🐰

483 52 7
                                    

Rencana untuk meminta izin kepada perusahaan pun berlangsung di keesokan harinya. Jaemin benar-benar datang ke kantor petinggi dengan ditemani oleh Leader dari NCT DREAM dan NCT 127 yaitu Mark dan Taeyong.

Dan ajaibnya, rencana besar-besaran itu disetujui setelah berunding beberapa saat dengan manajer-manajer dari setiap grup.

Malahan CEO dari perusahaan SM Entertainment yang tak lain adalah Lee Soo Man, sangat senang akan hal itu dan sama sekali tidak keberatan. Hanya saja ia meminta syarat untuk melaksanakan liburan besar itu sekaligus syuting untuk konten-konten grup.

Namanya bisnis tidak mungkin melewatkan kesempatan sekalipun untuk menghasilkan keuntungan, bukan?

Meski awalnya para idol dari SM Entertainment sedikit keberatan karena tidak bisa sepenuhnya berlibur, tetapi pada akhirnya mereka setuju karena dengan memberi izin untuk acara sebesar itu pun pasti tidak mudah.

Setelah mengadakan rapat, acara pun akan dilaksanakan minggu depan karena mereka harus menyiapkan beberapa hal.

Tentunya hal ini masih dirahasiakan dari para penggemar agar dapat memberi kejutan. Meski sebenarnya masih ada beberapa idol di perusahaan yang sedikit memberi bocoran terkait acara tersebut, entah para penggemar akan mengerti atau tidak.

Di suatu ruangan lain, Jaemin nampak tersenyum senang sembari tangannya sibuk membuat sebuah hidangan untuk makan malam para anggotanya, dibantu oleh Renjun di sampingnya.

Renjun yang menyadari suasana hati temannya itu sedang sangat baik pun ikut tersenyum, tidak ingin menegur agar tidak terganggu.

Akhirnya setelah beberapa saat makanan mereka pun sudah siap, Renjun dan Jaemin melangkah menuju meja makan yang kini sudah ditunggu oleh anggota NCT DREAM yang lain, kecuali Mark yang sedang ada jadwal bersama Lucas.

"Sudah siap!" Seru Jaemin seraya menyimpan piring berisi hidangan makanan yang begitu mewah, bahkan membuat anggota yang lainnya terkagum melihat makanan itu dan tidak tahan untuk segera menyantapnya.

"Wah, tampilannya saja sudah terlihat enak."

Keenam pemuda itu pun mulai menyantap makanan mereka, bahkan saat mereka makan pun, para anggota tidak berhenti mengagumi kenikmatan makanan itu.

Chenle pun berbicara di tengah makannya. "Semoga suasana hati Jaemin-hyung terus bagus sehingga kita bisa terus menyantap makanan yang enak."

Pemuda yang lainnya pun langsung mengangguk menyetujui hal itu, kecuali Jaemin yang menjawabnya dengan, "Jangan suasana hatiku saja yang bagus, tapi suasana hati kita semua. Jika suasana hati kalian tidak baik, maka aku juga akan merasa demikian."

Benar, ini bukanlah tentang satu orang, tujuh orang, bahkan lebih. Tapi ini tentang semuanya, semua orang yang selalu ada di sekitar mereka.

Hal baik akan selalu tiba jika mereka terus bersama. Karena dengan itu kebersamaan adalah cara terbaik untuk bersatu.

.

.

Langit saat itu menunjukkan sisi gelapnya, sangat gelap, bahkan bintang dan bulan pun entah pergi kemana. Membuat seorang pemuda harus berjalan dengan menggunakan senter dari ponselnya untuk bergerak agar tidak menabrak benda di sekitarnya.

'DUK DUK DUK'

Suara kencang seperti pintu yang digedor-gedor dengan keras terdengar dari luar.

Pemuda yang tak lain adalah Jaemin, mengarahkan senter ponselnya pada kasur milik teman sekamarnya. Namun nihil, Mark tidak ada di sana sehingga membuat Jaemin berpikir bahwa gedoran itu berasal dari sang Leader.

Pemuda Na itu pun berjalan dengan perlahan menuju pintu kamar, membuka pintu dan lekas keluar dimana tepat di depan kamarnya merupakan ruang tengah.

Mengedarkan cahaya yang dimilikinya, senter ponselnya berhenti tepat pada sebuah benda berwarna putih di atas meja.

Ia pun mendekati benda itu dan tak lupa sesekali memanggil teman sekamarnya.

"Hyung?"

"Mark-hyung?"

Sayangnya tidak ada jawaban apapun yang ia dapatkan bahkan hingga dirinya tiba di dekat meja. Rupanya benda tersebut adalah kertas dengan coretan di atasnya.

'MIMPI'

Itu yang tertulis di sana, dan berhasil membuat Jaemin memahami apa yang terjadi.

Pemuda itu pun mengedarkan pandangannya, melihat sekitarnya menggunakan senter miliknya karena saat itu ruangan sangatlah gelap.

Ketika senternya mengarah ke pintu kamarnya, di sana nampak berdiri seseorang bertubuh tinggi dengan jubah hitam yang menutup seluruh tubuhnya, menyisakan setengah wajahnya.

"Kau? Apa kau ingin menyampaikan sesuatu?"

"Sebaiknya batalkan acara itu."

"Apa? Acara apa?"

"Liburan, bersama semua grup di perusahaan mu itu."

"Memangnya kenapa?"

"Kau akan mendapat pengurangan hari jika terus dilaksanakan. Karena saat rencana itu dilaksanakan, ada banyak hal yang bisa terjadi sehingga kau akan mendapatkan pengurangan hari."

"Apa maksudmu? Bukannya kau sendiri yang menyuruhku untuk menggunakan waktuku sebaik mungkin?!"

"Benar, tapi ada banyak hal yang bisa dilakukan."

"Tidak mungkin aku membatalkannya! Semua orang senang dengan acara ini!"

"Silahkan pikirkan kembali sebelum menyesalinya."

"Ta-"

Sebelum Jaemin bisa menjawab lagi, ruangan mulai menggelap sepenuhnya, bahkan senter dari ponselnya mulai meredup perlahan.

"Hei!"

"Kembalilah, jangan dulu pergi!!"

Jaemin yang masih tidak terima pun terus berteriak memanggil, meski tidak membuahkan hasil.

Dan berakhir ia terbangun dari mimpi itu sembari berteriak, seolah dirinya masih ingin memanggil orang misterius itu di kehidupan nyata nya.

"Kau bermimpi buruk lagi?"

Jaemin lekas menoleh, mendapati Mark yang sedang berdiri di depan lemari kaca, menatapnya dengan sangat khawatir.

Pemuda Na itu pun hanya menganggukkan kepalanya sembari menunduk. Mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Perasaan gundah pun mulai dirasakannya.

Apa maksudnya itu? Apa saja yang akan terjadi? Memangnya boleh ia mundur sekarang?

"Seperti ada hal yang sangat mengganggumu, ada apa?" tanya Mark sembari berjalan mendekat.

"Tidak, Hyung, tidak apa-apa."

"Kau yakin? Jika kau mau, kau boleh menceritakannya kepadaku. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk membantumu."

Jaemin hanya menggelengkan kepalanya dengan lesu. "Tidak, Hyung, aku baik-baik saja."

Bohong tentunya. Ia ingin menceritakan hal ini setidaknya kepada satu orang. Tapi darimana ia bisa mendapatkan keberanian untuk bercerita hal tidak masuk akal ini?

49 Days || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang