Happy reading
Bip
Pintu besi berwarna putih itu bergeser ke sisi kanan. Terbuka lebar ketika dokter Kun meletakkan telapak tangannya di atas sebuah layar sensor yang berguna untuk mendeteksi suhu, sidik jari, dan besar tangan seseorang.
Di dalam ruangan itu memiliki berbagai macam selang dan alat. Di kanan kirinya terdapat beberapa lemari kaca berisikan tumbuhan-tumbuhan hijau yang entah apa jenisnya. Di tengah ruangan ada sebuah tabung kaca dan belalai robot di tengahnya.
Hwang Jura memperhatikan seluruh ruangan itu dengan sangat lamat. Netranya bergerak mulai dari bawah hingga atas, melihat setiap benda yang ada di sana dengan detail. Dia benar-benar terhipnotis dengan apa yang dilihatnya. Gedung itu, sangat menakjubkan. Seperti dirinya sedang mengembara ke dunia lain.
"Sekarang kalian berada di laboratorium hydroponic. Di sini kami menyimpan dan menanam berbagai tumbuhan khusus yang nantinya akan di ekstrak untuk membuat kulit robot humanoid," kalimat Dokter Kun. Dia mulai menjelaskan.
"Jadi kulit robot humanoid yang biasa kalian lihat itu sangat ramah lingkungan. Sehingga, jika nanti kulitnya robek atau rusak, kami bisa mendaur ulang kulit itu lagi menjadi kulit yang baru. Namun, karena ini hanya terbuat dari tumbuhan, kulit ini memiliki kekurangan, yaitu tidak bertahan lama."
Dokter Kun mengambil sebuah benda elastis dengan warna yang mirip seperti kulit manusia. Dia melebarkannya di depan para mahasiswa-mahasiswi.
"Seperti ini contoh kulit hydroponic. Sangat elastis seperti menggunakan karet. Namun, kulit hydroponic ini tidak begitu tebal. Sehingga ketahanannya hanya berlangsung sekitar setahun saja."
Terlihat para mahasiswa mengangguk sambil membulatkan bibirnya. Mengerti sekaligus takjub. Mereka mendapatkan pengetahuan bahwa ternyata robot humanoid yang biasa mereka lihat ditempat-tempat umum itu memiliki kulit yang dapat di daur ulang. Sangat menarik dan tidak mencemari lingkungan.
Itu adalah ide terbaik yang dimiliki oleh Professor Na. Dia melakukan penelitian dari benih tumbuhan yang ia dapatkan saat berada di Greenland. Tidak ada yang tahu jenis tumbuhan apa itu. Professor Na hanya memberikan benihnya kepada para pekerjanya, dan membiarkan mereka meneruskan apa yang sudah Professor itu lakukan.
"Mau bertanya." Salah satu mahasiswi mengangkat tangan.
"Jadi ini tumbuhan apa?""Kami menyebutnya sebagai lily lembah biru."
Tiba-tiba suara berat pria lain terdengar. Seorang pria yang mengenakan kacamata bening dan jas laboratorium putih serta dengan sarung tangan putih elastis yang ia kenakan datang, berjalan dan berdiri di samping dokter Kun.
"Professor tidak memberitahu kami nama spesifik dari jenis tanaman itu. Jadi kami menamainya sebagai lily lembah biru. Karena bunga ini berwarna biru dan bentuknya mirip seperti Lily serta ditemukan disebuah lembah oleh Professor kami," dia menjelaskan. Suaranya serak dan sedikit tegas.
"Anda membuat kami terkejut, Tuan Yuta," ucap dokter Kun kepada pria berkacamata itu.
Sang pria berkacamata mendengkus geli. Dia menarik kedua sudut bibirnya. "Ah, benar. Saya tidak bisa menahan untuk tidak berbicara ketika melihat kalian masuk ke dalam tempat saya."
Kemudian ia kembali melihat ke depan dengan wajah yang tidak tersenyum lagi. Terlihat jelas fitur wajahnya yang tegas sekaligus lembut ketika ia mulai tersenyum.
"Saya Yuta. Saya adalah laboran di sini. Saya bekerja di dalam laboratorium ini untuk melakukan penelitian kepada tumbuhan-tumbuhan yang sedang kalian lihat," paparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
C'est La Vie
Science Fiction❝Tuhan akan tetap berbuat baik bahkan pada manusia yang penuh dosa sekalipun. Tapi keadilan-Nya berlaku kepada siapa saja.❞ . . "Mereka mengatakannya sebagai 'tebusan bagi si pendosa' tapi ada juga yang mengatakan 'balasan bagi si pendosa'." . . Ten...