

Keringat membasahi tubuhnya. Sudah 1 jam sejak Naurel berdiri. Ia berharap ia bisa menuntaskan hukumannya. Ia juga berdo'a agar dirinya tidak pingsan di tengah-tengah hukumannya.

"Tahan Naurel, tahan." Ucapnya dalam hati.

Mata Naurel sayup-sayup. Sepertinya dia akan gagal menuntaskan hukumannya.

Ia merasa kepalanya pusing. Kakinya juga sudah terasa sangat lemas. Ia sudah tidak kuat lagi.

Brukk.

Naurel terjatuh. Ia pingsan.

Tidak lama setelah Naurel pingsan. Seseorang datang, kemudian mengangkat tubuh Naurel untuk di bawa ke ruang kesehatan.

Karena Naurel tidak sarapan. Ia jadi tidak punya tenaga untuk berdiri lama.

Bukan tidak sarapan, tapi dia tidak sempat sarapan. Dia juga tidak sempat membuat bekal.

The Reason We Meet | Enami AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang