07

2.8K 327 95
                                    

3 hari Arsena libur dari sekolahnya, karena paksaan dari orang tua juga Henry membuat Arsena mau tak mau harus nurut. Dia benar-benar mengurung dirinya di rumah, tak membiarkan siapapun datang untuk melihat nya termasuk Farhan yang berulang kadang dan berulang kali juga pulang dengan rasa kecewa lantaran Arsena yang tak ingin menemuinya.

Farhan tak marah, ia juga tak mau menghakimi Arsena, ada di posisi Arsena pasti sulit, jadi dia memaklumi.

"Adek beneran udah gak papa ? Gak mau libur lagi ?" Tanya Samuel khawatir, jelas dong lagian siapa juga gak khawatir ngelepas anak kesayangannya setelah kejadian yang menimpa sang anak beberapa hari yang lalu. Ingat ya Samuel masih dendam, tapi Henry berulang kali mengatakan jika dia sudah mengurus semuanya jadi Samuel terpaksa diam.

"Adek oke, kan ada Abang" balas Arsena dengan tersenyum begitu manis, seolah ia tak mengalami kejadian apapun.

"Oke, papa mengerti, tapi ingat jangan jauh-jauh dari Abang, harus selalu ada dalam pengawasan Abang" ucap Samuel memberi petuah.

Marrisa dan Henry ikut tersenyum tipis melihat interaksi ayah dan anak yang begitu manis ini.

"Mama udah siapin buah-buahan potong yang adek minta, susu kotak nya juga udah mama siapin dua, jangan di habisin sekaligus ya nanti adek gumoh" jelas Marrisa membuat Arsena mencebik, kenapa sih dia masih di perlakukan seperti bayi.

"Mama, adek bukan bayi~" rengek Arsena.

"Siapa bilang, kamu bayi nya papa" Arsena membuang mukanya kesal. Membuat ketiganya justru menertawai kelakukan menggemaskan Arsena.

"Yok" ajak Henry yang langsung di angguki semangat oleh Arsena, segera keduanya pamit untuk kesekolah. Selama di perjalanan Arsena nampak gelisah, bagaimana tidak, ia memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi, terlebih ia khawatir jika nanti akan bertemu dengan Aidan baik di sengaja maupun tidak.

Berulang kali Arsena menghela nafasnya dan berulang kali juga Henry menoleh menatap sepupunya bingung.

"Kenapa ?" Tanya Henry tanpa menoleh, hanya melirik kecil.

"Gak papa, cuma.... sedikit khawatir aja" balas Arsena tersenyum. Henry terdiam lalu mengangguk mengerti.

"Gak usah khawatir, ada gue, inilah kenapa gue lahir dan jadi sepupu Lo, paham kan" Arsena mengangguk dan tersenyum manis membuat Henry juga ikut tersenyum walaupun tipis.

Tak lama mereka sampai, Arsena tak langsung turun, ia benar-benar mempersiapkan diri baru setelah dirasa cukup ia pun turun.

"Arsena !" Teriak Farhan membuat pria manis itu menoleh dan tersenyum senang melambaikan tangannya pada Farhan yang berlari menghampiri.

"Akhirnya Lo datang, gue boleh deketin Lo ?" Tanya Farhan yang berdiri beberapa langkah di hadapan Arsena, harus bertanya karena takut menganggu kenyaman sahabat kecilnya itu.

"Iya boleh ! Sini !" Teriak Arsena senang membuat Farhan tersenyum lalu berlari memeluk Arsena erat.

"Gue takut Lo kenapa-kenapa, gimana ? Udah baikan ?" Arsena mengangguk antusias.

"Udah, masuk" perintah Henry yang sedikit jengah melihat kelakukan keduanya.

"Apaan sih, ganggu aja, iri gak ada yang bisa meluk Lo ?!" Seru Farhan menatap Henry kesal, yang di tatap justru menaikan sebelah alisnya bingung.

"Diem Lo Boti" balas Henry.

"Lo-" Arsena segera menarik Farhan menjauh sebelum sahabatnya itu mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

Henry menatap keduanya hingga senyum tipis muncul di bibir tipisnya.

"Lucu juga" gumamnya pelan, lalu terkekeh membuat beberapa siswa yang melihat nya menjerit tertahan, melihat Henry yang dikenal sebagai patung berjalan kini semakin tampan dengan senyuman tipis nya itu.

Sementara itu di koridor, Farhan masih misuh-misuh, sepupunya Arsena itu emang paling ngeselin, selalu aja bikin orang kesel.

"Eh ? Arsena ?" Arsena dan Farhan menoleh, Guntur ada di sana membawa beberapa buku yang sepertinya dari perpustakaan.

"Saya gak liat kamu 3 hari ini, kamu absen ?" Tanya Guntur.

"Iya, aku.... eum..." Arsena bingung ingin menjawab apa, beruntung Farhan peka jadi dia membantu Arsena menjawab pertanyaan nya.

"Arsena sakit, ada perlu apa ?" Tanya Farhan membuat Guntur sedikit bingung, nada nya ketus, apa temannya Arsena ini gak suka sama dia ?

"Enggak, saya cuma mau tau keadaannya saja" balas Guntur tersenyum ramah.

"Aku baik kok, kemaren emang lagi... ada sedikit masalah aja" balas Arsena mengecilkan sedikit suaranya saat kalimat terakhir itu terucap.

"Arsena" kembali, mereka menoleh, Arsena membulatkan matanya terkejut dan langsung beringsut ke belakang Farhan.

Aidan datang bersama kedua temannya yang tak lain adalah Dika dan Abim.

"Ikut gue, ada yang mau gue omongin" ucap Aidan menatap Arsena lekat.

"Gak bisa, Arsena gak ada urusan apapun lagi sama Lo, bukannya kalian udah putus ? Gak inget ucapan nya Henry beberapa hari yang lalu ?" Sarkas Farhan membuat Aidan diam dan Arsena bingung.

Yang ada di pikirannya Arsena sekarang, apakah mereka putus ? Dan itu karena Henry ?

"Arsena" panggilan Aidan membuat Arsena yang tadinya melamun kini tersentak pelan.

"Kalau dia nya gak mau gak usah maksa" celetuk Guntur membuat Aidan menatap Guntur datar.

"Oke, sekarang mungkin gak bisa, tapi nanti gue pasti bakal bawa Lo" ucap Aidan menatap Arsena lalu setalahnya ia pergi.

"Nih" Dika memberikan Arsena paper bag membuat Arsena dan Farhan bingung.

"Apa nih ? Ganja ?" Celetuk Farhan.

"Diem Lo Boti" celtukan Dika langsung membuat Farhan membulatkan matanya lebar, sialan ! Dejavu !!

"Sialan Lo !" Teriak Farhan kesal.

Setelahnya Dika pergi tanpa rasa bersalah karena mengatai sahabat Arsena itu.

"Apaan sih, emang gue Boti ?" Tanya Farhan pada Arsena dan Guntur, keduanya yang di tanyai justru memindai Farhan dari atas sampai bawah.

Mau bagaimanapun Arsena dan Farhan itu sama, sama-sama seorang submisive, Farhan memiliki wajah yang tak membosankan, tak cantik tak juga manis, tapi wajahnya benar-benar candu, terlebih Farhan memiliki titik hitam di hidungnya nya membuat ia terlihat menawan, kulit nya Tan bukan putih bersih seperti Arsena. Tapi kulit Farhan adalah kulit yang paling Arsena inginkan, karena di mata Arsena Farhan itu beda, beda nya justru menjadi pusat perhatian.

Tak sadar saja jika keduanya memang submisive paling cantik di sekolahnya, primadona sekolahan yang keduanya tak sadari.

______________________

Brakkk.

Aidan terlempar menabrak lemari membuat ia jatuh dan sedikit meringis.

"Maksud Lo apa ?! Perkataan gue yang gak Lo pahami yang mana !! Apa gue harus ngulang kalimat gua yang di kantin waktu itu biar Lo ngerti !" Bentak Henry, saat ia tau Aidan mendatangi Arsena dan meminta bertemu ia langsung mencari Aidan, menyeretnya ke ruangan gudang dan melempar Aidan kasar.

"Uhuk... gue.. ada yang mau gue omongin sama Arsena, dan itu gak ada hubungannya sama Lo" balas Aidan menatap Henry menantang.

"Aidan, gue bener-bener gak bakal tinggal diam, Arsena ada didalam genggaman gue, Lo gak bisa nyentuh dia lagi walaupun seujung rambut pun, gue udah bilang hubungan Lo sama dia selesai hari itu, dan sekarang Lo gak punya hak apapun" ucap Henry penuh penekanan.

Aidan terkekeh pelan, lalu berusaha bangkit, menatap Henry santai sambil menyeka sudut bibir nya yang lebam dan sedikit berdarah.

"Gue yang ngejalin hubungan ini sama Arsena, Arsena pacar gue, jadi yang nentuin selesai nya hubungan ini adalah gue sama dia bukan Lo atau siapapun" balas Aidan.

"Lo-"

"Hen, Lo suka kan sama Arsena"

"Apa ?"











______________________

Aku balikkkkkkkk !!!!!

Ini masih ada yang nungguin gakkkkk !!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See You Aidan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang