📍 Your Existence (2/7) 📍

52 11 1
                                    

Sesuai janjinya, Law membantu Luffy belajar mulai malam ini. Tapi sebelum benar-benar masuk ke materi pelajaran ataupun membuka buku, Law justru meminta Luffy mengeluarkan semua koleksi nilai-nilai sekolahnya selama ini.

Luffy sampai kelimpungan karena beberapa nilai yang kelewat rendah sudah dia robek dan buang ke tong sampah. Tapi Luffy sendiri tidak mungkin memungutnya lagi karena sampah-sampah itu pasti sudah dibuang oleh kakeknya sejak lama.

Luffy dengar Law sudah memberitahu ayahnya tentang belajar bersama ini. Ayahnya begitu senang mendengarnya dan mengharapkan perubahan nilai Luffy yang lebih baik di bawah pengawasan Law.

Begitu sudah mengumpulkan beberapa nilai setiap mata pelajaran yang dirasa cukup dari kotak penyimpanan di bawah meja, Luffy kembali duduk di kursi dan menyerahkan semuanya kepada Law.

"Sudah semuanya?" Law menerima kertas-kertas itu sambil memastikan Luffy tidak berbohong.

Tapi Luffy sendiri gelagapan saat hendak menjawab, membuat Law hanya bisa memakluminya saja. Tidak bisa. Law tidak boleh memarahi anak remaja yang otaknya sedang dalam masa pertumbuhan. Mental Luffy juga pasti akan terganggu jika belajar isinya hanya bentakan saja. Law akan menjadi pengajar yang baik kali ini.

"Oh, itu, hanya itu yang bisa kutemukan."

"Baiklah, tidak masalah. Ini saja sudah cukup."

Law berganti mengamati nilai-nilai Luffy yang membuat rahangnya hampir jatuh. Bagaimana tidak? Satupun nilai yang melewati batas minimal tidak ada.

Diliriknya Luffy yang justru sedang menggaruk-garuk hidung, nampak tidak peduli. Law berakhir menepuk dahinya.

Apakah dia benar-benar bisa menjadi pengajar yang baik sekarang? Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

"Luffy," panggil Law, membuat Luffy menoleh penuh cengiran di wajahnya.

"Kenapa, Torao? Nilaiku jelek, ya?" Luffy tertawa setelahnya, membuatnya semakin kelihatan aneh.

Law bertopang dagu di atas meja belajar Luffy. Sebenarnya kursi belajar Luffy hanya ada satu, tapi anak itu mengambil kursi lain dari gudang untuk digunakan oleh Law seorang. Anak ini lumayan pengertian juga sebenarnya meski secara akademik kurang memuaskan.

"Luffy, apa kamu punya cita-cita?"

Luffy merengut saat Law menanyakan hal yang begitu acak secara tiba-tiba. Luffy sebenarnya paling menghindari topik ini saat sedang berkumpul dengan teman-temannya.

Kenapa, ya? Karena yah, dia tidak punya cita-cita.

"Tidak ada. Memangnya kenapa?"

Law mengangguk maklum. "Kalau begitu kita buat saja satu cita-cita istimewa untukmu. Aku yakin kamu pasti akan menyukainya."

Luffy membulatkan mulutnya. "Eh? Memangnya bisa begitu, Torao? Bagaimana caranya? Bukankah cita-cita biasanya sudah dimiliki anak-anak lain sejak masih kecil?"

Law tidak kuasa menahan tawa akan pertanyaan Luffy yang begitu lugu. "Siapa bilang? Meski ada yang sudah punya cita-cita dari kecil pun, bisa jadi berubah saat sudah dewasa. Manusia itu pada dasarnya dinamis. Semuanya bisa berubah tergantung kondisi yang mereka lalui."

Luffy mendadak kagum dengan Law. Meski semua kalimatnya terdengar sulit dimengerti, tapi di situ daya tariknya. Law benar-benar tidak bohong saat mengaku pintar. Laki-laki itu rupanya tidak hanya sedang menyombongkan diri saja.

"Lalu, cita-cita apa yang akan kamu berikan untukku, Torao?"

Law meletakkan semua kertas nilai Luffy di atas meja. "Bukan aku yang akan memberimu cita-cita. Tapi kamu yang pilih sendiri. Sekarang aku ingin bertanya, dari semua mata pelajaran di sekolah, mana yang paling kamu sukai?"

Love between Us • LawluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang