Jakarta Independent School
Libur kenaikan kelas telah selesai, kini hari pertama Varesh masuk sekolah. Jakarta Independent School adalah tempat Varesh menuntut ilmu, yang berisikan anak-anak berprestasi dan juga kaya raya. Varesh termasuk dari keluarga yang mapan, tetapi anak ini tidak pernah mau mendapatkan warisan dari pihak keluarganya, ia lebih ingin memulai semuanya dari bawah dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri. Mulai dari ia belajar menjadi penulis, membuat puisi, meciptakan lagu, bahkan menjadi penyiar radio. Di usia Varesh yang sekarang sudah memiliki kantor radio yang ia berinama "Andikara FM". Setiap ada waktu luang, ia sempatkan untuk menjadi penyiar dikantornya sendiri, mulai membacakan surat cinta yang masuk melalui email Andikara FM, request lagu dari teman-teman Andikara, dan hal lainnya. Bahkan Varesh pernah membacakan surat cinta dirinya sendiri untuk perempuan yang ia suka, rahasia.
Pagi ini Varesh memutuskan untuk memakai motor kesayangannya untuk menuju ke sekolah, ia berpamitan dan mulai melajukan motornya. Waktu perjalanan menuju sekolah hanya dua puluh menit, ia memarkirkan motor sembari melepaskan helmnya. Hari ini ia sangat bersemangat.
Varesh berjalan menyusuri koridor sekolah, ia tersenyum ketika ada beberapa teman lain menyapanya. Varesh dikenal ramah, tidak pernah laki-laki ini dicap sombong ataupun galak. Tetapi jangan pernah membangunkan singa yang sedang tertidur lelap. Varesh berbeda dengan laki-laki pada umumnya, ketika laki-laki lain membentuk sebuah komunitas motor. Sedangkan Varesh tidak tertarik dengan hal berbau keributan, dulu ia sempat ditawarkan menjadi ketua geng motor sekolah, tetapi Varesh menolaknya.
Cara Varesh berpakaian membuat semua pandangan tertuju padanya, laki-laki itu sangat pandai menjaga penampilannya, rapih tetapi tidak cupu. Seperti saat ini, Varesh selalu memakai jaket varsity berwarna hitam putih dengan logo berinisial V di dada sebelah kiri.
"Gilaaa, temen gue cakep bener!" ucap Nino.
Refalino Antonius, panggilannya Nino. Pada saat SMP (Sekolah Menengah Pertama) Nino adalah korban perundungan, tidak memiliki teman yang mau menolongnya. Nino salah satu siswa yang paling sederhana kehidupannya, hal itu yang membuat dirinya dibully.
Flashback On
"Lo kan miskin, mau duit gak lo?"
Nino menggeleng takut, wajahnya sudah lebam karena dapat pukulan di pipi kanannya.
Gio si tukang perundung di SMP ini sangat senang melakukan hal-hal yang tidak wajar kepada teman-teman sekolahnya.
"Jadi babu gua, lo dapet duit dari gua!" ucap Gio ketus.
Nafas Nino naik-turun tak beraturan. "GUE GAK AKAN PERNAH MAU JADI BABU LO ANJ-"
"Anjing lo" Gio menendang kaki Nino hingga membuat laki-laki itu meringis kesakitan
"Woi!". Perhatiannya beralih kepada laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya.
"Bro, ada Varesh. Cabut, jangan berurusan sama dia" ucap salah satu temannya.
Gio terkekeh. "Gua gak pernah takut sama si Varesh bau taik itu" ucapnya.
Kini Varesh menatap wajah Nino yang lebam. Nino dan Varesh tidak saling mengenal, Varesh hanya capek melihat tingkah laku perundungan di sekolah ini.
"Ah sialan muka lo udah kaya gini" ucap Varesh, pandangannya beralih menatap Gio si perundung.
"Apa lo lihat-lihat. Mau gue buat kaya gitu juga muka lo?"
Dengan wajah datarnya Varesh terus menatap wajah Gio si perundung. Varesh tidak pernah mau mengotori lengannya.
"Pergi, gue lagi capek" ucap Varesh sembari melirik teman Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varesh Andhikara Kavindra
General FictionVaresh Andikara Kavindra, seorang remaja laki-laki yang memiliki kehidupan dengan tulisannya. Dari semua laki-laki yang mudah mengutarakan perasaannya, sedangkan ia tidak. Tidak mudah untuk mengutarakan perasaannya kepada orang lain dan dia lebih me...