6

3 0 0
                                    

Malam itu, Ayara sulit tidur. Pikiran tentang surat misterius, tatapan intens Angkasa, dan peringatan Nathanio berputar-putar di kepalanya.

Ia merasa ada bahaya yang mengintai, tetapi tidak tahu dari mana datangnya.

Setelah beberapa jam berusaha memejamkan mata, Ayara akhirnya tertidur dengan perasaan cemas yang mengganggu

.Keesokan paginya, Ayara bangun lebih awal dari biasanya. Ia bersiap-siap dengan cepat, lalu mengirim pesan kepada Jea dan Sheinan untuk bertemu di sekolah lebih awal.

Ketika mereka tiba di sekolah, mereka langsung menuju loker Ayara untuk memasang kamera tersembunyi yang mereka beli kemarin.

Jea dengan cekatan menempelkan kamera kecil itu di tempat yang tidak mudah terlihat, namun cukup strategis untuk merekam siapa pun yang mendekati loker Ayara."Sekarang tinggal kita tunggu," kata Jea sambil menutup loker Ayara dengan hati-hati.

"Semoga ini membantu kita menemukan siapa yang kirim surat itu."Ayara mengangguk. "Makasih, Jea, Sheinan.

Aku merasa lebih aman dengan kalian di sini."Mereka bertiga kemudian berjalan menuju kelas.

Di tengah perjalanan, Ayara bertemu lagi dengan Angkasa. Kali ini, tatapannya lebih intens dari sebelumnya, membuat Ayara merasa tidak nyaman.

Ia mencoba bersikap wajar dan mengabaikannya, tapi perasaan aneh itu tidak hilang.

Rangkaian Cerita Dia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang