🌱 🌱

276 28 4
                                    

Chenle itu memang putra dari salah satu orang terkaya di negara nya, tentunya ia selalu bisa pergi kemana pun dan kapan pun yang dirinya mau.

Tetapi, Chenle mengalami kesulitan dalam membebaskan diri saat dirinya pergi bermain. Karena kemana pun ia pergi, pasti akan ada setidaknya satu atau dua orang yang berada di sampingnya.

Permainannya menjadi tidak menyenangkan sebagaimana yang ada pada bayangannya.

Karena itu, Chenle melepaskan semuanya sekarang.

Pemuda itu berlari ke pesisir pantai diikuti oleh sahabatnya yang ikut berlari di belakangnya. Begitu di tiba di dekat air, Chenle melayangkan senyum jahil kepada Jisung yang baru aja tiba.

Tiba-tiba Chenle menginjak air tepat di bawah kakinya dengan cukup keras sehingga membuat cipratan airnya mengenai pakaian bagian bawah Jisung.

Chenle juga terkena, tapi ia sama sekali tidak masalah karena itu tujuannya bermain.

"Kau curang mencuri start!" Pekik Jisung.

Tidak terima dijahili seperti itu, pemuda dengan marga Park itu pun segera membalasnya dengan melayangkan air-air itu dengan tangannya, tepat kepada sahabatnya.

Beberapa menit pun dilalui dengan perang air, sayangnya Jisung sudah lebih dulu merasa kedinginan sehingga memilih untuk menyudahi permainannya.

Namun tidak dengan Chenle. Mana mungkin dirinya akan membiarkan kebebasan ini berlalu begitu saja.

Pemuda itu memilih untuk bermain di sekitar bibir pantai. Ia membiarkan ombak kecil menerpa kakinya, dan ketika ombak itu surut, Chenle akan berjongkok untuk mencari benda-benda kecil yang terbawa oleh ombak kecil itu.

Beberapa saat kemudian, Chenle menyadari sudah tidak ada suara dari anggota lain. Dan benar saja, ia hanya bisa mendapati salah satu pemuda, yaitu Jaemin yang nampak sedang mengambil sesuatu.

Chenle pun berpikir untuk mengajak Jaemin bermain air bersama. Namun baru saja ia membuka mulutnya untuk meneriakkan nama temannya, tiba-tiba ia merasakan sensasi dingin dan seolah ada sesuatu yang memegang kakinya.

Begitu pemuda itu melirik ke bawah, benar saja, ada sepasang tangan berkulit gelap yang memegangi kedua kakinya.

Bohong jika dirinya bilang itu tidak menyeramkan.

Itu sangat amat menyeramkan!

Rasanya ia menjadi kaku saking ketakutannya.

Dan karena ia terdiam cukup lama, tiba-tiba sepasang tangan itu menarik kakinya sehingga ia terjatuh pada pasir pantai.

Chenle bingung harus bagaimana. Ia mencoba membawa dirinya ke daratan, namun bagaimana caranya ketika tarikan itu lebih kuat dari tenaganya. Ingin berpegangan pun kemana karena hanya ada pasir di sekelilingnya.

Akhirnya setelah beberapa saat, Chenle dapat bersuara dan lekas berteriak dengan keras memanggil satu orang yang tersisa di sana.

Beruntung suaranya langsung tersampaikan. Ia segera ditarik oleh yang lebih tua yang nampak sangat mengkhawatirkannya.

Setelah berhasil terlepas, Chenle hanya terdiam dengan wajahnya yang memerah. Tidak terbayangkan betapa paniknya pemuda itu.

Jaemin pun akhirnya menanyakan sesuatu. "Apa yang terjadi?"

"A-aku... Aku tidak tahu." Balasan Chenle begitu pelan dan hampir tidak terdengar.

Masih dengan kebingungannya, Jaemin mengedarkan pandangannya, mencari orang-orang yang seharusnya berada di sana.

Namun entah kapan mereka pergi, karena kini hanya tersisa mereka berdua.

Kalaupun pemuda lainnya sudah pergi dari sana, setidaknya mereka akan mengatakan sesuatu untuk sekedar berpamitan kepadanya ataupun Chenle.

"Ayok kita kembali, aku akan mengatakan hal ini kepada manajer-nim." ucap Jaemin yang takut hal lebih buruk terjadi jika tidak melaporkannya.

Namun Chenle langsung menggelengkan kepalanya dan menahan tangan yang lebih tua. "Ja-jangan. Tidak perlu."

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin merusak acara ini." Chenle menatap pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu dengan sangat dalam. "Aku tidak ingin kau disalahkan. Aku ingin rencanamu berjalan dengan lancar."

Hati Jaemin menghangat mendengarnya. Padahal Chenle mengalami kejadian mengerikan seperti tadi, tapi pemuda itu lebih memikirkan perasaan orang lain.

Tetapi bagaimanapun, Jaemin tetap tidak menyangka dengan apa yang terjadi.

Jika penglihatannya tidak salah, saat berlari menghampiri Chenle, ia melihat ada seseorang yang menarik pemuda itu dari dalam air.

Jaemin yang memang tidak mempercayai hal-hal ghaib, apakah diberi penglihatan demikian agar dirinya percaya bahwa sesuatu yang ghaib itu memang nyata?

Rasanya tidak masuk akal.

°

"Sunbae?"

"Halo, Jaemin-sunbae??"

Pemuda yang sedari tadi dipanggil-panggil itu tersentak dibuatnya kala ia baru saja tersadar dari lamunannya.

Jaemin menoleh kepada Yushi yang saat ini menatapnya khawatir. "Eh, maaf. Ada apa?"

"Sebentar lagi kita syuting, Sunbae, dan manajer-nim meminta kita untuk segera ke lokasi." Jawab Yushi yang sudah siap dengan mantel tebalnya.

Jaemin pun menganggukkan kepalanya setelah menerima informasi tersebut. "Baiklah, terima kasih, Yushi. Aku akan bersiap-siap."

"Baik, aku akan menunggu di depan."

"Nee..."

Jaemin menatap punggung yang mulai menjauh, kemudian mengedarkan pandangannya dimana di dalam ruangan tersebut hanya tersisa dirinya sendiri.

Ia menghela nafas panjangnya dan bergumam, "Semoga semuanya baik-baik saja."

Kemudian pemuda Na itu pun bangkit untuk bersiap-siap pergi, mencoba melupakan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.

Tolong biarkan keluarganya bersenang-senang tanpa ada masalah.

49 Days || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang