Malam itu, setelah seharian bekerja keras di ladang, Gangtae dan Mijeong memutuskan untuk bersantai di rumah. Mereka berbincang-bincang ringan sambil menikmati teh hangat, merasa tenang dalam kebersamaan mereka.
Tiba-tiba, terdengar suara gaduh di luar. Gangtae dan Mijeong saling berpandangan dengan khawatir, lalu bergegas menuju pintu untuk melihat apa yang terjadi.
Di depan rumah, mereka menemukan seorang pria yang tampak mabuk berat, menggedor-gedor pintu dengan kasar. Mijeong langsung mengenalinya sebagai mantan pacarnya yang toxic, yang datang dengan niat buruk.
“Yeom Mijeong! Keluar kau! Kita belum selesai!” teriak pria itu dengan suara penuh amarah.
Mijeong mundur beberapa langkah, rasa takut mulai menguasai dirinya. Gangtae segera berdiri di antara Mijeong dan mantan pacarnya, melindunginya.
“Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Gangtae dengan tegas, matanya memancarkan ketegasan.
Pria itu tertawa sinis, matanya liar karena pengaruh alkohol. “Kau siapa? Ini urusan antara aku dan Mijeong. Tidak ada urusanmu!”
Gangtae tidak gentar. “Kau tidak punya hak untuk datang dan mengganggu Mijeong. Pergi dari sini sekarang sebelum aku memanggil polisi.”
Mijeong meremas tangan Gangtae dengan kuat, mencari dukungan. “Gangtae-ssi, dia berbahaya. Jangan biarkan dia mendekat.”
Pria itu semakin marah, mencoba mendekati Mijeong. Namun, Gangtae dengan sigap mendorongnya menjauh. “Aku bilang pergi! Sekarang!”
Warga desa yang mendengar keributan itu mulai berdatangan, melihat apa yang terjadi. Mereka segera mengenali pria itu sebagai sumber masalah.
Pak Kim maju dengan tegas. “Kami tidak akan membiarkanmu mengganggu Gangtae dan Mijeong. Pergi dari desa ini sekarang juga!”
Dengan bantuan warga desa, pria itu akhirnya ditarik menjauh dari rumah Gangtae dan Mijeong. Mereka mengantarnya keluar desa dan memastikan dia tidak akan kembali.
Setelah situasi mereda, Gangtae memeluk Mijeong dengan erat, merasakan betapa berbahayanya situasi itu. “Kau baik-baik saja?”
Mijeong mengangguk, meskipun hatinya masih berdebar kencang. “Terima kasih, Gangtae-ssi. Kau telah menyelamatkanku.”
Gangtae mengusap rambut Mijeong dengan lembut, mencoba menenangkan dirinya. “Aku akan selalu melindungimu, Mijeong-ssi. Jangan pernah ragu tentang itu.”
Malam itu, setelah berhasil mengusir mantan pacar Mijeong yang mabuk dan berbahaya, Gangtae dan Mijeong akhirnya bisa beristirahat dengan sedikit lebih tenang. Namun, rasa khawatir masih membayangi pikiran mereka.
Keesokan harinya, Mijeong menjalani hari seperti biasa. Setelah bekerja, dia pulang berjalan kaki melewati jalan setapak yang biasa ia lalui. Hari itu sudah mulai senja, dan suasana desa yang tenang membuatnya sedikit lebih rileks.
Namun, ketenangan itu segera sirna ketika dia melihat bayangan familiar di ujung jalan. Mantan pacarnya berdiri di sana, menunggunya dengan tatapan marah. Mijeong merasa jantungnya berdegup kencang dan tangannya mulai gemetar.
“Yeom Mijeong, kau pikir kau bisa lari dariku?” katanya dengan nada penuh amarah.
Mijeong berusaha tetap tenang meskipun hatinya diliputi rasa takut. “Apa yang kau inginkan dariku? Kau sudah dilarang kembali ke desa ini.”
Pria itu mendekat, wajahnya memancarkan kebencian. “Kau pikir aku akan diam saja setelah semua yang terjadi? Aku akan membuatmu menyesal. Aku akan membuatmu merasa terhina sampai kematianmu besok hari.”
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Notes Of Diary | Kim Soohyun Kim Jiwon
Fiction généraleebook gratis ready Moon Gangtae x Yeom Mijeong if it's in the same universe. slowburn romance. kisah ini diambil dari; https://youtu.be/zjWkXgXC_N8?si=F2Q5klsgs0RNnmwx https://youtu.be/ujs2ocqqsd0?si=k72jKlvADTv00w58 Seluruh bagian cerita ini diungg...