📍 Your Existence (3/7) 📍

51 12 6
                                    

Selesai makan malam dengan ayah dan kakeknya seperti biasa, Luffy masuk ke kamar. Dia sudah siap untuk belajar. Tinggal menunggu Law saja yang sedang ke kamar mandi.

Sambil menanti Law datang, Luffy mengecek ponselnya. Rupanya di group chat yang berisi Nami, Usopp, Zoro, Sanji, dan dirinya sudah ramai beberapa saat yang lalu. Luffy melewatkannya karena melalui makan malam yang menegangkan tadi. Ayahnya sudah mulai bertanya Luffy akan kuliah di kampus mana.

Kembali Luffy menekuri isi chat itu, rupanya Nami yang mengawali kehebohan tentang rencana liburan ke pantai seperti yang pernah dia katakan belum lama ini.

Luffy menggigiti bibir bawahnya. Bingung harus menjawab apa karena dia seorang yang belum memberi tanggapan. Apalagi ujian semester 1 sudah ada di depan mata.

"Ada masalah apa, Luffy? Kenapa kelihatan serius sekali?"

Oh, Law sudah kembali ke kamarnya. Wajah yang selalu menghiasi setiap malam Luffy selama kurang lebih 5 bulan itu nampak semakin bersahabat belakangan.

"Temanku mengajak main ke pantai akhir pekan nanti."

Gurataan wajah Law menunjukkan ketidaksukaan. "Apa maksudmu dengan main ke pantai? Sebentar lagi kamu ujian semester. Tidak ada waktu untuk hal seperti itu, Luffy."

Luffy tertawa canggung. Dia tidak ingin Law marah padanya karena nanti bisa berujung pada pertengkaran dan laki-laki pendiam itu akan semakin mendiamkannya. Beberapa bulan ini dia jadi paham sifat Law secara lebih mendetail.

"Iya, aku juga belum bilang setuju, kok. Lagipula tidak semuanya bersedia. Zoro juga menolak karena dia lebih suka tidur di rumah. Tapi Torao, kamu tenang saja. Teman-temanku memang gila semua. Jangan terlalu dipikirkan."

Law duduk di kursinya dengan tenang. "Tapi kamu mempertimbangkannya?"

Luffy terdiam karena jujur pikirannya sibuk sekali sekarang. Dia ini suka-suka saja diajak main ke manapun, jadi sedikit banyak membayangkan betapa serunya main air di pantai. Makanan laut yang dijual di sana juga pasti sangat lezat.

"Luffy, bilang ke temanmu masih ada waktu untuk main nanti saat semuanya sudah selesai. Itu lebih baik daripada main sambil mengkhawatirkan ujian yang belum dilaksanakan."

Luffy mengangguk beberapa kali. Dia mulai mencerna ucapan Law dan mengetikkan sesuatu di ponselnya. Sepertinya jawabannya sudah jelas, Luffy harus menolaknya.

Saat sedang fokus ke ponsel, Luffy justru mendapati Law sudah jongkok di hadapannya. Laki-laki tinggi itu kini memegangi kedua bahu Luffy dan juga memberikan tatapan yang begitu dalam hingga terasa menghipnotis seluruh kinerja otak Luffy.

"Torao, ada apa?"

"Luffy, kamu sudah berjuang sejauh ini. Aku harap kamu bisa fokus belajar dulu, hanya itu yang aku minta darimu. Bukan berarti aku membenci teman-temanmu. Sangat wajar jika remaja seusia kalian hobi main, tapi tolong tetap rajin sampai kelulusan, ya?"

Ketikan Luffy pada ponselnya terhenti, digantikan oleh perasaan campur aduk yang menyelimuti hatinya sekarang. Wajah Law nampak begitu khawatir dan peduli, tapi Luffy juga merasakan hal lain terpancar dari sorot mata yang begitu rapuh itu. Entah mengapa Law seperti takut akan dikhianati.

"Baiklah, Torao. Aku mengerti."

Luffy tidak boleh mengkhianati usaha keras Law. Dia selama ini mengajarinya sambil menahan kantuk dan lelah selepas pulang kerja. Luffy paham. Luffy akan membayar semua penderitaan Law dengan nilai yang bagus.

"Kalau ujian semester ini sudah lewat, jangankan pergi main ke pantai, aku bahkan bisa memberimu tiga permintaan. Kamu boleh meminta apa saja dariku, Luffy."

Love between Us • LawluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang