Setelah insiden dengan mantan pacar Mijeong, kehidupan di desa kembali tenang. Namun, kenangan akan kejadian itu masih membekas di benak Mijeong dan Gangtae. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, mencoba menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Malam itu, Gangtae dan Mijeong duduk di beranda rumah Gangtae, menikmati angin malam yang sejuk. Bintang-bintang bersinar terang di langit, menciptakan suasana yang tenang dan damai.
“Kau tahu, Gangtae-ssi, aku merasa lebih tenang berada di sini bersamamu,” kata Mijeong sambil menatap langit.
Gangtae tersenyum, merasakan kehangatan dalam hatinya. “Aku juga merasa lebih tenang denganmu di sisiku, Yeom Mijeong. Kita telah melalui banyak hal bersama, dan aku bersyukur kau ada di sini.”
Mijeong merasakan kehangatan dan kepercayaan yang tumbuh di antara mereka. “Terima kasih, Gangtae-ssi. Aku benar-benar menghargai semua yang kau lakukan untukku.”
Gangtae menggenggam tangan Mijeong dengan lembut. “Aku akan selalu ada untuk melindungimu. Apapun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama.”
Mijeong mengangguk, merasa yakin bahwa mereka bisa mengatasi segala rintangan. Mereka duduk dalam keheningan, menikmati momen kebersamaan yang damai dan penuh makna.
“Ngomong-ngomong, kau harus berhenti memanggil aku seformal itu.” Gangtae memprotes.
Mijeong menatapnya, “Benarkah?”
Gangtae mengangguk, “Kau bahkan memanggil Hyung dengan sebutan Oppa. Kau juga harus memanggilku demikian.”
Mijeong mengerjap, “Kau... minta dipanggil Oppa juga?”
Lelaki itu mengangguk yakin, “Kau ini empat tahun lebih muda dariku. Bukankah sudah seharusnya begitu? Kalau tidak, chagiya atau yeobo juga boleh.”
Gadis dengan rambut sebahu itu tertawa mendengarnya, “Tidak mau.”
Gangtae mendelik tak terima, “Kenapa begitu? Kau mau memanggil aku selamanya seformal itu, Mijeong-ah?”
Mijeong tertawa lagi, “Aigoo, bahkan kau memanggilku seakrab itu sekarang.”
Hari-hari berlalu, dan kehidupan di desa kembali ke rutinitasnya. Gangtae terus bekerja keras di ladang, didukung oleh warga desa yang setia. Mijeong juga kembali bekerja, namun kali ini dengan semangat dan harapan baru.
Suatu hari, Gangtae mendapat kabar baik. Ladang yang dia kelola mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tanaman-tanaman yang mereka rawat dengan susah payah tumbuh subur, memberikan harapan baru bagi masa depan mereka.
Warga desa berkumpul untuk merayakan hasil panen pertama yang sukses. Gangtae berdiri di tengah kerumunan, merasa bangga dan bersyukur atas dukungan semua orang.
“Kita telah melalui banyak hal, tetapi dengan kerja keras dan dukungan satu sama lain, kita berhasil,” kata Gangtae dengan suara penuh emosi.
Warga desa bersorak, merasa bangga atas pencapaian mereka. Mijeong mendekat, menggenggam tangan Gangtae dan menatapnya dengan penuh rasa bangga.
“Kau melakukannya, Gangtae-ssi. Kau berhasil menjaga warisan Pak Lee dengan baik,” kata Mijeong dengan senyum hangat.
Gangtae mengangguk, merasa hatinya penuh dengan rasa syukur. “Ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang kita semua. Tanpa dukungan dari warga desa dan dari Mijeong-ah, aku tidak akan bisa melakukannya.”
Malam itu, mereka merayakan bersama, menikmati hasil kerja keras mereka. Suasana penuh dengan kebahagiaan dan harapan, menandai awal dari masa depan yang lebih cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Notes Of Diary | Kim Soohyun Kim Jiwon
General Fictionebook gratis ready Moon Gangtae x Yeom Mijeong if it's in the same universe. slowburn romance. kisah ini diambil dari; https://youtu.be/zjWkXgXC_N8?si=F2Q5klsgs0RNnmwx https://youtu.be/ujs2ocqqsd0?si=k72jKlvADTv00w58 Seluruh bagian cerita ini diungg...