Hagan memandang Nawasena dengan binar yang bergetar. “Kenapa bisa lo buat gue segila ini?” Hagan mendekat, menggenggam lembut lengan Nawasena yang terbebas dari infus.
“Gue cinta sama lo Na” Hagan menyatukan keningnya diatas kening Nawasena. Maaf, maaf and i love u.
Hagan mengecup kening Nawasena lama, sebelum menjauh. Dia butuh kopi untuk malam ini agar bisa terjaga.
“Gue ke kantin dulu bentar” Hagan pergi, tepat setelah pintu itu tertutup Nawasena membuka matanya.
Nawasena mengerjap pelan, ah rumah sakit. Dia ingat, tadi dirinya merasa kesulitan bernafas. Pasrah saja bila harus mati. Tapi ternyata takdir berkata lain.
ceklek
Nawasena yang tadinya berusaha untuk tidur lagi membuka matanya. Hagan ada disana, dengan cup kopi.
“Na?”
“Diem disitu!”
Hagan menghentikan langkahnya saat mendengar suara Nawasena yang terdengar pelan namun tegas.
“Kamu mau ngapain lagi Hagan?”
“Ini semua belum cukup?”
Hagan terpaku, namun dia tidak berani melangkah untuk setidaknya meminta maaf.
Melihat Nawasena yang mulai tersengal, Hagan mendekat. Tidak peduli pada peringatan nya yang begitu nampak marah dan kecewa.
“H-ha-gan....”
Hagan menahan air matanya, menatap Nawasena yang ketakutan namun tak sanggup berontak.
“Tenang okay? Gue gak akan ngapa-ngapain lo Na. Tenang...”
Hagan meraih Nawasena pada pelukannya meski Nawasena menolak. “Pe-pergi”
“T-tolong....pe-pergi”
Dan Hagan benar-benar menangis. Mengelus lembut punggung kecil Nawasena. “Maaf, maaf, maaf”
Hagan kecupi pelipis Nawasena dengan lembut, terus mengusap punggung si manis.
“Sa-kit....”
Mencoba menahan Isakan kala tangisan Nawasena terdengar lirih dan bergetar. Hagan tak henti menyalurkan kasih.
“Maaf, maaf udah buat lo kesakitan”
“Papa....sakit, Nana sa-kit sekali...”
Tidak bisa nyatanya Isakan Hagan ikut luruh dengan tangis Nawasena yang memilukan.
Malam itu kedua nya lebur dalam sakit dan penyesalan Hagan.
Lelaki berkulit tan itu benar-benar menghancurkan dunia Nawasena.
“Maaf, maaf, maaf. Tolong maafin gue, maaf...”
Tidak ada hal lain yang bisa Hagan ucapkan selain kata maaf.
“Per-gi Hagan, sa-kit”
Hagan menarik nafas dalam, dia menatap kearah pintu ruang rawat Nawasena. Setelah dokter datang dan menyuntikan obat penenang Nawasena berakhir terlelap kembali dalam tidurnya.
Jika tau bahwa dampaknya akan seperti ini seharusnya Hagan tidak pernah memperlakukan Nawasena seperti hewan.
“Percuma untuk menyesal saat ini Hagan”
Hagan menatap pada seseorang itu, dokter Aira.
“Aku--aku bener-bener digelapkan sama dendam aunty” Hagan semakin menunduk. Lengannya bertaut resah.
“Iya, dan itu adalah kesalahan besar Hagan. Sedari awal keluarga kita telah merelakan segalanya, apa yang terjadi pada Kak Jihan, bunda kamu. Lagi pula, si bajingan sudah mendapatkan ganjaran setimpal dan Nawasena tidak memiliki dosa apapun untuk menanggung kesalahan ayah bajingannya”
Hagan tau, Hagan sudah digelapkan oleh dendam tak berarah. Nawasena tidak salah, Nawasena tidak sepatutnya menanggung dosa ayah nya.
“Hagan harus apa setelah ini aunty?”
“Bahkan untuk sekedar menampakan wajah dan memohon maaf sekalipun rasanya Hagan sudah tidak bisa. Nawasena ketakutan, dia takut sama Hagan!”
Aira merengkuh keponakannya itu. Bisa dibilang keduanya sama-sama terluka. Baik Nawasena begitupun Hagan.
“Hagan--Hagan harus gimana?!”
“Tenangkan diri kamu Hagan”
“Sena ketakutan. Sena--Sena takut sama Hagan!!”
Hagan meraung pilu dalam dekapan adik Bundanya. Hagan tidak tau harus apa setelah ini, bagaimana caranya agar bisa setidaknya meminta maaf pada Nawasena.
Bahkan ketika lelaki itu begitu takut dengan Hagan.
“Biar aunty kasih tau kamu sesuatu. Sena, dia mencintai kamu”
“G-gak mungkin” Hagan menjawab dengan tersendat. Tidak percaya, menganggap itu hanya bualan untuk menenangkannya.
“Aunty tau semua tentang Sena, kamu pikir selama enam bulan berapa seringnya aunty ketemu Sena cuman buat ngobatin luka dia akibat ulah kamu? Dia cerita semuanya, tanpa terkecuali. Termasuk perasaan dia sama kamu”
“Aunty gak bohongin Hagan kan?”
“Buat apa aunty bohongin kamu, kurang kerjaan banget. Dengar ya Hagan, kalau kamu punya perasaan yang sama dengan Sena, perjuangkan dia kembali. Sekarang, Sena hanya sedang bimbang antara mengikuti pikirannya yang penuh dan berisik atau mengikuti kata hati nya sendiri. Dan tugas kamu, buat Sena percaya sama kesungguhan kamu. Tapi, kalau kamu tidak memiliki perasaan itu, menjauh lah jangan menambah lagi luka Sena”
Kini tidak ada lagi alasan lain untuk Hagan mundur dan menyerah atas Nawasena.
tbc
maaf lamaa yaaa pipoll, aku th lagi sibukk-sibukk nyaaa 🙇
perjuangan Hagan dimulai darii sinii, kita liat aja bisa gak ya anak bapak Johan dapetin anaknya bapak Satya 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for you || Hyuckna
FanfictionHagan itu manipulatif, dia memiliki banyak cara untuk menuntaskan kesenangannya. Termasuk dalam menyiksa Nawasena, si target incaran sedari lama. Warning •Kekerasan •Kata kasar •kissing