~Note : Cerita ini hanya fiktif belaka, alias karangan penulis~
・。°*. ゚・。°*. ゚・。°*. ゚・。°*. ゚・。°*. ゚・。°*. ゚・。°*.
Di atas Sunny Go, setelah Law membentuk aliansi dengan bajak laut topi jerami, kapal berlayar dengan normal. Tidak ada hal aneh yang terjadi, tidak pula kru topi jerami bertingkah.
Biasanya, Law akan naik pitam karena kelakuan aliansi barunya yang abnormal semua. Akan tetapi, hari ini benar-benar tenang. Bahkan dia bisa memikirkan misi tanpa hambatan sama sekali.
"Semuanya, ada pulau di depan sana." Nami berseru sembari memegangi teropongnya.
Akhirnya, pikir Law. Menemukan pulau di sela-sela perjalanan panjang adalah hal yang sangat dia nantikan. Setidaknya dia bisa terbebas dari pekikan nyaring si kapten mungil.
Bukan, bukan Law menghina kapten dari bajak laut topi jerami. Law sangat mengaguminya. Sungguh. Hanya saja, sekelebatan pikirannya terkadang mempertanyakan mengapa Luffy begitu mungil, ramping, dan juga sepertinya sangat menggemaskan untuk dicubit.
Tapi Law tentu saja tidak mengatakan semua itu. Tidak mungkin dia bertingkah tidak sopan di atas kapal milik orang lain. Jadi, Law hanya ikut membantu mempersiapkan Sunny Go yang akan segera berlabuh.
Turun dari kapal, biasanya mereka akan dihadapkan pada teluk yang sepi. Law sudah hampir melangkah menjauh dari kapal bersama yang lain. Akan tetapi, tidak disangka ada seorang nenek yang muncul dari balik hutan yang gelap. Di saat itu, semua kru topi jerami dan dirinya kaget bukan main.
"Halo, semuanya."
"Eh, nenek-nenek? Dari mana datangnya dia?" Sanji memekik heran.
"Kenapa? Kalian takut padaku?" Nenek yang jalannya agak bungkuk itu tertawa lumayan keras.
Law hanya diam saja, memperhatikan kru topi jerami yang heboh lagi seperti biasa.
"Nenek, apa yang nenek lakukan di sini? Apakah nenek tersesat?" Robin gantian bertanya dengan sopan.
"Tersesat?" Nenek itu tertawa lagi. "Tidak mungkin, anak muda. Aku tinggal di dekat sini."
"He? Tinggal di dekat sini? Di dalam hutan maksudnya?" Frank menatap tidak percaya.
"Apa jangan-jangan hutannya berhantu?" Brook berbisik ketakutan.
"Wah, keren nenek. Benar-benar tinggal sendirian di dalam hutan?" Mata Chopper berkilat kagum.
Nenek itu mengangguk. "Orang-orang di desa menganggapku aneh, jadi aku memutuskan untuk tinggal sendirian. Tapi tenang saja, aku hidup dengan baik, kok."
Diam-diam Usopp mencibir. "Memang siapa yang tanya tentang hidupnya?"
Nami menyikut Usopp yang bicara tidak sopan, lantas melangkah maju untuk ikut bertanya. "Nenek, berarti ada desa di sekitar sini, ya? Apakah kami bisa masuk ke sana?"
"Oh, tentu saja. Desa kami terbuka untuk semua orang. Tapi jaraknya tentu agak jauh. Kalian sepertinya bajak laut, ya? Siapa nama kalian?"
Kini giliran Luffy yang maju dan memperkenalkan diri dengan slogan favoritnya. "Benar, nek. Kami memang bajak laut. Namaku Luffy, aku orang yang akan menjadi raja bajak laut."
Nenek itu nampak terpana. "Raja bajak laut? Sungguh impian yang indah."
"He? Benarkah?"
Nenek itu tersenyum tulus. "Tentu saja. Anak muda punya semangat yang hebat begitu adalah sebuah anugerah yang tidak ternilai. Kamu harus mensyukurinya."
Luffy terpana mendengar jawaban nenek asing di hadapannya. Ingin rasanya menangis terharu, terlebih karena biasanya yang ia dapatkan adalah cibiran.
Nenek itu tiba-tiba tersenyum. "Oh, ya, anak muda. Kalian mau mampir ke rumahku? Aku punya makanan untuk kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love between Us • Lawlu
Fanfiction(ON-GOING) Kumpulan fanfiksi Law x Luffy. Genrenya bisa romance, fluff, atau comedy(?). Bentuknya bisa oneshot, twoshot, dsb. Lawlu Fanfiction ⚠️Warning: Ini bl/boyslove/yaoi ya. Kalau nggak suka, skip aja.⚠️ [Note: Hanya cerita random] Disclaimer :...