Hari yang Tidak Biasa Saja

3 0 0
                                    

            Plafon di kamar bentuknya selalu sama mau seperti apa pun cerita di hari ini—kecuali mungkin jika ceritanya hari ini atap rumahku kebocoran. Dicat putih dengan lampu bohlam yang menyala di tengahnya. Meskipun demikian, setiap memandangnya di penghujung hari akan terputar film terbaik di dunia yang berasal dari harapan di dalam keapala kita sendiri. Adegan-adegannya kadang membuat tersenyum atau meneteskan air mata sebelum akhirnya tirai kelopak mata ditutup dan ketika terbuka lagi, hari sudah pagi.

            Aku sedang menonton pertunjukan plafon itu ketika getaran ponsel di tengah malam menyadarkanku dari lamunan. Keperluan mendadak apa yang mengharuskan seseorang di seberang sana menghubungiku tengah malam begini?

            “Halo, mungkin ini sudah terlalu malam. Kalau tidak sempat membacanya, boleh dibaca besok, atau kapan pun. Sebelumnya terima kasih sudah menamaniku beberapa bulan ini. Entah kenapa aku jadi merasa nyaman denganmu. Mungkin ini kurang sopan, tapi aku ingin kau mengetahuinya. Aku memintamu bertukar posisi saat pulang bersamamu waktu itu karena aku ingin sekali memelukmu, tapi sepertinya belum bisa, ya.

            Ah, iya, entah kenapa malam ini aku ingin kamu ada di sampingku. Aku ingin kamu terus mendengarkan cerita-ceritaku. Mungkin juga di beberapa kesempatan aku ingin menangis ditemani olehmu. Benar, laki-laki itu sebenarnya rapuh. Tapi dengan kata-katamu aku merasa bisa menjadi lebih kuat. Tetaplah jadi dirimu, ya. Aku sayang kamu. Mungkin ini sedikit berlebihan, tapi tolong tetap ada di sisiku.”

            Aliran darah di malam hari yang sudah merendah mendadak kembali deras karena jantungku baru saja memompanya dengan irama yang aneh. Rongga perutu dipenuhi rasa mual bercampur geli. Jiwaku yang lemah dalam menangkap perasaan seseorang menerka-nerka, apakah ini adalah pernyataan cinta?

            “Baiklah, aku tidak keberatan. Soalnya aku juga sayang kamu. Terima kasih sudah memberikan kepercayaan padaku untuk menjawab dan menceritakan banyak hal. Jadi ayo kita menjadi lebih kuat bersama-sama,” jawabku.

            Terlalu takut untuk melihat jawaban selanjutnya, kumatikan sambungan internet ponselku. Segera kubenamkan seluruh tubuhku dalam selimut dan kupaksa diriku untuk tidur. Rasanya besok matahari akan bersinar lebih cerah dari biasanya.

            Lebih dari yang ku bayangkan, aku merasa matahari bersinar lebih cerah dari biasanya tidak hanya di hari esok saja. Berbulan-bulan setelah itu pun aku tetap merasakannya. Setelah pernyataan itu, hidupku terasa berbeda. Ini seperti tuntutan yang harus kukerjakan bertambah tapi justru tekanan yang kurasakan untuk memenuhinya berkurang. Selain Komo, sekarang aku punya satu hal lagi yang harus kuperhatikan. Rasanya melelahkan, tapi aku senang. Aneh, kan? Ya, mungkin ini namanya cinta.

                                   ***

            Meskipun sudah berkali-kali jatuh cinta, seseorang tetap akan bertanya-tanya, kan, yang mana cinta yang sebenarnya? Yang mana cinta yang sejati itu, yang katanya dapat bertahan sampai mati. Apalagi cinta yang selalu diagung-agungkan itu sebenarnya tidak ada yang tahu bentuknya seperti apa. Ada orangtua yang mengurung anaknya di rumah atas nama cinta. Ada pasangan yang saling menyakiti atas nama cinta. Ada yang membuktikannya dengan harta benda, air mata, kata-kata, banyak, lah. Tidak ada yang salah, tapi juga tidak semua benar. Kita hanya menerjemahkan cinta berdasarkan hal-hal yang dirasa paling sesuai dengan keinginan. Kadang menebak-nebak arti cinta juga membuat hal-hal yang tidak kita inginkan dari seseorang jadi kabur dan kita jadi mengekpetasikan akhir yang berbeda terhadap pertemuan yang berawal dari sesuatu yang sama.

                                  ***     

            “Besok aku akan pergi ke luar kota untuk menjemput sampel dari salah satu klien. Seperti biasa, sampelnya membutuhkan penanganan khusus dalam distribusinya agar tidak rusak. Tapi saat ini dari klien belum mempunyai kit yang diperlukan, jadi laboratorium menawarkan jasa jemput dengan biaya tambahan.”

Road To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang