Marry 9

451 67 4
                                    

Serene duduk di depan Xander yang menatapnya dengan serius. Suasana di antara keduanya menjadi lebih dingin dibanding sebelumnya. Ah, sebenarnya hanya Xander yang merasa seperti itu. Karena sebaliknya, Serene terlihat sangat santai. Mungkin karena dia tahu jika situasi saat ini sudah pasti menguntungkan dirinya.

"Jadi, apa yang anda minta sebagai bayarannya?" tanya Xander setelah diam sejenak.

Serene meletakkan kembali cangkir tehnya di atas meja. Rasanya perut Serene hampir meledak karena dia makan cemilan terlalu banyak. Ah, sebenarnya Serene lebih banyak minum teh dibandingkan makan camilan.

"Saya pikir anda sangat sibuk sampai saya harus menunggu 3 tahun untuk dapat bicara dengan anda," kata Serene dengan senyum manis.

Xander diam.

"Saya tinggal memerintahkan Arond untuk menyusun kembali jadwal saya. Jadi anda tenang saja. Semua waktu saya hari ini adalah milik anda," jawab Xander.

Serene diam. Arond? Apa mungkin itu adalah nama dari asisten pribadi Xander? Tapi bukankah di masa depan harusnya Axelon yang menjadi asisten pribadi Xander?

Ah, Serene tahu. Kelihatannya Arond terlalu lelah bekerja dengan pria ini. Mungkin saja dia mengundurkan diri. Atau lebih parahnya meninggal karena tenaganya diperas. Makanya Xander kemudian mempekerjakan Axelon sebagai asisten pribadinya.

"Bekerja dengan anda rupanya sangat berat, ya." celetuk Serene pelan.

"Ya?" Xander terlihat bingung. Dia tidak bisa mendengar ucapan gadis di depannya dengan cukup jelas.

"Tidak apa-apa. Mari langsung pada intinya saja."

"Baiklah. Jadi apa yang anda inginkan sebagai ganti atas kekuatan anda?" tanya Xander lagi. Mengulang kembali pertanyaan yang belum sempat Serene jawab.

Serene diam. Lihat pria di depannya ini! Setelah tadi bersikap kasar dan bicara dengan santai, sekarang dia melakukan hal yang sebaliknya. Bersikap sopan dan bicara dengan sopan. Benar-benar berbalik.

Memang manusia itu hanya baik saat ada maunya saja.

"Saya ingin seorang pria." Serene berkata dengan sangat mantap.

"Maaf?" Xander terlihat bingung. Juga tidak percaya. Apa telinganya tidak salah dengar? Gadis di depannya ini menginginkan seorang pria? Untuk apa?

"Seperti yang anda dengar. Saya menginginkan seorang pria untuk me–"

Xander memotong ucapan Serene, "Saya tidak tahu kalau Putri pertama Viscount Isolde memiliki hal seperti ini." kata Xander dengan tatapan tidak percaya.

Serene melempar tatapan datar. Entah apa yang ada dalam pikiran pria di hadapannya ini. Tapi Serene tahu betul kalau itu bukanlah hal yang baik.

"Apapun yang ada di dalam kepala anda itu, semuanya tidak benar. Sama sekali tidak benar," Serene meluruskan kesalahpahaman yang ada di antara dirinya dan Xander, "Saya ingin seorang pria untuk menggantikan mempelai pria dalam pernikahan saya 2 tahun kemudian." Serene menjelaskan semuanya.

Bukannya terlihat paham, Xander justru terlihat semakin kebingungan.

"Pernikahan dua tahun kemudian? Bukankah itu masih lama? Dan darimana anda tahu jika anda akan menikah dua tahun dari sekarang?" tanya Xander.

"Saya tidak tahu jika Tuan Duke ternyata orang yang sangat memperhatikan kehidupan pribadi orang lain," balas Serene.

Xander diam. Benar. Dia biasanya tidak pernah peduli dengan kehidupan seseorang. Apalagi bangsawan. Tapi, entahlah. Xander juga tidak tahu mengapa dia begitu penasaran. Mungkin karena gadis di hadapannya bicara soal sesuatu yang baru akan terjadi di masa depan. Dua tahun kemudian itu masa depan, kan?

Marry With The Southern DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang