05

2.4K 263 25
                                    

Pertengkaran Aidan dan Henry hanya di beri peringatan, jika sekali lagi mereka terlibat pertengkaran maka keduanya akan langsung dikeluarkan dari sekolah, itu memang sanksi yang didapat, salah satu peraturan ekstrim disekolah tersebut.

"Kamu kenapa harus nyinggung Aidan" cicit Arsena melirik Henry yang fokus menyetir.

"Biar sadar"

"Gak gitu juga"

Henry memutar matanya malas, karena Arsena yang cinta duluan makanya di bela terus.

"Lo bego apa gimana sih, gak usah bela dia depan gue" seru Henry marah membuat Arsena membungkam mulutnya rapat.

"Iya, maaf"

"Maaf terus bisanya, tegas depan brengsek Aidan gak bisa" Arsena gak mau jawab lagi karena takut pembahasannya makin panjang, jadi dia milih buat palingin wajah nya keluar jendela.

Akhirnya mereka sampai di rumah, tanpa kata Henry juga langsung masuk ke rumah membuat Arsena hanya bisa menghela nafasnya pelan. Jadi sedih kalau dia sama Henry sampai diem-dieman gini.

Arsena masih duduk di mobil, dia ngambil ponselnya cuma buat liat apa pesan yang ia kirim sama Aidan di balas apa enggak.

Dan ya seperti yang dia duga, Aidan cuma baca pesannya aja. Dari awal Aidan gak pernah bales pesan yang Arsena kirim, kalau pun ada pasti cuma di balas singkat, hanya satu haruf.

Arsena ngehela nafasnya pelan, dia tatap room chat nya sama Aidan, dia scroll dari atas sampai ke bawah dan baru sadar kalau selama ini memang hanya ia yang berjuang. Kembali Arsena menghela nafasnya pelan.

"Aidan... kalau kaya gini terus, aku bisa mundur..." gumam nya pelan.

"Apa aku ke rumah Aidan aja ya, aku kan juga udah lama banget gak main kesana" akhirnya Arsena memutuskan untuk pergi kerumah kekasihnya, terlebih ia juga mengkhawatirkan Aidan karena kejadian tadi.

--------------------

"Loh ? Adek ? Mau kemana ?" Arsena yang sudah rapi menoleh melihat mama nya dan juga Henry duduk diruang tamu sambil menonton siaran tv.

Arsena melirik Henry namun sepupunya itu nampak acuh tak acuh dengannya, mungkin masih marah karena pembahasan tadi waktu pulang sekolah.

"Adek mau kerumah Aidan ma" balas Arsena berjalan menghampiri Marrisa.

"Oh iya ? Sama siapa ? Sama Abang ?"

"Enggak, adek sendiri" Marrisa menatap anaknya bingung, lalu menatap Henry yang juga nampak tak perduli dengan pembicaraan keduanya, hingga ia bisa menyimpulkan jika keduanya sedang ada sedikit masalah.

"Ohh sendiri ? Bisa ?" Tanya Marrisa khawatir. Arsena tersenyum lalu mengangguk yakin.

"Bawain kue ya buat Aidan, mama tadi beli kue di toko roti yang baru buka Deket kantor papa, kasih ke Aidan ya" Arsena mengangguk, lalu segera saja Marrisa bergegas menyiapkannya.

Arsena menatap Henry sedih.

"Henn... jangan diemin akuu.."

"...."

"Aku cuma khawatir aja sama Aidan tadi"

"...."

"Aku sayang sama Aidan makanya tadi aku belain dia, maaf kalau tadi aku kesannya terlalu perduliin dia"

"Tolol" sarkas Henry yang langsung pergi setelah mengucapkan satu kata kasar itu.

Arsena menatap kepergian Henry sedih, jadi makin sedih karena ucapan Henry plus kepergian Henry.

See You Aidan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang