Di luar gerimis lagi. Kerumunan orang yang berada di sekitar garis polisi berhamburan dan menghilang perlahan. Gadis itu juga sudah menghilang. Kata selamat tinggal terakhirnya telah diucapkan bukan untuk siapa pun melainkan untuk dirinya sendiri. Dirinya yang selalu ingin ditinggalkannya, dirinya yang selalu terasa salah baginya. Mungkin upacara pemakamannya sudah selesai, sekarang dia sudah menjadi abu. Gadis yang pemberani itu hanya menjadi kenangan bagi semua orang yang mengenalnya, bahkan bagi dirinya sendiri. Kita sama-sama seorang pemberani, tapi kita juga sama-sama seorang penakut. Meskipun begitu, orang-orang yang takut hidup selalu menjadi contoh buruk bagi orang yang takut mati.
Itu karena banyak orang beranggapan hidup lebih sulit daripada mati. Padahal di antara orang-orang yang hidup, ada juga orang yang takut dengan kehidupan itu. Dia hidup, tapi dia telah menjadi kosong karena meninggalkan seluruh keinginannya. Meninggalkan kehidupannya. Kehidupan yang akhirnya hanya berada di kepala mereka. Kehidupan indah yang tidak pernah berani mereka raih karena jalannya yang sangat sulit. Misalnya aku yang bahkan tidak mampu mewujudkan kamar yang rapi karena telah putus asa melihatnya kembali berantakan dalam beberapa menit. Aku yang menganggap hal-hal sederhana yang dapat dilakukan dengan mudah oleh manusia lain sebagai sesuatu yang merepotkan, sesuatu yang tidak apa-apa untuk ditinggalkan atau tidak kumiliki.
Sebaliknya, di antara orang-orang yang memilih mati ada orang-orang yang telah dengan berani mengambil banyak langkah untuk mewujudkan kehidupannya. Mereka memiliki keinginan yang besar dan semangat yang berkilauan. Dalam kata lain, kehidupan yang mereka inginkan itu telah mereka perjuangkan sebagian dengan usaha yang keras dan penuh kegagalan. Meskipun demikian, kerja keras yang tidak serta merta membawa mereka pada kehidupan yang mereka inginkan membuat mereka mengubah haluan untuk mewujudkan kematian. Itu bisa terwujud karena pada dasarnya mereka memiliki usaha yang tinggi dan tekad yang kuat. Mereka akan sangat berdedikasi pada apa yang ingin mereka wujudkan. Mati.
Jadi sebenarnya, yang manakah yang seharusnya menjadi contoh buruk?
Ah, berpikir sambil meminum kuah ramen instan memang sangat cocok. Rasanya segar, hangat, dan penuh dengan penyedap rasa yang gurih. Sebagian orang mungkin tidak akan percaya bahwa sebenarnya glutamat yang banyak terkandung dalam penyedap rasa itu berperan sebagai neurotransmitter.
Ketika cup ramen yang menutupi wajahku saat menenggak kuahnya itu kuturunkan, mataku tertuju pada suatu benda. Tumpukan yang tidak pernah kusentuh sejak aku kembali ke tempat ini. Aku tidak tahu kenapa aku berada di rumah sakit, tapi tumpukan itu adalah barang-barang bawaanku saat aku di rumah sakit. Aku tidak pernah menyentuhnya karena kupikir itu hanya mimpi dan suatu saat tumpukan itu akan menghilang. Tetapi karena setelah lebih dari satu bulan dia tetap berada di sana, aku memutuskan untuk melihat-lihatnya hari ini.
Secarik kertas menyembul ketika kubuka resleting tas olahraga yang isinya sangat padat. Ada tulisan tangan di baliknya.
“Hai, Nona.
Aku menulisnya sebelum melakukan operasi.
Aku yang membawamu ke rumah sakit. Hiduplah. Hiduplah dengan dirimu yang baru.
Aku melihat keanehan yang terjadi setelah kita menyeruput minuman terakhir kita. Sepertinya benda asing telah dicampurkan ke dalam cangkir milikmu. Reaksi sesak, kejang, dan malfungsi otot yang terjadi padamu membuatku segera membawamu ke rumah sakit tidak peduli betapa hancurnya perasaanku saat itu.
Keputusan ini sedikit nekat. Tapi mengetahui terjadi kerusakan jaringan pada hatimu yang sudah bekerja amat keras mengolah zat asing tersebut, aku langsung mengajukan diri menjadi pendonor. Berkat kemajuan yang terus dilahirkan dari riset-riset di bidang keilmuan Biokimia, uji imunologi untuk pencocokan organ donor dapat dilakukan dengan sangat cepat. Oleh karena itu, jika kau membaca catatan ini berarti di dalam tubuhmu sudah ada sebagian kecil tubuhku. Jadi hiduplah. Hiduplah bersama aku yang ada dalam dirimu. Hiduplah sebagai tanda persahabatan kita, juga tanda persahabatan antara bidang keilmuanmu dengan bidang keilmuanku.
Hiduplah sebagai dirimu yang baru. Dirimu yang tidak perlu mengkhawatirkanku. Mungkin setelah ini aku akan memerlukan perawatan yang lebih panjang darimu. Tapi tenanglah, di rumahku ada seorang dokter yang cantik. Dokter yang bersedia merawatku dengan penuh kelembutan. Separuh jiwaku yang kutemui saat aku dan dia berkuliah di tempat yang sama. Kau dapat menemuiku jika dia berhasil merawatku hingga pulih nanti. Berlawanan dengan kutipan cinta tentang hati yang hancur tidak bisa kembali utuh, hati yang sebenarnya adalah organ yang dapat beregenerasi dengan sempurna. Ingat, kan? Namun jika di antara kita ada yang pergi lebih dulu setelah ini, berarti itulah takdir perpisahan kita yang sebenarnya.
Oh ya, karena zat asing yang masuk ke dalam peredaran darah itu telah menembus selaput otakmu, kamu mungkin akan melupakan sebagian tentangku. Tapi itu tidak apa-apa. Kupikir itu baik untukmu. Kau tidak perlu mengingatnya lagi saat jaringan otakmu sudah pulih.Tapi jika kau ingin mengetahui kabarku atau lebih jauh tentang yang terjadi padamu, kau dapat menghubungi seseorang. Orang yang telah kusebutkan di atas. Kontaknya kuberikan di balik catatan ini.
Selamat memulai hidup baru, Nona.”
Kudapati sebaris nomor telepon pada sisi belakang tulisan tangan tersebut. Segera kutekan nomornya pada ponselku untuk menghubunginya. Kutempelkan ponsel pada telingaku dengan tangan gemetar. Sudah lama sekali aku tidak berbicara dengan orang lain lewat telepon selain untuk kepentingan pesanan ilustrasi dan kebutuhan yang kubeli secara online.
Tidak perlu menunggu lama, terdengar suara perempuan memberi salam di seberang sana. Setelah kusebutkan identitasku, dia menyambutku dengan ramah.
“Oh, iya, kalian teman SMA, ya? Suamiku sudah sadar. Tapi dia masih memerlukan banyak istirahat. Kami harap kau dapat datang menjenguk saat luang, ya. Akan aku kirimkan alamatnya melalui email.”
Kami mengobrol hal-hal ramah tamah sebentar. Dia yang lebih banyak bertanya padaku. Aku sudah lupa pertanyaan apa saja yang biasanya digunakan untuk basa-basi. Beberapa saat setelah telepon ditutup, muncul notifikasi kotak masuk pada layar ponselku. Surel berisi alamat dan beberapa tautan berita aktual yang terbit tiga bulan terakhir ini.
“Seorang Gadis Dilarikan ke Rumah Sakit Setelah Menenggak Racun Saat Bersama Seorang Laki-Laki di Sebuah Kamar Hotel, Diduga Percobaan Bunuh Diri”
“Barang Bukti Berupa Bungkus Kopi dari Perusahaan Xxxx Ditemukan di Kamar Hotel Gadis yang Bunuh Diri di Hotel Xxxx”
“Klarifikasi Perusahaan Kopi Xxxx, Seluruh Kopi yang Diedarkan Telah Lulus Uji Kontaminasi dan Tidak Ada Kemasan yang Berbeda Ukuran”
“Ditetapkan sebagai Tersangka, Manajer Divisi Fitokimia Laboratorium Xxxx Terbukti Memasukkan 50 mg Sianida ke dalam Kopi Kemasan dan Menyegel Ulang Kemasannya”
Jadi aku adalah seorang mahasiswi Biokimia yang jatuh cinta dengan seorang mahasiswa Kedokteran. Teman SMA ku. Orang yang sangat berharga bagiku. Selama bertahun-tahun, bahkan mungkin selamanya, aku hanya melupakannya selama beberapa bulan hingga perasaan itu kembali tersimpan di sini. Meskipun perasaan itu tidak pernah mendapat kesempatan untuk dibuktikan tidak hanya melalui kata-kata, ia akan terus berada di sini sebagai yang terindah. Meskipun dia telah menemukan gadis baik yang dapat melengkapi hatinya yang telah ia berikan sedikit kepadaku, hatiku ini belum bisa kuberikan untuk orang lain selain dia. Mungkin perlahan-lahan. Mungkin menunggu seseorang yang dapat meyakinkanku bahwa hubungan emosional tidak seburuk itu. Selama mempersiapkannya aku akan terus hidup seperti ini. Hidup tanpa tekanan untuk memiliki hal-hal yang orang lain miliki, termasuk tekanan yang diberikan oleh keinginanku sendiri. Aku adalah diriku. Aku hanya akan memiliki apa yang aku nikmati sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Road To Me
RomanceAku juga tidak tahu seperti apa aku yang asli. Bukan aku yang sedang mencintai seseorang. Bukan juga aku yang sedang patah hati karenanya.