8. Tertarik

36 5 0
                                    

Suasana yang dingin. Suasana yang mampu membuat anak murid merasa mengantuk dengan suhu yang sangat memanjakan diri untuk tertidur.

Chaemura—anak blasteran Indonesia dengan Korea, melihat ke arah kanan ia duduk. Ia melihat teman sebangkunya yaitu Naurel asik menikmati acara melamunnya.

Ia tak tahu pasti apa yang ada di pikiran Naurel. Tapi temannya itu terus saja melamun sedari pagi.

Chae menyenggol Naurel. "Lo kenapa dari tadi ngelamun terus?"

Naurel mengerjapkan matanya berkali-kali. "Aku... Gapapa."

Chae menghela nafas panjang. Walaupun dia sudah mengenal Naurel lama, tetap saja ia merasa tidak dekat dengan Naurel.

Karena Chae hanya mengenal 'namanya' saja, dia tidak terlalu dekat dengan Naurel. Ia pernah mencoba untuk sok asik dan sok akrab dengan Naurel. Tapi itu hanya membuatnya merasa cringe di hadapan Naurel.

Menurut Chae, Naurel orangnya tidak asik. Naurel terlalu fokus kepada pelajaran. Saat di ajak bercanda oleh Chae saja, Naurel tidak tertawa.

Chae sering kali mengajak Naurel untuk istirahat bersama. Tapi Naurel selalu menolaknya.

Terkadang penolakan Naurel membuat Chae merasa sakit hati.

"Segitu gamau nya kah dia? Istirahat bareng gw." Batin Chae.

Chae dan Naurel mempunyai selera humor yang berbeda. Mereka berdua tidak sefrekuensi. Tapi mereka malah menjadi teman sebangku. Dimana teman sebangku seharusnya tegur sapa atau mengobrol, dan tertawa bersama.

Karena Chae selalu memperhatikan setiap pergerakan temannya ini. Ia jadi tahu kebiasaannya apa, ia akan melakukan apa setelah ini.

"Gw tebak, dia pasti mau bersin. 1..2..3.."

Hatciii

Semua pasang mata menatap Naurel. Karena suara bersin Naurel mampu membuat mereka merasa kaget.

"Maaf pak!.." Ucap Naurel.

Chae menyodorkan tisu kearah Naurel, dan Naurel menerimanya.

"Makasih Chae." Kata Naurel yang di angguki oleh Chae.

"Lo kena flu yah? Mau ke UKS nggak? Nanti gw anter." Tawar Chae.

Naurel menggeleng. "Gausah Chae, aku disini aja. Lagian bentar lagi juga istirahat."

Chae memutar bola matanya malas. Sudah ia duga, pasti jawabannya 'tidak'.

"Lo kenapasih, kalo gw mau deket atau mau akrab sama lo. Sama lo nya langsung di tolak mentah-mentah. Lo benci sama gw?"

Naurel panik. Bukan begitu. Dia bukannya benci Chaemura, hanya saja dia kesulitan untuk akrab dengan orang lain.

"Bukan gitu Chae... Aku cuman gak bisa cepet-cepet ngakrabin diri sama orang lain, aku juga ga jago berteman. Aku orangnya pemalu Chae." Jelas Naurel.

"Halah gausah bohong deh! Lo pasti benci kan sama gw! Ayo ngaku!"

"CHAEMURA! NAUREL! BERDIRI KALIAN!" Bentak pak Yanto.

Obrolan mereka terlalu besar. Apalagi terakhir Chae berbicara dengan meninggikan suaranya.

"Kalian berdua! Keluar dari kelas sekarang juga! Berdiri di depan kelas sambil angkat kaki kanan kalian! Kemudian kedua tangan kalian menjewer telinga kalian masing-masing." Perintah pak Yanto.

"Tapi pak-"

"Tidak ada tapi-tapian Chae! Enak saja kalian mengobrol saat saya sedang menerangkan."

"Udah ayo keluar Chae." Naurel menarik-narik tangan Chaemura untuk segera keluar.

The Reason We Meet | Enami AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang