9

614 94 19
                                    

dipagi hari yang cerah ini, seharusnya orang-orang bangun dengan senyum indah yang terlampir dibibir, kicauan burung-burung juga seharusnya terdengar bernyanyi bersahut-sahutan. namun di pagi ini, kita harus mendapatkan wajah murung gadis cantik kita rora, juga suara merdunya yang kini terdengar menggelegar.

"kalian meninggalkan ku sendiri! apa tidak ada yang perduli denganku?!" ucapnya dengan penuh penekakan, ia menatap satu persatu wajah membernya yang hanya diam ditempat.

"aku sudah mengabari kalau aku di perusahaan tapi hingga larut malam kalian juga tak kunjung kembali, aku di perusahaan sendiri, di dorm juga sendiri, coba beritahu aku kenapa kalian baru pulang sepagi ini?"

"eonnie?"

ruka yang dipanggil oleh rora tersenyum hambar, ia merasa sedikit bersalah.

"rora-ya... kami tidak berniat meninggalkanmu sungguh, kami hanya.."

"sudahlah, tidak ada yang perduli padaku, tidak ada yang sayang padaku!"
potong gadis itu. ia benar-benar kesal, ia sudah akan melangkahkan kakinya guna kembali kedalam kamarnya tetapi suara rami yang memanggilnya itu berhasil menghentikan langkahnya.

"tidak usah cemberut seperti itu, nanti kau jadi jelek dan tidak seperti princess lagi"

"cepat kemari, duduk di sini dulu ada hal luar biasa yang ingin kuberi tahu"

rora mendengus pelan, ia menuruti perkataan rami dengan duduk bersama mereka di meja makan, "kalau tidak penting kau kupukul ya? dan ingat, aku masih marah!"

"muka mu itu lucu, tidak usah sok galak! malah jadi aneh"
sahut rami, jujur saja pharita rasanya ingin terbang balik ke kayangan saat rami malah kembali mancing rora buat ngamuk lagi, ia sudah lelah dengan semua drama ini.

rora berdiri dari duduknya dan menghentakkan kursinya sedikit keras, ia memberikan tatapan tajamnya dan kemudian berucap "aku akan benar-benar pergi"

rami yang melihat itu dengan cepat berdiri dan meraih tangan rora untuk kembali duduk. ia memamerkan cengiran lebarnya dan berkata, "tidak-tidak, maafkan aku ya? aku hanya bercanda" bercanda katanya.

"eonnie, kau mau kupukul?!" rora melebarkan matanya, ia menatap rami nyalang, bisa bisanya eonninya itu membuat darahnya semakin mendidih dipagi hari ini.

"aishh kau ini galak sekali! berhenti memukuli ku, bekas yang kemarin belum hilang kalau kau mau tau"

"kau sendiri yang memulainya!" ucapnya membela diri

mendengar itu rami mendelik, "kalau kau pemarah seperti ini terus, tidak akan ada yang mau menjadi kekasihmu"

gantian, kini giliran rora yang mendelik tajam, "enak saja! banyak orang yang antri ingin mejadi kekasihku ya! asal kau tahu saja, aku menerima banyak ajakan kencan dari para idol! aku saja yang menolaknya"

"fyi aja, salah satu senior diagensi kita pernah ku tolak"

rora mengangkat wajahnya tinggi-tinggi ketika melihat wajah para membernya itu cengo, terlebih rami.

"bagaimana bisa?" ujar chiquita menyahuti ucapan rora dengan wajah ngeblanknya. sejujurnya ini.. sedikit diluar nalar, pikirnya.

sambil menaikkan satu dari dua alisnya, rora menjawab, "kau meragukan kecantikan ku?" ucapnya sambil tersenyum miring.

"sejujurnya aku tidak ingin memamerkan ini, tapi rami eonnie memancingku untuk mengatakannya" lanjut rora sambil mengangkat bahunya acuh.

"cepat katakan apa yang ingin kau katakan, aku ingin kembali ke kamar melanjutkan tidurku"

rami menggelengkan kepalanya pelan, ia menghela nafasnya kecil sebelum kembali berucap, "kau benar-benar diluar nalar"

"sekarang kau duduk dulu dan dengarkan aku"

°SunbaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang